Pertanggungjawaban Code of Corporate Governance

n. Pakta Integritas letter of undertaking yang ditandatangani oleh Penyedia Barang dan Jasa; o. kepastian adanya jaminan terhadap barang danatau jasa yang diperjanjikan. 2 Kontrak: sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tetap harus mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance serta prinsip kehati- hatian da1am pengambilan keputusan bisnis business judgment rule.

3. Pertanggungjawaban

Kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan terhadap kebijakan korporasi, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat merupakan prisip pertanggungjawaban yang harus dipedomani oleh pelaku bisnis-pelaku bisnis perusahaan. Dalam hal ini, Komisaris, Direksi, dan jajaran manajemennya dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan harus sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan, sedangkan kebijakan tersebut dibuat harus sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat. Implementasi prinsip ini terkandung dalam beberapa pasal dari Permeneg BUMN No. PER-05MBU2008, antara lain : 1. Pasal 2 2 Pengguna Barang dan Jasa mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan nasional, serta perluasan Universitas Sumatera Utara kesempatan bagi usaha kecil, sepanjang kualitas, harga, dan tujuannya dapat dipertanggungjawabkan. 3 Dalam rangka mendorong pertumbuhan industri dalam negeri, Pengguna Barang dan Jasa dapat memberikan preferensi penggunaan penggunaan produksi dalam negeri dengan tetap mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Pasal 8 1 Untuk pekerjaan yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 satu tahun atau multi-year, maka BUMN dapat melakukan pengadaan barang dan jasa 1 satu kali untuk jangka waktu lebih dari 1 satu tahun yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik dari masing-masing BUMN, sepanjang kualitas, harga, dan tujuannya dapat dipertanggungjawabkan. 2 Dalam hal pengadaan jangka panjang atau multi-year, Direksi perlu membuat formula penyesuaian harga tertentu price adjustment baik untuk kenaikan maupun penurunan yang disesuaikan dengan kondisi pasar dan best practice yang berlaku.

