Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kehati-hatian Direksi Dalam Perjanjian Kerja Sama Untuk Proses Pengadaan Barang Dan Jasa (Studi Penelitian PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan)

(1)

(PERSERO) MEDAN)

TESIS

Oleh

RISKY ADELIA BUDIANTY

107011022/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(PERSERO) MEDAN)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

RISKY ADELIA BUDIANTY

107011022/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

(PERSERO) MEDAN)

Nama Mahasiswa : RISKY ADELIA BUDIANTY Nomor Pokok : 107011022

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 2. Dr.Mahmul Siregar,SH, MHum

3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 4. Notaris Syafnil Gani, SH, MHum


(5)

Nama : RISKY ADELIA BUDIANTY

Nim : 107011022

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PRINSIP

KEHATI-HATIAN DIREKSI DALAM PERJANJIAN

KERJASAMA UNTUK PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA (STUDI PENELITIAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN) Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :RISKY ADELIA BUDIANTY Nim :107011022


(6)

dan mengikat. Kepengurusan persroan dilakukan oleh organ perseroan yakni Direksi, dan Direksi inilah yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan persroan dan bukan kepada perorangan pemegang saham untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan didalam maupun diluar pengadilan apabila perseroan menghadapi persoalan hukum dalam menjalankan kegiatan perseroan. Permasalahan hukum yang sering terjadi mengenai penerapan prinsip kehati – hatian Direksi dalam proses pengadaan barang dan jasa di BUMN. Prinsip kehati – hatian dalam pengadaan barang dan jasa, Direksi berpedoman pada Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2008 tentang pedoman pengadaan barang dan jasa di BUMN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan prinsip kehati – hatian dan konsekwensi hukum bagi direksi atau pejabat apabila tidak memenuhi prinsip kehati – hatian dalam pengadaan barang dan jasa, dalam hal ini PTPN III menjadikan sebagai lokasi penelitian. Permasalahan yang dibahas adalah penjabaran prinsip kehati-hatian dalam peraturan pengadaan barang dan jasa di PT.Perkebunan Nusantara III (Persero), sistem pengendalian internal dalam proses pengadaan barang dan jasa di PTP.Perkebunan Nusantara III (Persero) agar direksi memenuhi prinsip kehati-hatian dan konsekwensi hukum bagi direksi atau pejabat dibawah direksi apabila tidak memenuhi prinsip kehati-hatian dalam pengadaan barang dan jasa di PT.Perkebunan Nusantara III (Persero).

Penelitian yuridis normative dilakukan sebagai jenis penelitian, menggunakan yuridis normative untuk meneliti bahan – bahan kepustakaan hukum dan perundang – undangan yang relevan. Data yang dipergunakan utamanya adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang dikumpulkan dengan melakukan studi pustaka dan studi dokumen. Data analisis secara kualitatif dan selanjutnya disajikan secara sistematis.

Hasil penelitian mengarah pada suatu kesimpulan bahwa dalam setiap kegiatan perseroan maka kewenangan penuh menjalankan perseroan berada ditangan Direksi. Undang – undang memang tidak mengatur prinsip kehati – hatian tetapi sebagian peraturan yang berkaitan dengan hal ini terdapat yang menyatakan harus berpedoman kepada prinsip kehati – hatian. Dalam UUPT tidak menyatakan secara tegas mengenai prinsip kehati – hatian walau prinsip ini sesungguhnya sangat erat hubungannya dengan doktrin fiduciary duty tetapi bukan berarti UUPT tidak menganut prinsip kehati – hatian. Dengan mengadopsi prinsipfiduciary duty disebut atau tidak maka pada hakikatnya prinsip kehati – hatian ini tetap menjadi landasan dalam UUPT. Tindakan Direksi untuk menerapkan prinsip kehati – hatian dalam pengadaan barang dan jasa maka PTPN III berpedoman Peraturan Menteri Negara BUMN nomor PER-05/MBU/2008 tentang pedoman umum pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, selain itu Direksi juga mengeluarkan Surat Keputusan Direksi PT.


(7)

(RKAP), 2) pengadaan barang dan jasa yang menggunakan sumber dana pinjaman/hibah luar negeri (PHLN) sepanjang diatur dalam naskah hibah perjanjian pinjaman luar negeri atau dokumen kesepahaman pinjaman/hibah luar negeri, selain hal tersebut diatas direksi menerapkan prinsip kehati-hatian dengan membuat suatu struktur organisasi yaitu bagian pelelangan, bagian hukum dan manajemen risiko, bagian satuan pengawsan intern dan bagian tehnik, Sehingga penerapan prinsip kehati-hatian dapat dijalankan sesuai dengan aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan.


(8)

besides that, its responsibility is transparent and binding. The management of a limited company is done by the company organ; that is, Board of Directors that takes full responsibility for managing the company, not by shareholders individually, for the benefit and the objectives of the company Board of Direcors represents the company inside and outside the Court when the company has legal problems, especially in implementing prudential principle of the board of Directors in the process of supplying goods and services at BUMN (state-Owned Enterprises). In this case, the board of Directors is guided by the Regulation of the Minister of State for BUMN No PER-05/MBU/2008 on the Guidelines of Supplying Goods and Services for BUMN. The aim of the research was to analyze and to explain the prudential principle in managing the supply of goods and services at PT Perkebunan Nusantara III (Incorporated), the system of internal supervising in the process of supplying goods and services at PT Perkebunan Nusantara III (Incorporated) so that the Board of Directors followed prudential principle, and the legal consequence for the Board of Directors and managers when they did not follow prudential principle in supplying goods and services at PT Perkebunan Nusantara III (Incorporated).

The type of the research was judicial normative in order to study legal materials and the relevant legal provisions. The primary and secondary data were gathered by performing library research and documentary study, analyzed qualitatively, and presented systematically.

The result of the research showed that in every activity of the company, the Board of Directors had absolate authority in running the company. The law actually does not regulate prudential principle, but some parts of the legal provisions concerning prudential principle. UUPT does not clearly say about prudential principle although this principle is closely related to the doctrine of fiduciary duty, it does not mean that UUPT does not follow prudential principle. By adopting fiduciary duty, it means that the prudential principle in supplying goods and services, Board of Directors of PTPN III is guided by the Regulation of the Minister of State for BUMN No PER-05/MBU/2008 on the Guidelines of Supplying Goods and services. Besides that, the Board of Director also issues the Directives of the Board of Directors of PT Perkebunan Nusantara III (Incorporated) No 3.11/SKPTS/2011 on the Guidelines of Supplying Goods and Services at PT Perkebunan Nusantara III (Incorporated) in which the principles of supplying goods and services are enacted. Besides that, the supplying of goods and services was done based on 1) the capital resources of the supplying of goods and services which come from RKAP (company’s budget), 2) the supplying of goods and services which uses capital resources from PHLN (loan/grant from foreign countries) as long as it is regulated in the grant agreement or loan/grant agreement document. Besides that the Board of Directors implements prudential


(9)

(10)

berkat dan karunia-Nya penulisan tesis ini dengan judul“Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kehati-hatian Direksi Dalam Perjanjian Kerja Sama Untuk Proses Pengadaan Barang Dan Jasa (Studi Penelitian PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan)”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH., Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN.,danBapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum selaku Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Kemudian juga, semua pihak yang telah berkenan memberi masukan arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak kolokium, seminar hasil, sampai ujian tertutup sehingga penulisan menjadi lebih sempurna dan terarah.


(11)

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di bangku kuliah.

6. Seluruh Staf/Pegawai yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama menjalani pendidikan.


(12)

pengambilan data dan wawancara yang berkenaan dengan penulisan tesis ini. 8. Rekan-rekan Mahasiswa/i di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, khususnya angkatan tahun 2010 yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Motivator terbesar dalam hidup penulis yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, dukungan dan doa yang tidak putus-putusnya kepada Ibunda dan Ayahanda serta Saudari/i yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis kiranya ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak. Demikian pula atas bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari ALLAH SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah kepada kita semua. Amin Ya Robbal’Alamin

Medan, Agustus 2012 Penulis,


(13)

1. Nama : Risky Adelia Budianty 2. Tempat/Tanggal lahir : Medan, 15 Juli 1986 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Alamat : Komp.Taman Setia Budi Indah Blok YY No 118 Medan

6. No.Handphone : 0813-972-000-98

II. KELUARGA

1. Nama Ayah : Ir. Adrian K

2. Nama Ibu : Ir. Tetty Magdalena Nasution,M.Si 3. Nama Abang : Donny Ahmad Fuady,S.Hut

4. Suami : dr. Yudhi Kurniawan

III. PENDIDIKAN

1. SD : Tahun 1992 s/d 1998

SD Negeri Percobaan Medan

2. SMP : Tahun 1998 s/d 2001

SMP Negeri 1 Medan

3. SMA : Tahun 2001 s/d 2004

SMA Negeri 1 Medan 4. Perguruan Tinggi (S1) : Tahun 2004 s/d 2008

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 5. Perguruan Tinggi (S2) : Tahun 2010 s/d 2012

Program Studi Magister Kenotariatan


(14)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

DAFTAR ISI... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Keaslian Penelitian ... 11

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 11

1. Kerangka Teori ... 11

2. Konsepsi ... 25

G. Metode Penelitian ... 27

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 28

2. Sumber Data/Bahan Hukum ... 28

3. Teknik Pengumpulan Data ... 30

4. Alat Pengumpulan Data ... 30

5. Analisa Data ... 30

BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERATURAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) ... 32

A. Perseroan Terbatas sebagai Badan Hukum ... 32

1. Kedudukan PT Sebagai Badan Hukum Mandiri ... 32


(15)

