dalam maupun luar negeri, baik yang berdasarkan civil law maupun common law yang bertujuan untuk mendukung bahan hukum primer dan sekunder.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sekunder bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan library research.
Teknik ini dipergunakan untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
objek telaahan penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya ilmiah lainnya. Data primer sebagai data
penunjang dikumpulkan dengan menggunakan tehnik penelitian lapangan field research dengan alat pengumpulan data berupa wawancara.
4. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menggunakan instrumen studi pustaka dan studi dokumen pada lokasi penelitian
di PT. Perkebunan Nusantara III Persero. Pada tahap awal pengumpulan data, dilakukan inventarisasi seluruh data dan atau dokumen yang relevan dengan topik
pembahasan. Selanjutnya dilakukan pengkategorian data-data tersebut berdasarkan rumusan permasalahan yang telah ditetapkan. Data tersebut
selanjutnya dianalisis dengan metode analisis yang sudah di pilih. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan wawancara. Tehnik
wawancara dengan menggunakan wawancara tidak terstruktur dengan memakai
Universitas Sumatera Utara
pedoman wawancara. Wawancara dilakukan kepada pejabat-pejabat terkait proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan PTPN III Persero, antara lain :
a. Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa PTPN III Persero b. Kepala Urusan Hukum PTPN III Persero
c. Kepala Bagian Satuan Pengawasan Internal SPI PTPN III Persero
5. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dengan studi kepustakaan tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif yang
didukung oleh logika berfikir secara deduktif sebagai berikut : 1. Mengumpulkan seluruh peraturan perundang-undangan terkait dengan
BUMN dan proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan BUMN dan mengumpulkan bahan hukum sekunder yang relevan.
2. Memilah-milah peraturan perundang-undangan yang benar-benar sesuai dengan masalah penelitian dan menyusunnya secara sistematis.
3. Menafsirkan kaidah-kaidah hukum yang ada dan menelaah bahan hukum sekunder untuk menemukan konsep-konsep yang diperlukan misalnya
konsepsi tentang BUMN, keuangan dan kekayaan BUMN, tata kelola perusahaan yang baik, transparansi, akuntabilitas, kewajaran,
pertanggungjawaban, dan lain-lain. 4. Menemukan hubungan antara konsep-konsep yang ada dengan
menggunakan kerangka teori yang sudah disusun, yakni teori-teori tata kelola perusahaan yang baik dan teori badan hukum.
Universitas Sumatera Utara
5. Mengumpulkan data wawancara dan mensistematisasikan data tersebut untuk mendukung argumentasi teoritis.
6. Menarik kesimpulan dan saran.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGADAAN BARANG DANATAU JASA DI LINGKUNGAN BADAN
USAHA MILIK NEGARA BUMN BERBENTUK PERSERO
A. Dasar Hukum Pengadaan Barang danJasa di Lingkungan Badan Usaha
Milik Negara BUMN Persero
Pembahasan mengenai dasar hukum pengadaan barang dan jasa di lingkungan BUMN Persero akan terkait langsung dengan analisis terhadap
kedudukan BUMN Persero itu sendiri dan status hukum sumber dana yang dipergunakan BUMN Persero untuk membiayai pengadaan barang dan jasa yang
dibutuhkannya. Oleh karena itu, sebelum menganalisis dasar hukum pengadaan barang dan jasa di lingkungan BUMN Persero, maka akan terlebih dahulu
dianalisis status badan hukum BUMN Persero dan kekayaan yang dimilikinya. Setelah permasalahan tersebut terjawab, barulah dapat dianalisis apakah
pengadaan barang dan jasa pada BUMN Persero tunduk pada aturan-aturan hukum terkait pengadaan barang dan jasa pemerintah, atau peraturan tersendiri
yang berbeda dengan aturan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
1. BUMN Persero sebagai badan hukum mandiri
BUMN yang berbentuk Persero pada dasarnya adalah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas sebagaimana dimaksudkan dalam UU No. 1 Tahun
1995 tentang Perseroan Terbatas yang telah digantikan oleh UU No. 40 Tahun 2007. Hal ini dapat dilihat dari pencantuman kata “Perseroan Terbatas” pada
Universitas Sumatera Utara
BUMN berbentuk persero dan sesuai dengan ketentuan Pasal 11 UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, yang menyebutkan :
“Terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.’
UU No. 40 Tahun 2007 secara tegas menyebutkan bahwa perseroan terbatas ada badan hukum. Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 2007
mendefenisikan perseroan terbatas sebagai
badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
35
Status badan hukum tersebut diperoleh oleh perseroan terbatas bersamaan dengan tanggal
diterbitkannya Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI mengenai pengesahan badan hukum Perseroan.
