Pengelolaan BUMN dengan berpegang pada prinsip-prinsip GCG bukanlah sebuah pilihan bagi BUMN tetapi merupakan sebuah kewajiban dan
keharusan. Sofyan A. Djalil menegaskan bahwa melalui penerapan prinsip-prinsip korporasi diniliai lebih efektif dibandingkan dengan pengelolaan BUMN dengan
menggunakan system birokrasi yang dilakukan oleh Kementerian BUMN. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menjadikan BUMN yang sehat, berdaya saing
tinggi dan memiliki nilai tambah bagi Negara, khususnya bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
86
C. Penerapan Prinsip GCG, Khususnya Prinsip Keterbukaan dalam
Ketentuan Pengadaan Barang danatau Jasa di Lingkungan Badan Usaha Milik Negara Persero
1. Pedoman Umum Pengadaan Barang dan Jasa di BUMN
Pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh BUMN dengan menggunakan dana selain dana langsung dari APBNAPBD memerlukan tata -
cara tersendiri yang diatur oleh Direksi berdasarkan pedoman umum yang ditetapkan oleh Menteri yang mewakili Pemerintah sebagai pemegang
sahampemilik modal Negara pada BUMN sebagaimana diatur dalam Pasal 99 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,
Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. Salah satu
pertimbangan pertimbangannya adalah bahwa BUMN sebagal badan usaha perlu melakukan pengadaan barang dan jasa secara cepat, fleksibel, efisien dan efektif
agar tidak kehilangan momentum bisnis yang dapat menimbulkan kerugian,
86
Kominfo – Newsroom, “ Pengelolaan BUMN dengan Prinsip Korporasi Lebih Efektif” 17 Juli 2007.
Universitas Sumatera Utara
sehingga diperlukan pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan bisnis dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip efisien,
efektif, kompetitif, transparan, adil dan
wajar, serta akuntabel.
87
Namun demikian, patut ditegaskan bahwa Permeneg BUMN No. PER- 05MBU2008 tidak diterapkan terhadap semua pengadaan barang dan jasa yang
dilakukan BUMN. Ruang lingkup keberlakuan dari Permeneg BUMN tersebut berlaku untuk semua pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh BUMN
yang pembiayaannya berasal dari anggaran BUMN atau anggaran pihak lain termasuk yang dibiayai dari pinjamanhibah luar negeri PHLN baik yang
dijamin maupun tidak dijamin oleh Pemerintah, kecuali pengadaan barang daujasa tersebut menggunakan dana langsung dari APBNAPBD baik sebagian maupun
seluruhnya.
88
Objektif
dari pengaturan sendiri terhadap pengadaan barang dan jasa BUMN adalah untuk
meningkatkan efisiensi, mendukung penciptaan nilai tambah di BUMN, menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan,
meningkatkan kemandirian, tanggung jawab dan profesionalisme, meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri dan meningkatkan sinergi antar BUMN danatau anak
perusahaan.
Cara pengadaan barang dan jasa di BUMN sama halnya dengan cara yang diatur dalam Perpres No. 54 Tahun 2010 untuk pengadaan barang dan jasa yang
dibiayai APBN, yakni dengan cara pelelangan terbuka, pemilihan langsung, penunjukan langsung, atau melalui beauty contest dan pembelian langsung.
87
Perhatikan Konsidran Menimbang dari Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER 05MBU2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa BUMN
88
Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER 05MBU2008, Pasal 4
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan pelaksanaan dari cara pengadaan barang dan jasa tersebut ditetapkan lebih lanjut oleh Direksi BUMN.
Perbedaan yang sangat prinsipil dari proses pengadaan barang dan jasa BUMN dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 antara lain adalah mengenai
fleksibilitas yang lebih pada BUMN. Permeneg BUMN No. PER.05MBU2008 jauh lebih fleksibel dibandingkan dengan Perpres No. 54 Tahun 2010.