1. Pengertian Prinsip Kehati-hatian ... 62 2. Fiduciary Duty Direksi dalam Tugas Pengurusan

Perseroan Terbatas ... 66 3. Tanggung Jawab Direksi Terhadap Pelanggaran Prinsip

Kehati-hatian ... 69 4. Perlindungan Bagi Direksi melalui Business Judgment

Rule ... 71 C. Prinsip Kehati-hatian Dalam Peraturan Pengadaan Barang

Dan Jasa Di PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 75 1. Dasar Hukum Pengadaan Barang dan Jasa di PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero)... 75 2. Prinsip-Prinsip Pengadaan Barang dan Jasa di PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 78 3. Jenis dan Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa di PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 81 4. Peranan dan Tanggung jawab Direksi Dalam Pengadaan

Barang dan Jasa Di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 86 5. Penjabaran Prinsip Kehati-hatian Dalam Peraturan

Pengadaan Barang Dan Jasa di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 90 6. Instrument Penjabaran Prinsip Kehati-hatian di PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 93 BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PROSES

PENGADAAN BARANG DAN JASA AGAR DIREKSI MEMENUHI PRINSIP KEHATI-HATIAN... A. Pihak-Pihak Dalam Proses Pengadaan Barang Dan Jasa di


(16)

5. Rekanan ... 113

B. Pemenuhan Prinsip Kehati-hatian dalam Penandatanganan Kontrak Pengadaan ... 115

1. Bentuk-bentuk Kontrak Pengadaan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 115

2. Penyusunan dan Analisis Kontrak Pengadaan ... 117

3. Fakta Integritas ... 122

C. Peran Satuan Pengendalian Internal (SPI) Dalam Pemenuhan Prinsip Kehati-hatian Pada Pengadaan Barang Dan Jasa ... 123

1. Kedudukan Satuan Pengawasan Internal... 123

2. Tugas dan Fungsi Satuan Pengawasan Internal (SPI) ... 124

3. Peran SPI Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa... 126

BAB IV KONSEKWENSI HUKUM BAGI DIREKSI ATAU PEJABAT DALAM PELANGGARAN PRINSIP KEHATI-HATIAN PADA PENGADAAN BARANG DAN JASA DI PTPN III (PERSERO) ... 129

A. Bentuk-bentuk Pelanggaran Prinsip Kehati-hatian ... 129

B. Tanggung Jawab Direksi atas Pengadaan Barang dan Jasa Bermasalah ... 131

C. Kebijakan dan Tindakan Direksi Terhadap Pejabat Dibawah Direksi ... 135

D. Peran Dewan Komisaris ... 138

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 140

A. Kesimpulan ... 140

B. Saran ... 146


(17)

dan mengikat. Kepengurusan persroan dilakukan oleh organ perseroan yakni Direksi, dan Direksi inilah yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan persroan dan bukan kepada perorangan pemegang saham untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan didalam maupun diluar pengadilan apabila perseroan menghadapi persoalan hukum dalam menjalankan kegiatan perseroan. Permasalahan hukum yang sering terjadi mengenai penerapan prinsip kehati – hatian Direksi dalam proses pengadaan barang dan jasa di BUMN. Prinsip kehati – hatian dalam pengadaan barang dan jasa, Direksi berpedoman pada Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2008 tentang pedoman pengadaan barang dan jasa di BUMN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan prinsip kehati – hatian dan konsekwensi hukum bagi direksi atau pejabat apabila tidak memenuhi prinsip kehati – hatian dalam pengadaan barang dan jasa, dalam hal ini PTPN III menjadikan sebagai lokasi penelitian. Permasalahan yang dibahas adalah penjabaran prinsip kehati-hatian dalam peraturan pengadaan barang dan jasa di PT.Perkebunan Nusantara III (Persero), sistem pengendalian internal dalam proses pengadaan barang dan jasa di PTP.Perkebunan Nusantara III (Persero) agar direksi memenuhi prinsip kehati-hatian dan konsekwensi hukum bagi direksi atau pejabat dibawah direksi apabila tidak memenuhi prinsip kehati-hatian dalam pengadaan barang dan jasa di PT.Perkebunan Nusantara III (Persero).

Penelitian yuridis normative dilakukan sebagai jenis penelitian, menggunakan yuridis normative untuk meneliti bahan – bahan kepustakaan hukum dan perundang – undangan yang relevan. Data yang dipergunakan utamanya adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang dikumpulkan dengan melakukan studi pustaka dan studi dokumen. Data analisis secara kualitatif dan selanjutnya disajikan secara sistematis.

Hasil penelitian mengarah pada suatu kesimpulan bahwa dalam setiap kegiatan perseroan maka kewenangan penuh menjalankan perseroan berada ditangan Direksi. Undang – undang memang tidak mengatur prinsip kehati – hatian tetapi sebagian peraturan yang berkaitan dengan hal ini terdapat yang menyatakan harus berpedoman kepada prinsip kehati – hatian. Dalam UUPT tidak menyatakan secara tegas mengenai prinsip kehati – hatian walau prinsip ini sesungguhnya sangat erat hubungannya dengan doktrin fiduciary duty tetapi bukan berarti UUPT tidak menganut prinsip kehati – hatian. Dengan mengadopsi prinsipfiduciary duty disebut atau tidak maka pada hakikatnya prinsip kehati – hatian ini tetap menjadi landasan dalam UUPT. Tindakan Direksi untuk menerapkan prinsip kehati – hatian dalam pengadaan barang dan jasa maka PTPN III berpedoman Peraturan Menteri Negara BUMN nomor PER-05/MBU/2008 tentang pedoman umum pelaksanaan pengadaan


(18)

(RKAP), 2) pengadaan barang dan jasa yang menggunakan sumber dana pinjaman/hibah luar negeri (PHLN) sepanjang diatur dalam naskah hibah perjanjian pinjaman luar negeri atau dokumen kesepahaman pinjaman/hibah luar negeri, selain hal tersebut diatas direksi menerapkan prinsip kehati-hatian dengan membuat suatu struktur organisasi yaitu bagian pelelangan, bagian hukum dan manajemen risiko, bagian satuan pengawsan intern dan bagian tehnik, Sehingga penerapan prinsip kehati-hatian dapat dijalankan sesuai dengan aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan.


(19)

besides that, its responsibility is transparent and binding. The management of a limited company is done by the company organ; that is, Board of Directors that takes full responsibility for managing the company, not by shareholders individually, for the benefit and the objectives of the company Board of Direcors represents the company inside and outside the Court when the company has legal problems, especially in implementing prudential principle of the board of Directors in the process of supplying goods and services at BUMN (state-Owned Enterprises). In this case, the board of Directors is guided by the Regulation of the Minister of State for BUMN No PER-05/MBU/2008 on the Guidelines of Supplying Goods and Services for BUMN. The aim of the research was to analyze and to explain the prudential principle in managing the supply of goods and services at PT Perkebunan Nusantara III (Incorporated), the system of internal supervising in the process of supplying goods and services at PT Perkebunan Nusantara III (Incorporated) so that the Board of Directors followed prudential principle, and the legal consequence for the Board of Directors and managers when they did not follow prudential principle in supplying goods and services at PT Perkebunan Nusantara III (Incorporated).

The type of the research was judicial normative in order to study legal materials and the relevant legal provisions. The primary and secondary data were gathered by performing library research and documentary study, analyzed qualitatively, and presented systematically.

The result of the research showed that in every activity of the company, the Board of Directors had absolate authority in running the company. The law actually does not regulate prudential principle, but some parts of the legal provisions concerning prudential principle. UUPT does not clearly say about prudential principle although this principle is closely related to the doctrine of fiduciary duty, it does not mean that UUPT does not follow prudential principle. By adopting fiduciary duty, it means that the prudential principle in supplying goods and services, Board of Directors of PTPN III is guided by the Regulation of the Minister of State for BUMN No PER-05/MBU/2008 on the Guidelines of Supplying Goods and services. Besides that, the Board of Director also issues the Directives of the Board of Directors of PT Perkebunan Nusantara III (Incorporated) No 3.11/SKPTS/2011 on the Guidelines of Supplying Goods and Services at PT Perkebunan Nusantara III (Incorporated) in which the principles of supplying goods and services are enacted. Besides that, the supplying of goods and services was done based on 1) the capital resources of the supplying of goods and services which come from RKAP (company’s budget), 2) the supplying of goods and services which uses capital resources from PHLN (loan/grant from foreign countries) as long as it is regulated in the grant agreement or loan/grant


(20)

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan perusahaan yang cukup pesat memerlukan seperangkat aturan hukum yang mengaturnya, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan dengan tertib sesuai dengan harapan. Bermacam ragam perusahaan yang dibentuk dan jenis usaha yang dijalankan telah mendorong pembentukan undang-undang untuk menciptakan berbagai perangkat perundang-undangan guna menjamin dan melindungi kepentingan masyarakat pengusaha dan perusahaan. Bermacam ragam peraturan perundang-undangan yang mengatur berbagai bentuk usaha dan jenis usaha dihimpun dan dibahas topik sesuai dengan perkembangan masyarakat terkini.1

Berbisnis dengan membentuk perseroan terbatas, terutama untuk bisnis yang serius dan tergolong besar, merupakan model berbisnis yang paling lazim dilakukan, sehingga dapat dipastikan bahwa jumlah dari perseroan terbatas di Indonesia jauh melebihi jumlah bentuk bisnis lain, seperti Firma, Perusahaan Komanditer, Koperasi, dan lain-lain.

Disamping itu Perseroan Terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemiliknya (pemegang saham) untuk mengalihkan perusahaannya (kepada setiap orang) dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya pada perusahaan tersebut.

