2. Status kekayaan dipisahkan pada BUMN Persero
Salah satu karakteristik yang penting dari badan hukum adalah adanya kekayaan yang terpisah. Theory of the Zweckvermogen menyatakan bahwa badan
hukum harus terdiri atas sejumlah kekayaan yang digunakan untuk tujuan tertentu. Kekayaan tersebut ditentukan oleh objek dan tujuan yang ditentukan dalam status
badan hukum, dan tidak ditentukan oleh individual anggotanya.
43
Oleh karena itulah kekayaan badan hukum itu harus terpisah dari kekayaan pendirinya.
Kekayaan yang terpisah tersebut digunakan untuk mencapai tujuan badan hukum dan juga berfungsi sebagai jaminan secara umum terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh badan hukum. HMN. Purwosutjipto mengemukakan beberapa syarat agar suatu badan
dapat dikategorikan sebagai badan hukum. Salah satu syarat terpenting tersebut adalah adanya harta kekayaan hak-hak dengan tujuan tertentu yang terpisah
dengan kekayaan pribadi para sekutu atau pendiri badan hukum itu. Tegasnya ada pemisahan kekayaan perusahaan dengan kekayaan pribadi sekutu atau pendiri.
44
Syarat ini merupakan syarat materiil yang harus ada dalam badan hukum. Semua kekayaan yang ada dimiliki oleh badan hukum itu sendiri.
Kekayaan tidak dimiliki oleh pemilik atau oleh anggota atau pemegang saham. Fakta ini adalah suatu kelebihan utama dari badan hukum. Dengan demikian,
kepemilikan kekayaan tidak didasarkan pada anggota atau pemegang saham.
45
43
Ridwan Khairandy, op.cit, hal. 6
44
HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 2 Jakarta : Djambatan, 1982, hal. 63
45
David Kelly, Business Law, London : Cavendish Publishing Limited, 2002, hal. 345.
Universitas Sumatera Utara
Kekayaan yang terpisah separate patrimony adalah elemen utama dari personalitas hukum sebuah badan hukum. Dengan kata lain, kedudukan badan
hukum sebagai entitas hukum hanya bisa bermakna jika terdapat elemen kekayaan terpisah. Hal ini merupakan kemampuan perusahaan untuk memiliki asset-aset
yang terpisah dengan kekayaan orang lain, seperti perusahaan investor, dan juga memiliki kebebasan tidak hanya menggunakan dan menjual kekayaannya, tetapi
juga dapat menggadaikan kekayaan tersebut kepada kreditur. Pandangan yang hampir sama dengan pandangan-pandang tersebut diatas,
dikemukan oleh Erik Vermuelen, sebagai berikut : Konsep perusahaan sebagai badan hukum yang kekayaannya terpisah dari
para pemegang sahamnya merupakan sikap yang dianggap penting bagi status korporasi sebagai suatu badan hukum yang membedakannya dengan
bentuk-bentuk perusahaan yang lain. Sifat terbatasnya tanggungjawab secara singkat merupakan pernyataan dari prinsip bahwa pemegang saham
tidak bertanggungjawab secara pribadi atas kewajiban perusahaan sebagai badan hukum yang kekayaannya terpisah dari pemegang sahamnya.
Prinsip continuity of existence menegaskan tentang pemisahaan kekayaan korporasi dengan pemiliknya. Badan hukum itu sendiri tidak dipengaruhi
oleh kematian ataupun pailitnya pemegang saham. Badan hukum juga tidak dipengaruhi oleh perubahan struktur kepemilikan saham perusahaan .
Sebagai akibatnya, saham-saham perusahaan dapat diperdagangkan secara bebas.