36
Sejak diperolehnya status badan hukum tersebut, maka tanggungjawab para pemegang saham berubah menjadi tanggungjawab terbatas pada
modal yang disetorkannya pada perseroan. Tanggungjawab terhadap perikatan- perikatan yang dilakukan perseroan menjadi tanggungjawab perseroan itu sendiri
sebagai badan hukum. Perseroan terbatas sebagai badan hukum menduduki kedudukan penting bagi
hukum, karena badan hukum adalah subjek hukum seperti halnya manusia yang memiliki hak dan tanggungjawab sendiri terpisah dari para pendirinya. Terkait hal ini
Robert W. Hamilton menyatakan : Oleh karena badan hukum adalah subjek, maka ia merupakan badan yang
independen atau mandiri dari pendiri, anggota, atau penanam modal badan tersebut. Badan ini dapat melakukan kegiatan bisnis atas nama dirinya sendiri
35
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 angka 1
36
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 7 ayat 4.
Universitas Sumatera Utara
seperti halnya manusia. Bisnis yang dijalankan, kekayaan yang dikuasai, kontrak yang dibuat semua atas nama badan itu sendiri. Badan ini seperti
halnya manusia memiliki kewajiban-kewajiban hukum, seperti membayar pajak dan mengajukan izin kegiatan bisnis atas nama dirinya sendiri.
37
M. Yahya Harahap menegaskan bahwa kedudukan perseroan terbatas sebagai badan hukum menjadikan perseroan terbatas sebagai entitas hukum yang
terpisah dari pendirinya separate entity.
38
Lebih jauh dikatakan : Hukum perseroan terbatas seperti yang dirumuskan dalam Pasal 3 ayat 1
UUPT 2007, secara imajiner membentangkan tembok pemisah antara perseroan dengan pemegang saham untuk melindungi pemegang saham
dari segala tindakan, perbuatan dan kegiatan perseroan terbatas. Tindakan, perbuatan dan kegiatan perseroan bukanlah tindakan pemegang saham.
Kewajiban dan tanggungjawab Perseroan bukan kewajiban dan tanggungjawab pemegang saham.
39
Tujuan utama yang ingin dicapai prinsip separate entity dan limited liability pada perseroan terbatas adalah untuk menjadikan perseroan terbatas
sebagai kenderaan yang menarik untuk menanamkan modal attractive investment vehicle, sebab melalui prinsip separate entity hukum memberikan tembok dan
tabir perlindungan kepada pemegang saham yang tidak berdosa innocence shareholder terlepas dan terbebas dari tuntutan pihak ketiga yang timbul dari
kontrak atau transaksi yang dilakukan perseroan. Dengan demikian melalui perisai atau tabir limited liability, bertujuan untuk membudayakan investor pasif, yakni
para pemegang saham menaruh sejumlah uang dalam bisnis yang dikelola perseroan tanpa memikul resiko yang dapat menjangkau harta pribadinya.
40
37
Robert W. Hamilton, The Law of Corporation, St. Paul Minnesota : West Publishing Co, 1996, hal. 1
38
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hal. 70.
39
Ibid, hal. 71
40
Ibid., hal. 75
Universitas Sumatera Utara
Tanggungjawab terbatas limited liability memberikan fleksibilitas dalam mengalokasikan risiko dan keuntungan antara equity holders dan debt holders,
mengurangi biaya pengumpulan transaksi-transaksi dalam perkara insolvensi dan secara substansial menstabilkan harga saham. Tanggungjawab terbatas dari
pemegang saham juga berperan penting dengan memberikan kemudahan dalam pendelegasian menejemen.
41
Jimly Asshiddiqie mengemukan ada dua syarat untuk adanya sebuah badan hukum, yakni : 1 syarat materiil dan 2. Syarat formil. Syarat materiil
berkaitan dengan substansi dari badan hukum itu, yang meliputi : adanya kekayaan yang terpisah, tujuan yang ideal, kepentingan dan organisasi pengurus.
Syarat formal berkaitan dengan pendaftaran badan hukum untuk memperoleh status badan hukum. Untuk memperoleh status badan hukum, perseroan terbatas
harus disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM RI.
42
Berdasarkan uraian-uraian teoritis diatas, BUMN berbentuk persero memenuhi seluruh persyaratan sebagai badan hukum yang mandiri. Dengan
demikian BUMN Persero adalah entitas hukum yang terpisah dari pendirinya yang dalam hal ini adalah Negara cq. Pemerintah. Sebagai badan hukum yang
mandiri dan terpisah, maka tindakan-tindakan yang dilakukan oleh BUMN Persero, demikian pula tanggungjawab atas tindakan tersebut merupakan tindakan
dan tanggungjawab BUMN Persero itu sendiri, bukan merupakan tindakan Negara atau pemerintah.
41
Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas ; Doktrin, Peraturan perundang-undangan dan Yurisprudensi, Yogyakarta : Total Kreasi Media, 2009, hal. 15.
42
Jimly Asshiddiqie, dalam H. Salim H.S, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, Jakarta : Rajawali Pers, 2010, hal. 186.
Universitas Sumatera Utara
2. Status kekayaan dipisahkan pada BUMN Persero