1


(22)

Perseroan terbatas merupakan badan usaha yang berbadan hukum, dimana akta pendirian harus dibuat dengan akta autentik oleh notaris dengan memenuhi ketentuan perundang-undangan dan ketentuan lainnya yang berhubungan dengan itu serta mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia. Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang - Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menegaskan bahwa “ Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan kewenangan lainnya sebagimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Notaris dalam menjalankan tugas dan kewenangannya tentu harus tunduk dan patuh kepada Undang-Undang yang mengatur tentang Peraturan Jabatan Notaris sebagaimana di tegaskan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004. Dalam peraturan tersebut juga diatur tentang kewajiban-kewajiban notaris, yang salah satunya adalah tertuang dalam Pasal 16 ayat 1 huruf a adalah bahwa Notaris harus bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait, dalam perbuatan hukum.

Dalam lalu lintas perseroan sebagai sebuah badan hukum, maka Notaris sangat di butuhkan peranannya mulai dari pendirian perseroan sampai kepada urusan perubahan-perubahan struktur perseroan, jual beli saham dan lain-lainnya yang berhubungan perbuatan hukum dalam perseroan. Perbuatan hukum yang dimaksud dalam hal ini adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh direksi dan atau oleh persero melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), tetapi yang sangat mendominasi dan mengendalikan perseroan adalah peranan utama direksi.


(23)

Dalam menjalankan sebuah perusahaan, maka direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan tujuan perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar perseroan. Kata “perseroan” menunjukkan kepada modalnya yang terdiri atas sero (saham). Sedangkan kata “terbatas” kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan dimilikinya. Kata perseroan dalam arti umum adalah perusahaan atau organisasi usaha sedangkan Perseroan Terbatas adalah salah satu bentuk organisasi usaha atau badan usaha yang ada dan dikenal dalam sistem hukum dagang Indonesia.2 Dalam setiap anggaran dasar perseroan harus disebutkan bahwa kegiatan perseroan harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang - undangan, ketertiban umum dan atau kesusilaan, artinya kegiatan dari perseroan terbatas tersebut dapat memberikan manfaat bagi organ perseroan dan juga memberikan dampak yang baik terhadap kepentingan di lingkungan masyarakat, Bangsa dan Negara. Untuk menjalankan perseroan terbatas dimana yang memiliki peranan utama dan bertanggung jawab dalam menjalankan perusahaan adalah direksi, yang mana direksi inilah yang merupakan pemegang amanah dan atau kepercayaan dari seluruh pemegang saham, maka oleh sebab itu melalui Rapat Umum Pemegang saham (RUPS) sebagai salah satu organ perseroan

2M.Natzir Said,Perusahaan – Perusahaan Pemerintah di Indonesia Ditinjau dari Segi


(24)

terbatas sangat menentukan siapa - siapa yang memiliki kompetensi dan kapabilitas untuk diangkat dan ditetapkan sebagai direksi dalam perseroan terbatas.

Adapun syarat-syarat yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya sebagai direksi melakukan suatu perbuatan sebagaimana di tegaskan dalam Pasal 93 ayat (1) UUPT, yakni :

1. Dinyatakan pailit

2. Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit

3. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan3.

Kepengurusan perseroan dilakukan oleh organ perseroan yakni direksi dan direksi inilah yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan dan bukan kepada perorangan pemegang saham, untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan didalam maupun diluar pengadilan apabila perseroan menghadapi persoalan hukum dalam menjalankan kegiatan perseroan.

Peraturan tentang pembagian tugas dan tanggung jawab setiap anggota direksi ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan dilakukan oleh Komisaris atas nama Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dimuat dalam Anggaran Dasar perseroan. Dalam Pasal 97 UUPT dinyatakan bahwa :

3Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani,Seri Hukum Bisnis: Perseroan Terbatas, Jakarta, Raja


(25)

1. Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1).

2. Pengurusan sebagaimana dimaksud ayat (1), wajib dilaksanakan setiap anggota direksi dengan I’tikad baik dan penuh tanggung jawab .

3. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah dan lalai dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). 4. Dalam hal direksi terdiri atas 2 (dua) anggota direksi atau lebih tanggung

jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota direksi.

5. Anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagai mana dimaksud ayat (3) apabila dapat membuktikan : a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

6. Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota direksi yang


(26)

karena kesalahannya atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan.

7. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak mengurangi hak anggota Direksi lainnya dan/atau anggota Dewan Komisaris untuk mengajukan gugatan atas nama perseroan.

Dalam Pasal 92 ayat 1 dan 2 telah di tegaskan dan disebutkan bahwa direksi menjalankan perseroan harus untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud serta tujuan perseroan, disamping itu juga direksi dalam menjalankan perseroan harus sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat dalam batas yang ditentukan Undang – Undang dan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.

Ketentuan pasal tersebut diatas adalah merupakan cerminan dari kemandirian direksi dalam memberikan putusan bisnisnya merupakan perlindungan bagi direksi yang beritikad baik dalam menjalankan tugas – tugasnya selaku direksi.

Doktrin Business Judgment Rule berkaitan erat dengan doktrin Fiduciary Duty, guna mengukur kepercayaan yang diberikan perseroan kepada direksi berdasarkan prinsip Fiduciary Duty, maka sebagai organ perseroan yang menjalankan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dengan tujuan perseroan, Direksi tentu dihadapkan dengan risiko bisnis oleh karena itu guna melindungi ketidak mampuan yang disebabkan adanya keterbatasan manusia, maka Direksi dilindungi oleh doktrin putusan bisnisBusiness Judgment Rule.4


(27)

Doktrin putusan bisnis (Business Judgment Rule) ini merupakan suatu doktrin yang mengajarkan bahwa suatu putusan direksi mengenai aktivitas perseroan tidak boleh diganggu gugat oleh siapa pun, meskipun putusan tersebut merugikan perseroan, sepanjang putusan tersebut memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Putusan sesuai hukum yang berlaku. 2. Dilakukan dengan itikad baik.

3. Dilakukan dengan tujuan yang benar (proper purpose).

4. Putusan tersebut mempunyai dasar-dasar yang rasional (rasional basis). 5. Dilakukan dengan kehati-hatian (due care) seperti dilakukan oleh orang yang

cukup hati-hati pada posisi yang serupa.

6. Dilakukan dengan cara yang secara layak dipercayainya sebagai yang terbaik bagi perseron.5

Latar belakang dari berlakunya doktrin putusan bisnis ini adalah karena di antara semua pihak dalam perseroan, sesuai dengan kedudukannya selaku Direksi, maka direksi yang paling berwenang dan yang paling profesional untuk memutuskan apa yang terbaik dilakukan untuk perseroannya, sementara jika karena putusan bisnis dari Direksi terjadi kerugian bagi perseroan, sampai batas-batas tertentu masih dapat ditoleransi mengingat tidak semua bisnis harus mendapat untung, Dengan perkataan lain, perseroan juga harus menanggung risiko bisnis, termasuk risiko kerugian.

5 Tri Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas; bank dan persero, Bogor, Ghalia Indonesia,


(28)

Salah satu perseroan yang besar di Indonesia ini adalah perusahaan -perusahaan Perkebunan Nusantara yang biasa disebut PTPN yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara, yang di kendalikan atau di arahkan dalam hal ini dibawah Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat.

Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara memiliki berbagai macam bentuk kegiatan usaha rutin, salah satunya adalah pengadaan barang dan jasa sebagimana juga terhadap instansi-instansi pemerintah yang lainnya. PTPN III dalam proses pengadaan barang dan jasa memiliki peraturan-peraturan khusus yang mengatur mengenai pengadaan barang dan jasa sebagaimana di atur dalam Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Nomor 3.11/SKPTS/03/2011 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa, dan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Badan Usaha Milik Negara. Dari semua proses dan tahapan serta pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di PTPN III (Persero) ini sangat memerlukan perhatian dan pertanggungjawaban khusus dari organ perseroan yakni Direksi.

Oleh sebab itu Penulis tertarik melakukan penelitian di PTPN III (Persero) tentang penerapan prinsip kehati - hatian, tanggungjawab Direksi, serta penerapan doktrinFiduciary Dutydan Bussines Jugdment Ruledalam proses pengadaan barang dan jasa di PTPN III (Persero). Penelitian ini fokus pada penjabaran prinsip


(29)

kehatian-kehatian direksi, sistem pengendalian internal dalam proses pengadaaan barang, serta konsekwensi hukum dari pelanggaran prinsip kehati-hatian dalam menjalankan tugas dan kewenangannya sebagai Direksi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dikemukakan permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana penjabaran prinsip kehati-hatian dalam peraturan pengadaan barang dan jasa di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ?

2. Bagaimana sistem pengendalian internal dalam proses pengadaan barang dan jasa di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) agar direksi memenuhi prinsip kehati-hatian ?

3. Bagaimana konsekwensi hukum bagi direksi atau pejabat dibawah direksi apabila tidak memenuhi prinsip kehati-hatian dalam pengadaan barang dan jasa di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan penelitian ini dari permasalahan ini adalah :

1. Untuk menganalisis dan menjelaskan prinsip kehati-hatian dalam peraturan pengadaan barang dan jasa di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).

2. Untuk menganalisis dan menjelaskan sistem pengendalian internal dalam proses pengadaan barang dan jasa di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) agar direksi memenuhi prinsip kehati-hatian.


(30)

3. Untuk menganalisis dan menjelaskan konsekwensi hukum bagi direksi atau pejabat terkait apabila tidak memenuhi prinsip kehati-hatian dalam pengadaan barang dan jasa di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai teori, konsep dan kaidah – kaidah hukum di bidang hukum perusahaan bagi para mahasiswa, kalangan akademisi/ Dosen, dan sebagai bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut.