4. Kewajaran

Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kebijakan perusahaan. Komisaris, Direksi dan jajaran manajemennya dalam mengambilan keputusan, atau bertindak harus memperhatikan prisip-prinsip keadilan bagi semua pihak yang berkepentingan atau terkait baik secara langsung Universitas Sumatera Utara maupun tidak langsung. Untuk itu dibutuhkan suatu aturan yang jelas mengenai perlakuan pengelolah perusahaan terhadap pihak - pihak yang berkepentingan, mencakup hak dan kewajiban serta pola hubungan dengan yang bersangkutan. Implementasi prinsip ini terkandung dalam beberapa pasal dari Permeneg BUMN No. PER-05MBU2008, antara lain : 1. Pasal 8 1 Untuk pekerjaan yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 satu tahun atau multi-year, maka BUMN dapat melakukan pengadaan barang dan jasa 1 satu kali untuk jangka waktu lebih dari 1 satu tahun yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik dari masing-masing BUMN, sepanjang kualitas, harga, dan tujuannya dapat dipertanggungjawabkan. 2 Dalam hal pengadaan jangka panjang atau multi-year, Direksi perlu membuat formula penyesuaian harga tertentu price adjustment baik untuk kenaikan maupun penurunan yang disesuaikan dengan kondisi pasar dan best practice yang berlaku. 2. Pasal 9 1 Pengadaan Barang dan Jasa melalui penunjukan langsung dilakukan dengan menunjuk langsung 1 satu atau lebih Penyedia Barang dan Jasa. 2 Penunjukan lengsung hanya dapat dilakukan sepanjang Direksi terlebih dahulu merumuskan ketentuan internal dan kriteria yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 dengan memperhatikan ketentuan pada ayat 3 Pasal ini . Universitas Sumatera Utara 3 Penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan apabila memenuhi minimal salah satu dari persyaratan sebagai berikut : a. Barang dan jasa yang dibutuhkan bagi kinerja utama perusahaan dan tidak dapat ditunda keberadaannya business critical asset; b. Penyedia barang dan jasa hanya satu-satunya barang spesifik; c. Barang dan jasa yang bersifat knowledge intensive dimana untuk menggunakan dan memelihara produk tersebut membutuhkan kelangsungan pengetahuan dari Penyedia Barang dan Jasa; d. Bila pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan menggunakan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 2 huruf a dan b telah dua kali dilakukan namun peserta pelelangan atau pemilihan langsung tidak memenuhi kriteria atau tidak ada pihak yang mengikuti pelelangan atau pemilihan langsung, sekalipun ketentuan dan syarat-syarat telah memenuhi kewajaran; e. Barang dan jasa yang dimiliki oleh pemegang hak atas kekayaan intelektual HAKl atau yang memiliki jaminan warranty dari Original Equipment Manufacture; f. Penanganan darurat untuk keamanan, keselamatan masyarakat, dan aset strategis perusahaan; g. Barang dan jasa yang merupakan pembelian berulang repeat order sepanjang harga yang ditawarkan menguntungkan dengan tidak mengorbankan kualitas barang dan jasa; h. Penanganan darurat akibat bencana alam, baik yang bersifat lokal maupun nasional; 1. Barang dan jasa lanjutan yang secara teknis merupakan satu kesatuan yang sifatnya tidak dapat dipecah-pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya; j. Penyedia Barang dan Jasa adalah BUMN danatau Anak Perusahaan 90 sepanjang barang danatau jasa yang dibutuhkan merupakan produk atau layanan dari BUMN atau Anak Perusahaan dimaksud dengan ketentuan apabila BUMN danatau Anak Perusahaan yang memproduksi atau memberi pelayanan yang dibutuhkan lebih dari satu, maka harus dilakukan pemilihan langsung terhadap BUMN danatau Anak Perusahaan tersebut. 90 Dalam Permeneg BUMN No. PER-05MBU2008, Anak Perusahaan diartikan sebagai perusahaan yang sahamnya minimum 90 dimiliki oleh BUMN Pasal 1 ayat 6 Universitas Sumatera Utara 3. Pasal 14 Dalam proses pelelangan terbukaseleksi terbuka dan pemilihan langsung yang memerlukan Term Of Reference TOR atau dokumen pengadaan pelelangan Pengadaan Barang dan Jasa, Direksi wajib membuat kriteria danatau persyaratan yang adil dan wajar sesuai dengan kebutuhan BUMN dan tidak mengarah untuk memenangkan pihak tertentu. 3. Penerapan prinsip keterbukaan dalam ketentuan pengadaan barang danatau jasa di lingkungan Badan Usaha Milik Negara Persero Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan infomasi yang material dan relevan mengenai perusahaan kepada stakeholders yang terkait. Prinsip ini harus dipegang teguh dan diwajibkan bagi seluruh pelaku bisnis dalam perusahaan dan secara bersama-sama harus mencegah usaha persembunyian informasi terutama yang menyangkut kepentingan publik, pemegang saham atau stakeholders secara keseluruhan. Tujuan dari transparansi ini adalah agar setiap pihak yang berkepentingan dapat mengukur segala sesuatu yang menyangkut perusahaan berdasarkan kepentingannya. Prinsip “transparansi” selanjutnya disebut “keterbukaan” penting untuk mencegah penipuan fraud atau KKN. Sangat baik untuk dipahami ungkapan yang pernah diungkapkan Barry A.K Rider: “sun light is the best disinfectant and electric light the policeman.” Dengan perkataan lain, Rider mengatakan bahwa Universitas Sumatera Utara “more disclosure will inevitably discourage wrongdoing and abuse.” 