Fleksibilitas ini sesuai dengan hakikat dari BUMN sebagai entitas bisnis yang memerlukan pengambilan keputusan secara cepat. Fleksibilitas tersebut dapat
dilihat dari ketentuan Pasal 9 dari Permeneg BUMN No. PER – 05MBU2008 yang membuka peluang sangat besar bagi dilakukannya cara penunjukan langsung
oleh BUMN, yang memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut: a. Barang dan jasa yang dibutuhkan bagi kinerja utama perusahaan dan tidak
dapat ditunda keberadaannya business critical asset; b. Penyedia barang dan jasa hanya satu-satunya barang spesifik;
c. Barang dan jasa yang bersifat knowledge intensive dimana untuk menggunakan dan memelihara produk tersebut membutuhkan kelangsungan pengetahuan dari
Penyedia Barang dan Jasa; d. Bila pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan menggunakan cara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 2 huruf a dan b telah dua kali dilakukan namun peserta pelelangan atau pemilihan langsung tidak memenuhi
kriteria atau tidak ada pihak yang mengikuti pelelangan atau pemilihan langsung, sekalipun ketentuan dan syarat-syarat telah memenuhi kewajaran;
Universitas Sumatera Utara
e. Barang dan jasa yang dimiliki oleh pemegang hak atas kekayaan intelektual HAKl atau yang memiliki jaminan warranty dari Original Equipment
Manufacture; f. Penanganan darurat untuk keamanan, keselamatan masyarakat, dan aset
strategis perusahaan; g. Barang dan jasa yang merupakan pembelian berulang repeat order sepanjang
harga yang ditawarkan menguntungkan dengan tidak mengorbankan kualitas barang dan jasa;
h. Penanganan darurat akibat bencana alam, baik yang bersifat lokal maupun nasional;
1. Barang dan jasa lanjutan yang secara teknis merupakan satu kesatuan yang sifatnya tidak dapat dipecah-pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan
sebelumnya; j.
Penyedia Barang dan Jasa adalah BUMN danatau Anak Perusahaan
89
sepanjang barang danatau jasa yang dibutuhkan merupakan produk atau layanan dari BUMN atau Anak Perusahaan dimaksud dengan ketentuan apabila
BUMN danatau Anak Perusahaan yang memproduksi atau memberi pelayanan yang dibutuhkan lebih dari satu, maka harus dilakukan pemilihan langsung
terhadap BUMN danatau Anak Perusahaan tersebut. Selanjutnya ketentuan Pasal 13 Permeneg BUMN menetapkan kewajiban
direksi BUMN terhadap Pengadaan Barang dan Jasa yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan pada APBNAPBD, untuk
89
Dalam Permeneg BUMN No. PER-05MBU2008, Anak Perusahaan diartikan sebagai perusahaan yang sahamnya minimum 90 dimiliki oleh BUMN Pasal 1 ayat 6
Universitas Sumatera Utara
mendokumentasikannya. Direksi BUMN wajib pula menyusun ketentuan internal Standard Operating and Procedure untuk penyelenggaraan Pengadaan Barang
dan Jasa, termasuk prosedur sanggahan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Negara BUMN tersebut. BUMN wajib membuat daftar dan rekam jejak
track record Penyedia Barang dan Jasa sehingga pengadaan barang dan jasa yang bersifat strategis danatau material dapat menggunakan daftar tersebut untuk
memprioritaskan penyedia barang dan jasa yang telah memiliki rekam jejak track record teruji.
2. Penerapan prinsip GCG dalam ketentuan pengadaan barang danatau jasa di lingkungan Badan Usaha Milik Negara Persero
Perkembangan usaha dewasa ini telah sampai pada tahap persaingan global dan terbuka dengan dinamika perubahan yang demikian cepat. Dalam
situasi kompetisi global seperti ini, GCG merupakan suatu keharusan dalam rangka membangun kondisi perusahaan yang tangguh dan sustainable. GCG
adalah suatu praktik pengelolaan perusahaan secara amanah dan prudensial dengan mempertimbangkan keseimbangan pemenuhan kepentingan seluruh
stakeholders. Dengan implementasi GCG, maka pengelolaan sumberdaya perusahaan diharapkan menjadi efisien, efektif, ekonomis dan produktif dengan
selalu berorientasi pada tujuan perusahaan dan memperhatikan stakeholders approach.