2. Secara praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah cq. Kementerian Negara BUMN dalam menyempurnakan ketentuan pengadaan barang dan jasa di BUMN.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Direksi dan Dewan Komisaris PTPN III (Persero) atau BUMN perkebunan lainnya dalam menerapkan prinsip kehati-hatian pada kegiatan pengadaan barang dan jasa di lingkungan perusahaan.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan rekanan dalam memahami proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan BUMN.


(31)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang penelusuran perpustakaan khususnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara penelitian dengan judul yang sama belum pernah dilakukan. Walaupun memang terdapat penelitian yang lokasinya sama di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dan objeknya proses pengadaan barang dan jasa namun topiknya berbeda, dimana dalam Tesis saudara MARISI tahun 2010 membahas mengenai Good Corporate Governance dan prinsip keterbukaan namun topik yang penulis teliti kali ini adalah khusus Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kehati - Hatian Direksi dalam Perjanjian Kerja Sama Untuk Proses Pengadaan Barang dan Jasa Study di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), yang lokasi penelitiannya dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) di Medan dengan demikian bahwa penelitian ini asli dan dapat dipertanggung jawabkan.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Dalam Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara dinyatakan bahwa tujuan dibentuknya UU BUMN adalah untuk mengoptimalkan peran BUMN. Pengurusan BUMN pada prinsipnya sama dengan perseroan terbatas lainnya perbedaannya hanya dari sisi permodalan. Optimalisasi peran BUMN dalam pembangunan nasional harus didukung oleh suatu hukum yang rasional.

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, bahwa hukum adalah sarana pembangunan yaitu sebagai alat pembaharuan dan pembangunan masyarakat yang


(32)

fungsinya, sifat hukum pada dasarnya adalah konservatif, artinya hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang telah dicapai. Selain itu hukum harus dapat membantu proses perubahan pembangunan masyarakat tersebut.6

Sebagai pisau analisis dalam penelitian ini menggunakan teori pertanggungjawaban, ada dua istilah yang menunjukkan pada pertanggungjawaban dalam kamus hukum yaitu, liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjukkan hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang.

Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban dan termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan.7

Menurut Pasal 1 ayat 1, dalam Bab I ketentuan umum Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa “Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan adalah Badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi syarat – syarat yang di tetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanannya.

6Mochtar Kusumaatmadja,Konsep – Konsep Hukum Dan Pembangunan,Bandung, Alumni,

2002, hal 13

7Sonny Tobelo Manyawa, Teori Pertanggungjawaban, dalam


(33)

Sedangkan dalam ayat 2 disebutkan bahwa “Organ perseroan adalah Rapat umum pemegang saham, Direksi dan Dewan komisaris”.

Dalam Pasal 1 ayat 1 tersebut menegaskan bahwa perseroan terbatas mempunyai unsure-unsur sebagai berikut :

1. Adanya kekayaan yang di pisahkan dari kekayaan pribadi masing-masing pendiri perseroan terbatas (pemegang saham) dengan tujuan untuk membentuk sejumlah modal sebagai jaminan bagi semua perikatan perseroan terbatas.

2. Adanya pemegang saham (persero) yang tanggungjawabnya terbatas pada jumlah nilai nominal saham yang dimilikinya.

3. Adanya pengurus, yang dinamakan direksi dan pengawas , dan yang dinamakan komisaris yang juga merupakan organ perseroan terbatas, yang tugas, kewenangan dan kewajiban diatur lebih lanjut dalam Anggaran Dasar perseroan Terbatas atau Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).8 Dengan demikian bahwa perseroan terbatas adalah merupakan suatu badan usaha yang berbentuk badan hukum, yaitu suatu badan yang dapat bertindak dalam lalu lintas hukum sebagai subjek hukum dan memiliki kekayaan yang di pisahkan dari kekayaan pribadi pengurusnya.

Demikian juga dalam Pasal 1 ayat 2 Undang – Undang Perseroan Terbatas tersebut sebagaimana ditegaskan diatas sungguh jelas memiliki organisasi yang


(34)

teratur, dimana perseroan dalam mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga di wakili oleh organ perseroan yang meliputi RUPS, Direksi, dan Komisaris, dimana organ-organ ini dipilih dan diangkat secara teratur menurut mekanisme yang sudah di tetapkan dalam Anggaran Dasar maupun peraturan perseroan lainnya.

Perseroan terbatas adalah merupakan badan hukum mandiri (legal entity), yang secara yuridis di tegaskan bahwa setiap badan hukum itu adalah sebagai subjek hukum yang mandiri, suatu tagihan pada perseroan terbatas tidak dapat di tuntut kepada harta kekayaan pribadi orang-orangnya, baik pengurusnya maupun pemegang sahamnya ataupun kepada perseroan-perseroan terbatas lainnya, sekalipun saham-sahamnya berada dalam satu tangan pemegang saham.9

Suatu perseroan terbatas berbeda dengan suatu persekutuan yang bukan merupakan suatu legal entity dan tidak terpisah dari suatu sekutu yang menjadi anggota persekutuan itu. Perseroan adalahlegal entityyang berbeda dan terpisah dari pemegang saham perseroan terbatas itu. Sebagai suatulegal entity yang terpisah dari pemegang sahamnya, perseroan dalam melakukan fungsi hukumnya bukan bertindak sebagai kuasa dari para pemegang sahamnya, tetapi bertindak untuk dan atas nama dirinya sendiri sebagai subjek hukum mandiri.10

PT. Perkebunan Nusantara III (persero) yang merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang sumber keuangannya berasal dari kekayaan Negara yang di pisahkan. Dalam Pasal 1 ayat 1 Bab I ketentuan umum Undang-Undang Nomor 19

9Ibid, hal 147. 10Ibid, hal 148.


(35)

Tahun 2003 tentang Badan Usaha milik Negara menyebutkan bahwa “Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh dan sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang di pisahkan. Maksud kekayaan negara yang di pisahkan menurut Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tersebut adalah kekayaan Negara yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk di jadikan penyertaan modal Negara pada persero dan atau perum serta perseroan terbatas lainnya.11

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas maupun dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara di tegaskan bahwa yang memiliki kewenangan penuh untuk menjalankan perusahaan atau perseroan adalah direksi baik dalam internal perusahaan maupun di luar perusahaan. Secara legal mandate pengelolaan perseroan harus dikelola oleh Direksi, disamping itu Direksi sebagai organ PT adalah mewakili kepentingan PT selaku subjek hukum mandiri. Direksi bukan wakil pemegang saham , tetapi wakil PT selakupersona stand in judicio.12

Jabatan Direksi dalam suatu perusahaan atau perseroan sangat strategis dan memiliki tanggungjawab atau amanah serta kepercayaan yang tidak dimiliki oleh organ lain selain Direksi sebagai organ perusahaan untuk pengurusan peseroan.

11Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara(BUMN),

dan sebagaimana diketahui bahwa BUMN terdiri dari perusahaan perseroan ( persero), Perusahaan Umum ( perum ).


(36)

Direksi dalam menjalankan tugas dan kewajibannya harus dijalankan dengan I’tikad baik dan penuh tanggungjawab, kecakapan dan kemampuan direksi dalam menjalankan kepengurusan serta keperwakilan perseroan diukur menurut standar kehati-hatian dan disertai I’tikad baik, semata-mata untuk kepentingan dan tujuan atau usaha perseroan. Dimana berdasarkan doktrin atau prinsipultra vires, perseroan tidak diperkenankan melakukan perbuatan hukum yang melampui batas kekuasaan atau kepentingan dan tujuan atau usaha perseroan.13

Prinsip business judgment rule adalah suatu prinsip yang berasal dari sistem

comman law dan merupakan derivative dari Hukum Korporasi di Amerika Serikat. Konsep ini mencegah pengadilan-pengadilan di Amerika Serikat untuk mempertanyakan pengambilan keputusan usaha oleh Direksi, yang diambil dengan itikad baik.

Prinsipbusiness judgment ruleini diatur dalam Pasal 97 ayat (5) huruf a, b, c, d, undang-undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Di Negara-Negara yang menganutcommon law system acuan yang dipakai adalah standart of careatau standar kehati-hatian, dimana direksi telah bersikap dan bertindak melanggarstandar of caremaka direksi tersebut telah dianggap melangarduty of carenya.

Namun terhadap Direksi yang melanggar duty of care ada beberapa pengecualian, hal ini lah yang disebut“Bussines Judgment Rule“dimana berdasarkan Doktrin ini tidak semua perbuatan direksi dianggap melanggar prinsip Duty of care

12Bismar Nasution, Pertanggungjawaban Direksi dalam Pengelolaan Perseroan, dalam


(37)

apabila keputusan dan kebijakan direksinya berdasarkan pada prinsip kejujuran, I’tikad baik, tanggungjawab, dan tidak bertentangan dengan hukum serta selaras dengan kepentingan dan tujuan atau usaha perseroan.14

Dengan adanya business judgment rule maka setiap keputusan bisnis yang dibuat oleh direksi dianggap adalah merupakan keputusan yang telah diambil dengan penuh kehati-hatian, dengan itikad baik dan kepercayaan bahwa keputusan tersebut diambil demi kepentingan perseroan semata-mata. Setiap pihak yang menyatakan bahwa direksi telah melanggar kewajibannya harus membuktikannya.

Untuk dapat menilai apakah telah terjadi pelanggaran terhadap business judgment rule, maka harus ada standard of review yang menjadi dasar sewajarnya dan seharusnya dilakukan.