46
Pandangan tersebut di atas menegaskan adanya hubungan yang tidak terpisahkan antara legal entity badan hukum dengan kekayaannya yang terpisah dari
pemegang sahamnya. Badan hukum sebagai legal entity memiliki tanggungjawab mandiri yang terpisah dari para pemegang sahamnya. Kekayaan terpisah adalah
milik badan hukum, karena itulah para pendiripemegang saham tidak bertanggungjawab sampai kekayaan pribadi pendiripemegang saham, karena
46
Erik. PM. Vermuelen, “The Evolution of Legal Business Forms in Europe and the United States : Venture Capital, Joint Venture, and Partnership Structures, Deventer : Kluwer
Law International, 2002, hal. 189.
Universitas Sumatera Utara
badan hukum yang melakukan tindakan mandiri tersebut memiliki kekayaan sendiri.
Cara pandang sebagaimana diuraikan di atas akan dipergunakan untuk menganalisis status kekayaan yang terpisah pada BUMN Persero. Analisis ini
sangat penting, karena hal ini sangat menentukan status kepemilikan kekayaan BUMN Persero yang kemudian dipergunakan sebagai sumber dana dalam
pengadaan barang dan jasa di lingkungan BUMN Persero tersebut. Pasal 4 ayat 1 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN menyatakan
bahwa modal BUMN berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan. Penjelasan Pasal 4 ayat 1 jelas menyebutkan makna dan tujuan pemisahan kekayaan Negara
tersebut dengan menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan dipisahkan adalah pemisahaan kekayaan Negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
untuk dijadikan penyertaan modal Negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistim APBN, namun
pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.
Penjelasan Pasal 4 ayat 1 UU BUMN tersebut sangat menyadari adanya kesulitan dalam pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan sebagai
penyertaan modal jika pengelolaannya tunduk pada sistim APBN. Menundukkan pembinaan dan pengolaan kekayaan Negara pada prinsip koorporasi yang sehat
hanya dapat dipahami dengan menggunakan pendekatan pada teori-teori atau doktrin-doktrin badan hukum, terkait dengan kekayaan terpisah.
Oleh karena BUMN berbentuk PT Persero adalah badan hukum, sebagaimana diuraikan terdahulu, maka entitas ini tidak bisa diperoleh jika
Universitas Sumatera Utara
PT. Persero tersebut tidak memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan Negara sebagai pemegang sahamnya. Oleh karena itulah pemisahaan kekayaan
Negara sebagai penyertaan modal di BUMN berbentuk PT. Persero harus dilakukan. Dengan demikian, maka kekayaan yang dimiliki oleh BUMN Persero
adalah milik BUMN Persero tersebut dan bukan merupakan milik Negara. Kepemilikan Negara terhadap BUMN Persero adalah sepanjang mengenai modal
yang disetorkan oleh Negara atau dalam bentuk saham yang dimiliki oleh Negara. Hasil dari pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan tersebut adalah milik
BUMN PT. Persero tersebut.
Apabila kekayaan yang dimiliki BUMN Persero hasil pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan tersebut dipandang sebagai milik Negara, maka
pemaknaan yang demikian tidak konsisten dengan tujuan pemisahaan kekayaan tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 UU BUMN dan tidak
konsisten dengan prinsip-prinsip badan hukum yang diakui secara umum, yakni adanya kekayaan yang terpisah. Pemaknaan yang demikian membawa
konsekwensi yang membingungkan terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh badan hukum. Jika tidak terpisah antara kekayaan Negara dengan kekayaan
BUMN Persero, maka tindakan yang dilakukan oleh BUMN Persero akan identik dengan tindakan Negara dan tanggungjawabnya pun menjadi tanggungjawab
Negara. Sementara secara filosofi salah satu tujan utama pemisahaan kekayaan Negara tersebut adalah untuk membatasi tanggungjawab Negara sebatas modal
yang disetorkan oleh Negara. Dengan penafsiran yang demikian, maka pada prinsipnya akan gugur status badan hukum dari BUMN Persero tersebut, karena
menyatunya kekayaan Negara sebagai pemegang saham dengan kekayaan BUMN Persero itu sendiri.
47
3. Dasar hukum pengadaan barang dan jasa di lingkungan BUMN