91 Pendapat ini relevan dengan fungsi prinsip keterbukaan dalam pengadaan barang dan jasa di lingkungan BUMN. Keterbukaan dalam pengadaan barang dan jasa BUMN dapat menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pengadaan barang dan jasa BUMN. Hal ini dapat mengeleminir stigma negatif proses pengadaan barang dan jasa BUMN yang sarat dengan praktek KKN. Dalam suatu kesempatan Mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Taufiqurrahman Ruki, mengatakan korupsi terbesar di pemerintahan dan BUMN terjadi pada proyek-proyek pengadaan barang dan jasa. Selama 2005 KPK menangani 33 kasus korupsi, 24 di antaranya dalam proyek pengadaan barang dan jasa. Modus korupsi dalam proyek pengadaan kebanyakan penggelembungan biaya, penyusutan biaya, suap, penggelapan, dan proyek fiktif. Korupsi terjadi akibat persekongkolan penguasa dengan pengusaha yang terjadi sejak proyek masih dalam perencanaan. persekongkolan semacam itu juga membuat iklim usaha tak sehat. Oleh karena itu, menurut Taufiqurrahman, komisinya telah memberikan rekomendasi agar mengumumkan setiap proyek lewat media massa secara jelas agar diketahui oleh publik. 92 Potensi penyimpangan dalam proses pengadaan barang dan jasa dapat terjadi pada setiap tahapan pengadaan barang. Khusus terkait dengan penerapan 91 Bismar Nasution, “Aspek Hukum dalam Transparansi Pengelolaan Perusahaan BUMNBUMD sebagai Upaya Pemberantasan KKN”, Disampaikan pada Semiloka Peran Masyarakat Stakeholder melalui lembaga pengawasan pengelolaan perusahaan dalam mendukung pelaksanaan good corporate governance di Sumatera Utara pada tanggal 30 April 2003, Hal. 1 92 Tempo Interakif, “ Korupsi Pengadaan Barang Luar Biasa,” dikutip dalam http:www.tempo.co.idhgnasional20060209brk,20060209-73691,id.html , diakses terakhir tanggal 15 Nopember 2010. Universitas Sumatera Utara prinsip keterbukaan, potensi penyimpangan dapat terjadi dalam bentuk, antara lain: a. Pengumuman lelang yang semu atau fiktif b. Jangka waktu pengumuman yang sangat singkat c. Pengumuman lelang tidak lengkap d. Waktu pendistribusian dokumen dibuat singkat e. Lokasi pemberian dokumen sulit dicari f. Gambaran nilai harga perhitungan sendiri HPS ditutup-tutupi g. Informasi dan deskripsi dalam aanwijzing sangat terbatas h. Penjelasan dibuat controversial i. Evaluasi penawaran tertutup dan tersembunyi j. Tanggal pengumuman calon pemenang sangat terbatas k. Tanggap pengumuman calon pemenang ditunda-tunda l. Pengumuman calon pemenang tidak informative m. Sanggahan peserta tidak ditanggapi atau ditanggapi tidak seluruhnya n. Penandatanganan kontrak secara tertutup 93 Transparansi dalam proses pengadaan barang dan jasa BUMN mendapat perhatian yang sangat serius dalam Permeneg BUMN No. PER 05MBU2010. Meskipun Pasal 99 PP No. 45 Tahun 2010 memberikan wewenang kepada direksi untuk menetapkan aturan pengadaan barang dan jasa BUMN yang tidak menggunakan dana langsung dari APBN, akan tetapi proses tersebut harus tetap mengacu pada prinsip-prinsip GCG yang salah satunya adalah transparansi. Pasal 2 ayat 1 d dari Permeneg BUMN tersebut mewajibkan pengadaan barang dan jasa BUMN Persero menerapkan prinsip transparan. Transparan diartikan bahwa semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang dan Jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon Penyedia Barang dan Jasa, sifatnya terbuka bagi peserta Penyedia Barang 93 BRR, “Strategi dan Tool Kit Anti Korupsi untuk Memerangi KKN di Bidang pengadaan barang dan Jasa, diakses dari http:know.brr.go.id tanggal 15 Nopember 2010. Universitas Sumatera Utara dan Jasa yang berminat. Terkait dengan hal tersebut Pasal 6 Permeneg BUMN No. PER 05MBU2008 menyebutkan : 1 Cara Pengadaan Barang dan Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 depat dilakukan dengan menggunakan sarana e-procurement yang persyaratan teknisnya ditetapkan oleh Direksi. 2 Dalam hal pengadaan barang dan jasa BUMN menggunakan sistem e- procurement, maka sistem tersebut wajib dihubungkan dengan portal utama Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. Dengan kata lain kemajuan teknologi informasi dimanfaatkan secara tepat guna untuk menunjang terwujudnya transparansi dalam pengadaan barang dan jasa BUMN dengan menggunakan sarana e-procurement. Implementasi prinsip transparansi dalam pengaturan pengadaan barang dan jasa BUMN secara tegas juga dicantumkan dalam Pasal 10 Permeneg BUMN No. PER-05MBU2010 tentang proses sanggahan. Untuk: menjamin adanya transparansi dan perlakuan yang sama equal treatment dalam setiap pengadaan barang dan jasa, maka pihak yang kalah pada saat pengumuman pemenang, berhak untuk mengajukan sanggahan. Sanggahan hanya yang berkaitan dengan kesesuaian pelaksanaan pelelanganseleksi dengan prosedur atau tata cara pelelanganseleksi. Sanggahan dapat diterima apabila diajukan dalam waktu selambat-lambatnya 4 empat hari kerja sejak diumumkannya pemenang atau sebelum kontrak ditandatangani, mana yang lebih dahulu. Direksi atau pejabat yang ditunjuk sebagai pemilik pekerjaan di internal BUMN wajib menyampaikan keputusan atas sanggahan tersebut selambat-lambatnya 14 empat belas hari kalender dari tanggal diterimanya pengajuan sanggahan. Direksi atau pejabat yang ditunjuk rnenangani dan memeriksa sanggahan dapat melibatkan pihak yang tidak Universitas Sumatera Utara terkait langsung dengan proses pengadaan barang dan jasa yang bersangkutan. Direksi dapat mengatur persyaratan untuk dapat melayani sanggahan antara lain dengan mensyaratkan penyetoran uang jaminan sanggahan sebesar maksimum nilai jaminan penawaran bid bond atau pencairan jaminan penawaran bid bond, termasuk mensyaratkan adanya pembuktian dari pihak yang menyanggah. Uang jaminan sanggahan tersebut dikembalikan kepada penyanggah apabila sanggahannya terbukti benar secara hukum dan menjadi hak BUMN yang bersangkutan apabila sanggahannya terbukti tidak benar secara.hukum. 94 Selanjutnya direksi BUMN yang memiliki wewenang menetapkan aturan pengadaan barang dan jasa di lingkungan BUMN yang dipimpinnya wajib menjabarkan prinsip keterbukaan tersebut dalam tingkat keputusan direksi tentang pedoman pengadaan barang dan jasa untuk BUMN yang bersangkutan. 94 Lihat Pasal 10 Permeneg BUMN No. PER-05MBU2008 Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE,