Doktrin fiduciary duty adalah suatu kewajiban yang ditetapkan dalam Undang-Undang bagi seseorang yang memanfaatkan seseorang lain, dimana kepentingan pribadi seseorang yang diurus pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan atasan bawahan sesaat. Maka di Negara-Negara common law seperti Amerika Serikat yang mempunyai standar yang jelas untuk menentukan apakah seorang direktur dapat dimintai pertanggungjawabannya dalam tindakan yang di ambilnya, yaitu didasarkan pada standar duty of loyality dan duty of care. Prinsip

fiduciary dutydiatur dalam pasal 97 ayat (1) dan 98 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.


(38)

Semua hal yang dapat dikatakan sebagai pelanggaran yang menyebabkan tidak berlakunya businnes judgment rule adalah pelanggaran terhadap fiduciary duty

Direksi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa direksi yang melanggar fiduciary dutytidak dilindungi olehbusiness judgment rule.

Dari pengertian PT dalam UUPT, dapat diketahui bahwa PT sebagai kumpulan modal. Artinya, dalam badan usaha PT yang utama adalah modal, Modal dibagi dalam bentuk saham. Oleh Karena itu siapa yang menguasai saham paling banyak dalam suatu PT dialah yang menentukan kebijakan PT. Kebijakan bisa ditentukan lewat keputusan Direksi, Komisaris dan ataupun lewat keputusan Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam pasal 1 butir 2 UUPT disebutkan :

“Organ Perseroan adalah Rapat umum Pemegang saham, direksi dan komisaris”

Dari Pasal 1 butir 4 UUPT disebutkan :

“Rapat Umum Pemegang Saham , yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/ atau Anggaran Dasar.”

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan.

Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili


(39)

perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar perseroan terbatas.15Dengan demikian Direksi PT adalah :

1. Wakil PT didalam dan di luar pengadilan . 2. Bertanggungjawab atas pelaksanaan tujuan PT. 3. Wajib membuat daftar pemegang saham .16

Setiap jabatan memiliki tugas dan kewajiban serta wewenang. Sudah barang tentu tugas dan kewajiban serta wewenang itu harus dilaksanakan dengan baik dan apabila tugas dan kewajiban itu dilalaikan atau wewenang dan tangungjawab itu disalah gunakan maka akan membawa konsekuensi terhadap pejabat yang melalaikan itu. Pejabat itu harus bertanggungjawab atas kelalaiannya atau penyalahgunaan kewenangannya itu. Demikian pula halnya dengan jabatan anggota Direksi suatu perseroan. Oleh karena menjadi anggota direksi berarti menduduki suatu jabatan, maka sudah barang tentu orang yang menduduki jabatan anggota direksi itu harus memikul tanggungjawab apabila tugas dan kewajiban itu dilalaikan atau apabila wewenangnya disalah gunakan.

Dalam pasal 92 dalam UUPT menentukan bahwa kepengurusan perseroan dilakukan oleh direksi. Selanjutnya menurut dalam undang-undang perseroan terbatas dinyatakan bahwa direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik didalam maupun

15Sentosa Sembiring,Hukum Dagang edisi revisi ketiga, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2008,

hal 67.


(40)

diluar pengadilan. Dari ketentuan tersebut, dapat diketahui bahwa tugas dan kewajiban Direksi adalah mengurus perseroan dan berwenang mewakili perseroan.

Dalam undang-undang tersebut juga diketahui bahwa Direksi dalam menjalankan jabatannya harus berorientasi kepada kepentingan dan tujuan perseroan, artinya kegiatan yang dilakukan dan keputusan yang diambil harus dilakukan demi kepentingan dan tujuan perseroan. Dengan landasan peraturan Perundang – Undangan tersebut telah memberikan pagar bagi tugas yang harus dilaksanakan oleh direksi yang menjadi tanggungjawabnya. Pagar tersebut adalah “kepentingan perseroan” dan “tujuan perseroan” dengan kata lain, Direksi tidak dibenarkan untuk melakukan hal-hal dengan mengatas namakan perseroan atau menggunakan perseroan yang bertujuan bukan untuk kepentingan perseroan atau bertentangan dengan tujuan perseroan. Direksi tidak boleh mengedepankan kepentingan pribadi atau pihak lain.

Organ lain yang tidak kalah pentingnya dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas adalah Komisaris. Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan kepada direksi dalam menjalankan perseroan.

Dalam pasal 1 butir 6 UUPT disebutkan :

“Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melaksanakan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasehat kepada direksi.”

Dalam undang-Undang Perseroan Terbatas terdapat 2 (dua) unsur pokok yang harus diperhatikan oleh direksi yaitu adalah :


(41)

2. Itikad baik dan penuh tanggung jawab.17

Dalam teori tentang perseroan terbatas yang mutakhir mengenal kewajiban pengurusan perseroan dianut pendapat bahwa pengurus perseroan memiliki 2 (dua) macam kewajiban, yaitu kewajiban yang secara tegas ditentukan oleh undang-undang (Statutory duties) danfiduciary duties.

Menurut UUPT tersebut ditegaskan bahwa setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.

Kalimat “Itikad baik dan penuh tanggung jawab” di dalam UUPT tidak memiliki jabaran lebih jauh mengenai maksud atau kandungannya oleh karena itu maka perlu dilakukan kajian mengenai konsep tersebut, kajiannya dapat dilakukan dengan menggali pustaka hukum dan putusan-putusan pengadilan mengenai prinsip yang serupa yang dianut negara - negara lain.

Karena itu yurisprudensi Indonesia belum menampilkan doktrin mengenai apa yang dimaksudkan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab yang dimaksud dalam UUPT tersebut. Dinegara – negara yang menganutcommon low system acuan yang dipakai adalah“standard of care” atau “standart kehati-hatian”. Apabila direksi telah bersikap dan bertindak melanggar standard of care maka direksi tersebut dianggap telah melanggarduty of carenya.

Hukum perseroan Amerika menganut pula azas duty of care pelanggaran terhadapduty of caresering disebut sebagainegligencedan berdasarkan itu diamerika


(42)

juga dianut doktrin lain yang disebut business judgement rule dimana keduanya bekerja sama-sama sekalipun memang dirasakan sering berbenturan satu sama lain.

Menurut business judgement rule pertimbangan bisnis (business judgement) dari para anggota direksi tidak akan ditantang (diganggu gugat) atau ditolak oleh pengadilan atau oleh para pemegang saham, dan anggota direksi tersebut tidak dapat dibebani tanggung jawab atas akibat-akibat yang timbul karena diambilnya suatu pertimbangan bisnis (Business judgement rule) oleh anggota direksi yang bersangkutan, sekalipun apabila pertimbangan itu keliru, kecuali dalam hal-hal tertentu. Seperti kecurangan (Fraud), menimbulkan benturan kepentingan (conlict of interest), Melanggar hukum (Illegality), kelalaian berat (gros negligence) dari anggota direksi yang bersangkutan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara, Pasal 99 ayat 1, 2 dan 3 juga menegaskan bahwa :

1. Pengadaan barang dan jasa oleh BUMN yang menggunakan dana langsung dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 2. Direksi BUMN menetapkan tata cara pengadaan barang dan jasa bagi BUMN

yang bersangkutan, selain pengadaan barang dan jasa sebagai mana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pedoman umum yang di tetapkan oleh menteri. 3. Pedoman umum dan tata cara sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)


(43)

Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka dan kompetitif BUMN perlu menumbuhkan budaya profesionalisme melalui pembenahan pengurusan dan pengawasannya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik

(good governance)agar efisiensi dan produktivitasnya dapat lebih meningkat BUMN harus melakukan langkah-langkah restrukturisasi dan privatisasi untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga tercapai efisiensi dan pelayanan yang optimal, Sedangkan restrukturisasi perusahaan meliputi penataan kembali bentuk badan usaha, kegiatan usaha, organisasi, manajemen, dan keuangan.

Untuk pengaturan pedoman pengadaan barang dan jasa pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara telah diatur pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 45 tahun 2005 Tentang pendirian, pengurusan, pengawasan, dan pembubaran BUMN pada pasal 99 dan secara khusus diatur dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-5/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa ”pengadaan barang/jasa adalah kegiatan pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara yang pembiayaannya tidak menggunakan dana langsung dari APBN/APBD”. Dalam Pasal 2 juga disebutkan tentang prinsip-prinsip umum pengadaan barang dan jasa adalah efisien, efektif, kompetitif, transparan, adil dan wajar, serta akuntabel, dan juga disamping peraturan tersebut juga ada diatur dalam Undang-Undang Badan usaha


(44)

tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

Dengan terbitnya Undang-Undang BUMN Tahun 2003 diharapkan agar BUMN dapat dikelola secara profesional. Dalam pasal 1 butir 1 Undang-Undang BUMN dijabarkan bahwa yang dimaksud dengan BUMN adalah :

“Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan”.

Secara normatif dapat disebutkan bahwa BUMN adalah suatu badan usaha oleh karenanya berbagai undang – undang atau peraturan yang terkait dengan badan usaha akan berlaku juga untuk BUMN. Badan Usaha Milik Negara dalam menjalankan kegiatannya juga mengacu pada ketentuan intern yang ditetapkan ketika BUMN didirikan yakni Anggaran Dasar yang pada umumnya menjelaskan tentang modal, pengelolaan dan penggunaan dana hubungan kerja antara pemerintah dan pihak swasta dalam bentuk kerjasama proses pengadaan barang dan jasa selalu menggunakan dan atau membuat sutau perjanjian kerjasama, yang di dalamnya tertuang hak dan kewajiban antara para pihak.

Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara adalah salah satu perusahaan milik Negara yang sumber keuangannya berasal dari keuangan Negara. Maka oleh sebab itu dalam sistem pengeloaan keuangannya harus dilakukan dengan sistem terbuka dan dapat di pertanggungjawabkan secara hukum. Biasanya pemerintah dan atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam melakukan perjanjian kerjasama tersebut membuat berupa kontrak kerja sebagai mana diatur dalam KUHPerdata, khususnya


(45)

ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1338 ayat KUHPerdata memberikan kebebasan kepada pihak untuk:

1. Membuat atau tidak membuat perjanjian 2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun

3. Dan menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya 4. Serta menentukan bentuknya perjanjian yaitu tertulis atau lisan.18

Dalam sistem hukum kontrak dikenal 5 azas penting dalam melakukan kontrak yakni: azas kebebasan berkontrak, azas konsesulisme, azas pacta sunt servanda, azas I’tikad baik, azas kepribadian, dan sistem pengaturan hukum kontrak adalah sistem terbuka(open system).

2. Konsepsi

Dalam penelitian ini didefinisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi agar secara operasional dapat dibatasi ruang lingkup dan variabel dan dapat diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan, yaitu sebagai berikut :

1. Prinsip kehati-hatian merupakan suatu perbuatan atau tindakan yang di lakukan oleh Direksi dalam menjalankan tugas dan kewenangan perseroan harus lebih hati-hati, serta memiliki tanggung jawab penuh atas kepercayaan atau amanah yang diberikan melalui Rapat Umum Pemegang Saham untuk menjalankan perseroan sesuai dengan kepentingan dan tujuan perseroan, artinya dengan kepercayaan tersebut apabila Direksi melakukan pelanggaran


(46)

prinsip kehati-hatian tersebut maka segala kerugian yang alami oleh perusahan dapat menjadi tanggung jawab Direksi secara tanggungrenteng bahkan bertanggungjawab secara pribadi.

2. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik didalam maupun di luar pengadilan.

3. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.

4. Pengadaan barang/jasa adalah kegiatan pengadaan barang dan jasa yang prosesnya di mulai dari perencanaan kebutuhan sampai di selesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa, meliputi barang dan jasa lainnya, pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi, termasuk pengadaan/pembelian tandar buah segar, karet yang di biayai dengan rapat kerja anggaran perusahaan (RKAP) dan dilaksanakan oleh penyedia barang dan jasa melalui prosedur dan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku di perusahaan.

5. Perusahaan Perseroan (Persero), adalah Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang


(47)

seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya di miliki oleh negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. 6. Fiduciary duty Direksi adalah suatu kepercayaan yang di berikan kepada

Direksi untuk menjankan tuga dan kewenangan perusahaan, yang meliputi ketelitian, I’tikad baik, dan keterbukaan.

7. Tanggungjawab Pribadi Direksi yaitu seorang anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan jika bersalah dalam menjalankan tugas dan lalai menjalankan tugasnya.

8. Business Judgment Rule adalah suatu doktrin yang melindungi direksi atas setiap keputusan bisnis yang merupakan transaksi perseroan selama hal tersebut dilakukan dalam batas-batas kewenangan dengan penuh kehati-hatian dan itikad baik.

9. Pedoman pengadaan barang dan jasa adalah suatu aturan secara teknis mengatur tentang proses pengadaan barang dan jasa sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan itu dilandasi oleh metode keilmuan.19

19Menurut Jujun S. Suriasumantri ( 1978 )metode keilmuan ini merupakan gabungan antara

pendekatan rasional dan empiris.Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik


(48)

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yang didukung oleh data empiris. Pendekatan yuridis normative dilakukan cara terlebih dahulu meneliti bahan-bahan kepustakaan hukum dan Perundang-Undangan yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, sedangkan pendekatan empirisnya adalah melihat hukum dari dalam penerapannya pada pengadaan barang dan jasa di PT. Perkebunan Nusantara III (persero) termasuk pada perjanjian kerjasama antara PT. Perkebunan Nusantara III (persero) dengan rekanan.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Spesifikasi jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normative, dimana fokus permasalahan penelitian adalah peraturan-peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di lingkungan Badan Usaha Milik Negara serta doktrin-doktrin atau teori-teori yang mendukung argumentasi penelitian ini, khususnya prinsip kehati-hatian bagi seorang direksi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam sebuah perusahaan. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, dengan demikian dalam penelitian ini tidak hanya ditujukan untuk mendeskripsikan secara akurat dan sistematik gejala - gejala dan fenomena hukum terkait penerapan prinsip kehati-hatian dalam proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara III (Persero) di Medan, tetapi juga menganalisis masalah-masalah yang sudah ditentukan.

2. Sumber Data/Bahan Hukum

Penelitian tesis ini mempergunakan data sekunder sebagai data utama dan didukung dengan data primer berupa wawancara kepada Kepala Bagian Manajemen


(49)

Resiko, Kepala Bagian Satuan Pengawalan Internal PTPN III dan Kepala Bagian Pelelangan sebagai data pendukung analisis. Adapun bahan hukum primer, sekunder, serta tertier yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Bahan hukum primer terdiri dari : Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha milik Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara, dan Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) nomor 3.11/SKPTS/03/2011 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).

b. Bahan hukum sekunder, yakni yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa hasil penelitian para ahli, hasil karya ilmiah, buku-buku ilmiah, ceramah atau pidato yang berhubungan dengan dengan penelitian. c. Bahan hukum tertier adalah berupa kamus hukum, kamus ekonomi, kamus

bahasa inggris dan artikel-artikel lainnya yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, yang bertujuan untuk mendukung bahan hukum primer dan sekunder.


(50)

3. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data sekunder (bahan hukum) yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research). Dimana tehnik ini dipergunakan untuk mendapatkan konsepsi teori dan ataupun doktrin, beberapa pendapat dan pemikiran yang memiliki landasan berfikir, sedangkan data primer sebagai data penunjang dikumpulkan dengan menggunakan tehnik wawancara dengan alat pengumpulan data berupa wawancara, dengan alat pengumpul data adalah pedoman wawancara(guide interview)

4. Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data sekunder menggunakan (bahan hukum) dengan menggunakan study dokumen di kantor direksi PTPN III sedangkan pengumpulan data primer dalam penelitian ini dipergunakan instrument pedoman wawancara(guide interview).

Pedoman wawancara yang dilakukan adalah berhubungan tentang pokok masalah yang dibahas dalam penelitian ini yang dipersiapkan terlebih dahulu. Wawancara ini dilakukan terhadap kantor Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara III (Persero) di Medan antara lain Kepala Bagian Manajemen Resiko, Kepala Bagian Satuan Pengawasan Internal, Kepala Bagian Pelelangan, dan termasuk beberapa rekanan serta perusahaan di lingkungan PTPN III (Persero) yang melakukan perjanjian kerja sama dalam proses pengadaan barang /jasa.

5. Analisis Data

Setelah data primer dan data sekunder terkumpul, kemudian diperiksa untuk mengetahui apakah informasi yang diperoleh benar-benar dapat dipercaya secara akurat(validitas).Data - data yang sifatnya kualitatif dicatat satu persatu untuk dinilai


(51)

kemungkinan persamaan jawaban seperti faktor yang menyebabkan adanya pelanggaran prinsip kehati-hatian dalam menjalankan bisnis di perseroan terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Setelah data dipilah dan diolah, kemudian dianalisis serta ditafsirkan secara logis dan sistematis dengan metode induktif dan deduktif. Analisis data secara logis berarti cara berfikir yang digunakan harus searah serta tetap dan tidak berubah dan tidak ada pertentangan didalamnya, sehingga kesimpulan yang ditarik bisa dipertanggung jawabkan secara rasional.

Sistematis maksudnya setiap analisis saling berkaitan satu sama lain. Dengan metode induktif maksudnya dari data yang khusus ditarik kesimpulan umum setelah dihubungkan dengan study kepustakaan mengenai Prinsip kehati-hatian direksi dalam perjanjian kerja sama untuk proses pengadaan barang dan jasa selanjutnya bagaimana ketentuan UUPT dan peraturan lain yang berkaitan dengan perseroan terbatas.

Dengan adanya metode induktif dan deduktif ini maka akan diperoleh persesuaian tentang bagaimana penerapan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan perseroan terbatas, dari pembahasan dan analisis ini akan diperoleh kesimpulan yang memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.


(52)

BAB II

PRINSIP KEHATI – HATIAN DALAM PERATURAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

A. Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum 1. Kedudukan PT Sebagai Badan Hukum Mandiri

Perseroan terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham. Sebagai badan hukum, perseroan terbatas dianggap layaknya orang-perorangan secara individu yang dapat melakukan perbuatan hukum sendiri, memiliki harta kekayaan sendiri, dan dapat dituntut serta menuntut di depan pengadilan.

Badan hukum, dalam bahasa Belanda “Rechtspersoon” adalah suatu badan yang dapat mempunyai harta kekayaan, hak serta kewajiban seperti orang-orang pribadi.20 Badan hukum sendiri pada dasarnya adalah suatu badan yang dapat memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk melakukan perbuatan seperti manusia, memiliki kekayaan sendiri dan di gugat dan menggugat didepan pengadilan.21

Untuk menjadi badan hukum, perseroan terbatas harus memenuhi persyaratan dan tata cara pengesahan PT sebagaimana diatur dalam UUPT, yaitu pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Tata cara tersebut antara lain

20

Rochmat Soemitro,Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf,Bandung, PT.Eresco, 1993, hal 10


(53)

pengajuan dan pemeriksaan nama PT yang akan didirikan, pembuatan Anggaran Dasar, dan pengesahan Anggaran Dasar oleh Menteri.