Sistem tatakelola organisasi perusahaan yang baik ini menuntut dibangunnya dan dijalankannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan GCG
Universitas Sumatera Utara
dalam proses manajerial perusahaan. Dengan mengenal prinsip-prinsip yang berlaku secara universal ini diharapkan perusahaan dapat hidup secara
berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi para stakeholdernya. Menyadari Arti pentingnya GCG, maka menteri BUMN melalui
keputusan Nomor KEP-117M-MBU2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan praktek Good Corporate Governance pada BUMN, mewajibkan
seluruh badan usaha milik Negara untuk menerapkan Good Corporate Governance GCG secara konsisten dan atau menjadikan GCG sebagai landasan
operasionalnya. Disamping itu UU No.9 tahun 2003 pasal 5 menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi harus mematuhi anggaran dasar
BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip- prinsip profesionalisme, efisiensi, transpansi, kemandirian, akuntabilitas,
pertanggungjawaban serta kewajaran. Dengan adanya kewajiban BUMN Persero menerapkan prinsip-prinsip
GCG dalam tata kelola perusahaan, maka dalam proses pengadaan barang dan jasa tidak terkecuali prinsip-prinsip GCG harus menjadi kerangka acuan. Perintah
untuk mengacu prinsip-prinsip GCG dalam pengadaan barang dan jasa BUMN terlihat dalam konsideran menimbang huruf c dari Permeneg BUMN No. PER
05MBU2008 yang menyebutkan : BUMN sebagai badan usaha perlu melakukan pengadaan barang dan jasa
secara cepat, fleksibel, efisien dan efektif agar tidak kehilangan momentum bisnis yang dapat menimbulkan kerugian, sehingga diperlukan pedoman
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan bisnis dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip efisien, efektif,
kompetitif, transparan, adil dan
wajar, serta akuntabel
Universitas Sumatera Utara
Transformasi prinsip-prinsip GCG dalam pedoman umum pengadaan barang dan jasa BUMN lebih tegas terlihat dalam Pasal 2 Permeneg BUMN No.
PER-05MBU2008 yang mewajibakan pengadaan barang dan jasa BUMN menerapkan prinsip-prinsip yang pada dasarnya adalah pengejawantahan dari
GCG, yakni :
a.
efisien, berarti Pengadaan Barang dan Jasa harus diusahakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan terbaik dalam waktu yang cepat dengan
menggunakan dana
dan
kemampuan seminimal mungkin secara wajar dan bukan hanya didasarkan pada harga terendah;
b. efektif, berarti Pengadaan Barang dan Jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai
dengan sasaran yang ditetapkan; c. kompetitif, berarti Pengadaan Barang dan Jasa harus terbuka bagi Penyedia
Barang dan Jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara Penyedia Barang dan Jasa yang setara dan memenuhi
syaratkriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan;
d. transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang dan Jasa termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi,
hasil evaluasi, penetapan calon Penyedia Barang dan Jasa, sifatnya terbuka bagi peserta Penyedia Barang dan Jasa yang berminat;
e. adil dan wajar, berarti memberikan perlakuan yang sarna bagi semua calon Penyedia Barang dan Jasa yang memenuhi syarat;
Universitas Sumatera Utara
f.
akuntabel, berarti harus mencapai sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menjauhkan dari potensi penyalahgunaan dan penyimpangan.
Prinsip-prisip pengadaan barang dan jasa BUMN tersebut selaras dengan prinsip-prinsip GCG sebagimana telah diwajibkan dalam Keputusan Mentri
BUMN Nomor KEP-117M-MBU2002 sebagai berikut :
1. Transparansi