KHUSUSNYA PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PROSES PENGADAAN BARANG DANATAU JASA DI LINGKUNGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III PERSERO A. Instrument Penerapan Prinsip-prinsip GCG di Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III Persero 1. Anggaran Dasar Anggaran dasar merupakan salah satu instrumen penting dalam penerapan prinsip-prinsip GCG di BUMN, karena anggaran dasar berisikan tata kelola perusahaan BUMN secara umum yang pembuatannya mengacu pada UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Anggaran dasar PTPN III telah disesuaikan dengan UU No. 40 Tahun 2007 dan terakhir kali dilakukan perubahan pada tanggal 24 Desember 2009 berdasarkan Akte Pernyataan Keputusan RUPS PTPN III No. 8 dibuat oleh Syafnil Gani, SH.,M.Hum, Notaris di Medan dan telah disetujui perubahannya oleh Kementerian Hukum dan HAM RI berdasarkan Surat Nomor : AHU- AH.01.10-19656 tanggal 05 Nopember 2009. Anggaran dasar bagi PTPN III merupakan salah satu dokumen induk tata kelola yang dijadikan sebagai kerangka acuan tata kelola disamping peraturan perundang-undangan terkait. Anggaran dasar sebagai dokumen induk dijabarkan oleh direksi dalam sejumlah manual tata kelola dan keputusan-keputusan internal yang lebih rendah tingkatannya. Universitas Sumatera Utara Secara umum dapat dinyatakan bahwa anggaran dasar PTPN III mencerminkan secara utuh prinsip-prinsip GCG karena pembuatannya yang berpedoman pada UU No. 40 Tahun 2007, UU No. 19 Tahun 2003, PP No. 45 Tahun 2005, Kepmen BUMN No. 117M-MBU2002 dan peraturan terkait lainnya.