Perseroan sebagai badan usaha yang terdiri dari asosiasi modal yang oleh undang-undang diberi status sebagai badan hukum. Artinya, dalam tataran teoritis dapat di jelaskan bahwa dengan perseroan terbatas sebagai subyek hukum berarti ia mempunyai kapasitas hukum (legal standing)untuk hadir di depan pengadilan dalam hal ia menggugat dan digugat oleh pihak lain.22

Pada “teori organ” (Organ theory) yang dikemukakan van Gierkie yang berpendapat, Perseroan sebagai badan hukum adalah “realita sesungguhnya”, yang sama halnya dengan sifat kepribadian manusia. Sebab seperti halnya personalitas manusia, Perseroan sebagai badan hukum, juga mempunyai maksud, tujuan dan kehendak seperti halnya manusia.23

Perseroan Terbatas mempunyai kedudukan mandiri, oleh undang-undang diberi“standi persona”. Oleh undang-undang, PT dijadikan subyek hukum mandiri disamping manusia orang perorangannya. Padahal apa yang dinamakan PT suatu badan belaka. Badan dengan karakteristik demikian inilah yang biasa dinamakan “Badan hukum”.24

21Chidir Ali,Badan Hukum,Bandung, Alumni, 1987, hal 19

22 Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, CV Nuansa Aulia,

2006, Hal 33

23Agus Budiarto,Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendirian Perseroan Indonesia,

Jakarta, Ghalia Indonesia, Mei, 2002, Hal 27


(54)

Menurut paham teori organ dinyatakan bahwa badan hukum adalah suatu organisme yaitu “lebenseinheit”. Adapun organ badan hukum, dalam hal perseroan organ dimaksud adalah RUPS, Direksi, dan Dewan Komisaris, memungkinkan perseroan mengambil bagian dalam lalu lintas selaku subyek hukum mendiri seperti halnya manusia yang bertindak dengan memakai organ-organnya (tangan, mulut, otak, dsb).25

a. Tinjauan Tentang Badan Hukum

Dalam ilmu hukum ada dikenal dua subjek hukum, yaitu orang (naturlijk persoon)dan badan hukum (recht persoon). Mengenai definisinya, badan hukum atau

legal entity atau legal person dalam Black’s Law Dictionary dinyatakan sebagai a body, other than a natural person, that can function legally, sue or be sued, and make decisions through agents.26

Yang mendorong terbentuknya suatu pengertian badan hukum adalah sudah tentu pertama-tama, bahwa manusia juga didalam hubungan hukum privat tidak hanya berhubungan terhadap sesama manusia saja, tetapi juga terhadap persekutuan. Dan jika sekarang kepada sesuatu golongan hak milik atau suatu hak lain diakui, sama seperti halnya yang berlaku bagi suatu individu, maka golongan itu

25Fred B.G. Tumbuan,Tugas Dan Wewenang Organ Perseroan Terbatas Menurut Undang –

Undang Tentang Perseroan Terbatas, News Letter, Hukum Dan Perkembangannya No 70,September 2007, Hal 16

26Ali Rido,Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi,


(55)

menampakkan kepada hukum itu sebagai suatu subjek baru, sebagai suatu badan hukum.27

Menurut UUPT baru, PT memiliki status sebagai badan hukum jika Akta Pendirian perseroan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman. Ini berarti secara prinsip pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas seluruh perikatan yang dibuat oleh dan atas nama perseroan dengan pihak ketiga, dan oleh karenanya tidak bertanggung jawab atas setiap kerugian yang diderita oleh perseroan. Para pemegang saham tersebut hanya bertanggung jawab atas penyetoran penuh dari nilai saham yang telah diambil bagian olehnya.28

Menurut Jimly Asshiddiqie mengemukan ada dua syarat untuk adanya sebuah badan hukum, yakni : 1) syarat materil dan 2) syarat formil. Syarat materil berkaitan dengan substansi dan badan hukum itu, yang meliputi : adanya kekayaan yang terpisah, tujuan yang ideal, kepentingan dan organisasi pengurus. Syarat formil berkaitan dengan pendaftaran badan hukum untuk memperoleh status badan hukum, untuk memperoleh status badan hukum perseroan terbatas harus disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM RI29

HMN. Purwosutjipto mengemukakan beberapa syarat agar suatu badan dapat dikateegorikan sebagai badan hukum, salah satu syarat terpenting tersebut adalah adanya harta kekayaan (hak-hak) dengan tujuan tertentu yang terpisah dengan

27

R.Ali Rido, Badan Hukum Dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,

Koperasi, Yayasan, Wakaf,Bandung, Alumni, April, 1977, hal 5

28


(56)

kekayaan pribadi para sekutu atau pendiri badan hukum itu. Tegasnya ada pemisahan kekayaan perusahaan dengan kekayaan pribadi sekutu atau pendiri.30

b. Status badan hukum Perseroan Terbatas

Dari ketentuan pasal 1 angka 1 sangat jelas disebutkan bahwa PT merupakan badan hukum. Perseroan merupakan suatu bentuk (legal form) yang didirikan atas fiksi hukum (legal fiction) bahwa perseroan memiliki kapasitas yuridis yang sama dengan yang dimiliki oleh orang perseorangan(natural person).

c. Implikasi Status Badan Hukum Perseroan Terbatas

Dengan dimulainya status badan hukum PT, maka ada beberapa implikasi yang timbul terhadap beberapa pihak yang terkait di dalam PT. Implikasi tersebut berlaku terhadap pihak – pihak berikut ini :

(1) Pemegang Saham PT

Setelah PT berstatus sebagai badan hukum, sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (1) UUPT maka pemegang saham PT tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan serta tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya.

Dalam Pasal 3 ayat (2) menyatakan bahwa :

“Ketentuan sebagaimana di maksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila :

a. Persyaratan Perseroan sebagai badan hokum belum atau tidak terpenuhi;

29Jimly Asshiddiqie, dalam H.Salim H.S,Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Jakarta,

Rajawali, 2010, hal 186

30HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 2, Jakarta,


(57)

b. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi; c. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan

hukum yang dilakukan oleh Perseroan; atau

d. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hokum menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan.”

Dalam pasal 3 ayat 2 dengan tidak lain menegaskan tidak menutup kemungkinan akan hapusnya tanggung jawab terbatas tersebut apabila terbukti terjadi hal-hal yang disebutkan dalam ayat ini.

(2) Pendirian PT

Pendirian PT dilakukan berdasarkan perjanjian, sebagai sebuah perjanjian, pendiri PT harus dilakukan oleh lebih dari satu orang yang saling berjanji untuk mendirikan perseroan, dan mereka yang berjanji itu memasukan modalnya ke dalam perseroan dalam bentuk saham. Perjanjian tersebut harus dibuat dalam bentuk akta notaris dalam bahasa Indonesia, notaris yang dimaksud adalah notaris yang wilayah kerjanya sesuai dengan domisili perseroan, agar sah menjadi badan hukum, akta notaris itu harus disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Pendirian suatu perseroan harus memenuhi syarat – syarat yang telah diatur dalam pasal 7 UUPT, Status badan hukum PT juga berpengaruh terhadap


(58)

setelah PT berstatus sebagai badan hukum maka ada dua kemungkinan yang akan terjadi terhadap perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pendiri PT pada masa sebelum PT disahkan sebagai badan hukum yaitu: pertama, perbuatan hukum tersebut mengikat PT setelah PT menjadi badan hukum, dengan persyaratan :

1. PT secara tegas menyatakan menerima semua perjanjian yang dibuat oleh pendiri

2. PT secara tegas menyatakan mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian yang dibuat pendiri walaupun perjanjian tidak dilakukan atas nama PT; atau

3. PT mengukuhkan secara tertulis semua perbuatan hukum yang dilakukan atas nama PT. Kemungkinan yang kedua, perbuatan hukum tersebut tidak diterima, tidak diambil alih atau tidak dikukuhkan oleh PT, sehingga masing-masing pendiri yang melakukan perbuatan hukum tersebut bertanggung jawab secara pribadi atas segala akibat yang timbul. Kalau kemungkinan kedua ini yang terjadi maka pertanggungjawaban dari pendiri terhadap PT menjadi tanggung jawab pribadi.

4. Direksi PT, menurut ketentuan Pasal 1 butir 4 UUPT adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.


(1)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku – Buku

Ais, Chatamarrasjid, Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporate Veil) kapita Selekta Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2000

Ali, Chidir,Badan Hukum,Bandung, Alumni, 1987

Ali, Masyhud,Manajemen Risiko Strategi Perbankan Dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis,Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006

Anandarajah, Kala,The New Corporate Governance Code In Singapure, Journal Of International Financial Markets,Volume 3 (6), 2001

Budiarto, Agus, Kedudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas,Edisi Pertama, Jakarta, Ghalia Indonesia, Mei, 2002.

________________, Kedudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas,Edisi Kedua, Jakarta, Ghalia Indonesia, Agustus, 2009.

Butar – Butar, Marisi, Penerapan Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance, Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang dan Jasa di Lingkungan BUMN Perkebunan,Medan, Media Mandiri, 2012

Black, Henry Chambell, Black’s Law Dictionary, Abridged Sixth Edition, St.Paul, Minn: West Publishing Co,1991

Block, Dennis J,(et.al), Third Edition, The business Judgment Rule, Fiduciary Duties Of Corporate Directors (Nj; Prentice Hall Law & Business),1989

Damiri, Mas Ahmad, Good Corporate Governance Konsep Dan Penerapannya Dalam Konteks Indonesia, Jakarta : Gloria Printing

Dirjdosisworo, Soejono,Hukum Perusahaan Mengenai Bentuk – Bentuk Perusahaan Di Indonesia,Bandung, Mandar Maju, 1997

Fuady, Munir,Perseroan Terbatas – Paradigma Baru, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2003

_______________,Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law & Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia,Bandung, Citra Aditya Bakti, 2002


(2)

_______________,Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1999

Ginting, Jamin,Hukum Perseroan Terbatas (Undang – Undang No.40 Tahun 2007), Bandung, Citra Aditya, September, 2007.

Gutama, Himpunan Yurisprudensi Indonesia Yang Penting Untuk Praktik, Jilid 14, Bandung, Citra Aditya, 1995.

Harahap, M.Yahya,Hukum Perseroan Terbatas,Jakarta, Sinar Grafika, 2007. _______________,Hukum Perseroan Terbatas,Jakarta, Sinar Grafika, 2009. _______________, Hukum Perseroan Terbatas,Jakarta, Sinar Grafika, 2011.

_______________, Separate Entity, Limited liability, Dan Piercing The Corporate Veil,Jurnal Hukum Bisnis, Volume 26 No 3, 2007

Hamilton, Robert W, The Law Of Corporation, St.Paul Minnesota: west Publishing Co, 1996.

Hann, Daniel P, Emmerging Issues In Us Corporate Governance; Are The recent Reforms Working, Defence Council Journal,Volume 64, April, 2001

Harris, Freddy, Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas (Kewajiban Pemberitahuan Oleh Direksi),Jakarta, Ghalia Indonesia, Maret, 2010.

Hidayat, Herman dan Harry Z.Soeratin, Peranan BUMN Dalam Kerangka Otonomi Daerah, Disampaikan Pada Sosialisasi Peranan BUMN, Universitas Amir Hamzah, Medan, 9 April 2005

Johnson, Lymann PQ,The Audit Commitee’s Ethical And Legal Responsibilities: The State Law Perspective,Volume 47,2005

Kesowo, Bambang, Kedudukan Direksi ; Suatu Tinjauan Berdasarkan Konsep Fiduciary Duties, Makalah Dalam Panel Diskusi Hubungan Antara Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris : Hak, Wewenang dan Tanggung Jawabnya,Jakarta, 12 Juni, 1995

Khairandy, Ridwan,Perseroan Terbatas,Jakarta, Citra Aditya, 2004.

_______________, Good Corporate Governance, Yogyakarta, Kreasi Total Media, 2007


(3)

Kusumaatmadja, Mochtar, Konsep – Konsep Hukum Dan Pembangunan, Bandung, Alumni, 2002

Muhammad, Abdul Kadir, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung, Citra Aditya, 1998

_______________,Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia,Bandung, Citra Aditya Bakti, 1995

Nasution, Bismar, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Pasca Sarjana, 2001

_______________, Pertanggungjawaban Direksi Dalam Pengelolaan Perusahaan, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sehari Dalam Rangka Menciptakan Good Corporate Governance pada system Pengelolaan dan Pembinaan BUMN Persero,diselenggarakan oleh Inti Sarana Informatika, Hotel Borobudur Yogjakarta, 8 Maret 2007

_______________, UU no 40 Tahun 2007 Dalam Perspektif Hukum Bisnis; Pembelaan Direksi Melalui Prinsip Business Judgment Rule, disampaikan pada Seminar Bisnis 46 Tahun FE USU, Medan, Sumatera Utara, 24 November 2007

_______________, Kejahatan Korporasi Dan Pertanggung Jawabannya, Makalah Pada Ceramah Di Jajaran Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Tanjung Morawa, Tanggal 27 April 2006

_______________,Mengukur Kinerja Direktur BUMN,Makalah

_______________, Diktat Hukum Perusahaan, Program Magister Ilmu Hukum, Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Nasution, Bismar dan Zulkarnain Sitompul, Hukum Perusahaan, Bandung, Books Terrace & Library, 2005

Parijs, Sergei,Fairness Opinions And Liability,Kluwer, The Netherlands, 2005 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero),Board Manual, Edisi Kedua, 2009. ________________,Code Of Conduct, Edisi Kedua, 2009.


(4)

________________,Piagam Komite Audit, Edisi Kedua, 2009. ________________,Piagam Internal Audit,Edisi Kedua, 2009.

Prasetya, Rudhi, Kedudukan Mandiri Dan Pertanggung Jawaban Terbatas Dari Perseroan Terbatas,Surabaya, Airlangga University Press, 1983

Pramono,Nindyo,Bunga Rampai Hukum Bisnis Actual,Bandung, Citra Aditya bakti, 2006

Purwosutjipto, HMN, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 2, Jakarta, Djambatan, 1982

Rajagukguk, Erman, Pengelolaan Perusahaan Yang Baik: Tanggung Jawab Pemegang Saham, Komisaris Dan Direksi,Jurnal Hukum Bisnis, Volume 26-No 3, 2007

_______________,Nyanyian Sunyi Kemerdekaan Menuju Indonesia Negara Hukum Demokratis, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok: Lembaga Studi Hukum Dan Ekonomi, 2006

Rasjidi, Lili,Hukum Sebagai Suatu Sistem,Bandung, Mandar Maju, 2003

Regar, H Moenaf, Dewan Komisaris Peranannya Sebagai Organ Perseroan, PT. Bumi Aksara, 2006

Rido, R.Ali,Badan Hukum Dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf,Bandung, Alumni, April, 1977

Salim H.S, Hukum Kontrak Teori Dan tehnik Penyusunan Kontrak, Jakarta, Sinar Grafika, 2009.

_______________, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Jakarta, Rajawali, 2010.

Said, M.Natzir, Perusahaaan – Perusahaan Pemerintah Di Indonesia Ditinjau Dari Segi Hukum Perusahaan,Bandung, Alumni, 1985.

Sembiring, Sentosa, Hukum Dagang Edisi Revisi Ketiga, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2008.

_______________, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas, CV Nuansa Aulia, 2006.


(5)

Simanjuntak, Cornelius, Natalie Mulia, Organ Perseroan Terbatas, Jakarta, Sinar Grafika, 2009.

Sjahdeni, Sutan Remy, Tanggungjawab Direksi Dan Komisaris, Jurnal Hukum Bisnis, Vol.14 (Jakarta : Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis), 2001

Soemitro, Rachmat, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan Dan Wakaf, Bandung, PT.Eresco, 1993

Solomon, Lewis D, Schwartz, Donald E, Bauman, Jeffrey D, Dan Weiss, Elliott J, Corporations Law And Policy Materials And Problem Third Edition, American Casebook Series, ST. Paul, Minn: West Publishing Co, 1994

Supramono, Gatot,Hukum Perseroan Terbatas Yang Baru,Jakarta, Djambatan, 1996 ________________, Hukum Perseroan Terbatas,Jakarta, Djambatan, 2008

Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1995

Tumbuan, Fred BG,Tanggung Jawab Direksi Dan Komisaris Serta RUPS Perseroan Terbatas, Makalah kuliah S2 Fakultas Hukum universitas Indonesia Tahun Ajaran 2001 – 2002

________________, Tugas Dan Wewenang Organ Perseroan Terbatas Menurut Undang – Undang Tentang Perseroan Terbatas, Newsletter, Hukum & Perkembangan No 70,September 2007

Usman, Ranchmadi, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Bandung, Alumni, 2004.

Wijaya, Gunawan & Ahmad Yani,Seri Hukum Bisnis : Perseroan Terbatas, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006

________________, Seri Hukum Bisnis : Perseroan Terbatas, Jakarta, Raja Grafindo, 2000

________________, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris, Dan Pemilik Perseroan Terbatas,Jakarta, Forum Sahabat, 2008.

Widiyono, Tri, Direksi Perseroan Terbatas ; Bank dan Persero, Bogor, Ghalia Indonesia, 2005.


(6)

_______________, Direksi PT, Keberadaan, Tugas, Wewenang Dan Tanggung Jawab,Bogor, Ghalia Indonesia, 2008.

Widjaya, I.G, Rai,Hukum Perusahaan,Jakarta, Megapoin Kesaint Blanc, 2002 Winardi,Asas-Asas Manajemen,Bandung, Alumni, 1983

A. Peraturan-Peraturan

Undang – Undang Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

Undang – Undang Republik Indonesia, Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Peraturan Presiden Republik Indonesia, Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia, Nomor : PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance)Pada Badan Usaha Milik Negara

Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Nomor AHU-73169.AH.01.02. Tahun 2008 Tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan

Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Nomor 3.11/SKPTS/03/2011 Tentang Pedoman Pengadaan Barang Dan Jasa PT. Perkebunan Nusantara III (persero)

B. Website

http://bismarnasution.wordpress.com/2009/12/23,pertanggungjawaban-direksi-dalam-pengelolaan-perseroan, diakses pada tanggal 9 Maret 2012

http://hukumbisnis.blogspot.com/2009/05,tehnik-menyusun-peraturan-perjanjian.htm1, diakses pada tanggal 17 April 2012

http://sonny-tobelo.blogspot/2010/12/teoripertanggungjawaban, diakses pada tanggal 20 Juni 2012


Dokumen yang terkait

Proses Pengadaan Barang/Jasa pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

23 207 54

Penerapan Prinsip-Pprinsip Good Corporate Governance, Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang Dan/Atau Jasa Di Lingkungan Bumn Perkebunan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

2 74 145

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 4 94

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 3 9

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 0 17

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 0 22

BAB II PRINSIP KEHATI – HATIAN DALAM PERATURAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) A. Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum 1. Kedudukan PT Sebagai Badan Hukum Mandiri - Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kehati-hatian Direk

0 0 66

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kehati-hatian Direksi Dalam Perjanjian Kerja Sama Untuk Proses Pengadaan Barang Dan Jasa (Studi Penelitian PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan)

0 1 31

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kehati-hatian Direksi Dalam Perjanjian Kerja Sama Untuk Proses Pengadaan Barang Dan Jasa (Studi Penelitian PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan)

0 0 16