2. Code of Corporate Governance

PT. Perkebunan Nusantara III Persero sebagai pelaku ekonomi nasional, tidak lepas dari keharusan untuk menerapkan praktek-praktek Good Corporate Governance sehingga perusahaan dapat memfokuskan kepada usaha peningkatan daya saing, pengembangan usaha dan penciptaan peluang-peluang baru melalui manajemen yang dinamis dan profesional untuk dapat memasuki pasar global. 95 Good Corporate Governance merupakan struktur dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai Pemegang Saham dalam jangka panjang dan corporate image dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai etika. Untuk mewujudkan komitmen tersebut secara terstruktur, Perusahaan harus memiliki peraturan tertulis tentang Corporate Governance atau disebut Code of Corporate Governance yang berisikan kumpulan peraturan dan best practice sebagai pedoman atau arahan bagi organ perusahaan untuk menatakelola 95 Code of Corporate Governance PT. Perkebunan Nusantara III Persero, Op.cit.,hal 1. Universitas Sumatera Utara perusahaan dengan baik, meliputi pembagian tugas, tanggung jawab, kewenangan Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi serta organ terkait. 96 Code of Corporate Governance menjadi dasar dalam tata kelola perusahaan, sehingga seluruh aturan dalam pengelolaan perusahaan harus mengacu pada dan tidak bertentangan dengan pedoman ini. Untuk memonitor kepatuhan penerapan Good Corporate Governance, Direksi mengimplementasikannya dengan adanya penandatanganan Fakta Integritas Direksi terhadap aktivitas perusahaan yang dilakukan sesuai izin Pemegang Saham dan melaksanakan penandatanganan Kontrak Manajemen terhadap Manajemen Kunci serta Serikat Pekerja Perkebunan dalam kaitannya untuk merealisasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. 97 Selain itu sebagai wujud komitmen terhadap penerapan Good Corporate Governance Direksi menetapkan dengan surat keputusan petugas atau tim yang melakukan pemantauan dan pelaporan atas pelaksanaan Good Corporate Governance di Perusahaan. Tugas dan tanggung jawab tim tersebut antara lain: 98 1. Inventarisasi aspek-aspek yang memerlukan pengkajian dan perubahan seperti orientasi bisnis, visi, misi, struktur organisasi, kode etik, prilaku, dan lain-lain. 2. Melakukan pengkajian berdasarkan bahan-bahan yang telah dikumpulkan untuk mewujudkan penerapan Good Corporate Governance di masa yang akan datang. 96 Ibid., 97 Code of Corporate Governance PT. Perkebunan Nusantara III Persero, Op.cit.,hal 77. 98 Ibid Universitas Sumatera Utara 3. Merumuskan hasil kajian dan tindakan kongrit serta mengkomunikasikan kepada Direksi. 4. Mengimplementasikan tindak lanjut dari hasil kajian yang telah dirumuskan bekerja sama dengan pihak terkait. 5. Melakukan evaluasi secara berkelanjutan dan melakukan koreksi perbaikan jika diperlukan. 6. Membuat laporan atas pelaksanaan tugas tim.

3. Code of Conduct

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IIIDistrik Asahan)

10 119 140

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kehati-hatian Direksi Dalam Perjanjian Kerja Sama Untuk Proses Pengadaan Barang Dan Jasa (Studi Penelitian PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan)

5 60 172

Kajian Strategi Bisnis dalam Pelaksanaan Pengembangan Areal (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

3 64 114

Penerapan Prinsip-Pprinsip Good Corporate Governance, Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang Dan/Atau Jasa Di Lingkungan Bumn Perkebunan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

2 74 145

Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada BUMN Di PTP Nusantara IV (Persero) Medan

0 36 117

Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

0 35 129

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perspektif Good - Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan

1 5 27

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IIIDistrik Asahan)

0 3 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kehati-hatian Direksi Dalam Perjanjian Kerja Sama Untuk Proses Pengadaan Barang Dan Jasa (Studi Penelitian PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan)

0 1 31

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kehati-hatian Direksi Dalam Perjanjian Kerja Sama Untuk Proses Pengadaan Barang Dan Jasa (Studi Penelitian PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan)

0 0 16