pengaruh lingkungan yang merugikan. Kedua, function of perfomance, yakni hak individu untuk menuntut dilakukannya suatu tindakan agar lingkungannya
dipulihkan atau diperbaiki. Fungsi-fungsi itu telah tertampung sejak lama dalam hukum positif Indonesia.
Desakan pemenuhan hak konsumen atas lingkungan hidup yang baik dan sehat semakin dikemukakan akhir-akhir ini. Karena hak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat merupakan bagian dari hak-hak subjektif sebagai bentuk yang paling luas dari perlindungan seseorang.
24
9. Hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang
Persaingan curang atau dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 disebut dengan “persaingan tidak sehat dapat terjadi jika seseorang pengusaha
menarik langganan atau klien usaha lain untuk memajukan usahanya dan memperluas penjualan atau pemasarannya, dengan mengunakan alat atau sarana
yang bertentangan dengan iktikad baik dan kejujuran dalam pergaulan perekonomian.
Hak konsumen untuk dihindari dari akibat negatif persaingan curang dapat dikatakan sebagai upaya pre-empative yang harus dilakukan, khususnya oleh
pemerintah, guna mencegah munculnya akibat-akibat langsung yang merugikan konsumen. Itulah sebabnya, gerakan konsumen sudah selayaknya menaruh
perhatian terhadap keberadaan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak ini, seperti yang ada pada saat ini, yaitu Undang-Undang Nomor 5
24
Shidarta, Op.cit, hal. 24-25
Universitas Sumatera Utara
Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
25
10. Hak Untuk Mendapatkan Pendidikan
Masalah perlindungan konsumen di Indonesia termasuk masalah yang baru. Oleh sebab itu, wajar bila masih banyak konsumen yang belum melayani
hak-haknya. Kesadaran akan hak tidak dapat dipungkiri sejalan dengan kesadaran hukum. Semangkin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat, semakin tinggi
penghormatannya pada hak-hak dirinya dan orang lain. Upaya pendidikan konsumen tidak selalu harus melewati jenjang pendidikan formal, tetapi dapat
melalui media massa dan kegiatan lembaga swadaya masyarakat. Dalam banyak hal, pelaku usaha terikat untuk memperhatikan hak
konsumen untuk mendapatkan “pendidikan konsumen” ini. Pengertian konsumen ini tidak harus diartikan sebagai proses formal yang dilembagakan. Pada
prinsipnya, makin kompleks teknologi yang diterapkan dalam menghasilkan suatu produk menuntut pula makin banyak produksi yang harus disampaikan pada
konsumen. Bentuk informasi yang lebih komperhensif dengan tidak semata-mata menonjolkan unsur komersialisasi, sebenarnya sudah merupakan bagian dari
pendidikan konsumen.
26
25
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, “Aspek Yuridis dan Cara Penaggulangan persaingan curang” makalah, Yogya, 6-7 Oktober 1992 hal. 1.
26
Shidarta, op.cit, hal. 27
Disamping mempunyai hak-hak konsumen juga mempunyai tanggung jawab atau kewajiban yang harus dilaksanakan, sebagai makluk sosial, yaitu
Universitas Sumatera Utara
Keterkaitan terhadap lingkungan. Dengan demikian apabila konsumen berharap hak-haknya ingin dipenuhi secara baik, hal itu dapat terlaksana apabila konsumen
mempunyai kesediaan yang sama terhadap pemenuhan kewajibannya, untuk itu seorang konsumen perlu menyadari dan mengetahui tentang tanggung jawabnya.
Dalam Pasal 5 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, juga siregaskan mengenai kewajiban, dengan pengertian konsumen tidak hanya dapat menuntut
hak-haknya, namun demikian konsumen berkewajiban melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan. 2.
Beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa 3.
Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati 4.
Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut
Sejalan dengan pasal 5 tersebut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia- Medan juga mengaris bawahi bahwa konsumen berkewajiban untuk :
1 Bersikap kritis
Bertanggung jawab untuk bertindak lebih waspada pada kritis terhadap harga dan mutu suatu barang atau jasa yang digunakan, serta akibat lain yang
mungkin ditimbulkannya. Sikap kritis konsumen sangat diperlukan dalam rangka menetukan barangjasa yang akan dikonsumsinya.
Sikap kritis tersebut meliputi :
Universitas Sumatera Utara
- Kritis terhadap penawaran barangjasa oleh produsen secara langsung
maupun yang tidak langsung melalui iklan di media cetak maupun elektronika.
- Kritis terhadap penampilan fisik barang, takaran, ukuran, dan timbangan
maupun mutu. 2
Berani bertindak atas kesadaran Berani bertindak guna melindungi dirinya sendiri maupun secara
berkelompok dalam upaya menjamin perolehan pengakuan yang adil. 3
Memiliki kepedulian sosial Turut bertanggung jawab serta waspada terhadap segal akibat yang
ditimbulkan oleh sikap dan pola konsumsi bagi kita orang lain, terutama golongan masyarakat bawah.
Meskipun konsumen bebas memilih dalam berkomunikasi barangjasa sesuai dengan kemampuan ekonomi, sosial dan pengetahuan, tapi cara komunikasi
yang berlebihan tanpa memperhatikan kondisi sosial. 4
Tanggung jawab terhadap lingkungan Mempunyai rasa tanggung jawab dalam melestarikan lingkungan hidup.
Konsumen wajib memiliki kesadaran terhadap kebersihan, keamanan, kesehatan sebagai pola konsumsinya terhadap lingkungan, seperti tidak
membuang sampahlimbah diparit atau sungai, atau disembarang tempat. 5
Memilik rasa kesetiakawanan Maksudnya adalah mempunyai rasa tanggung jawab sosial untuk menggalang
kekuatan guna mempengaruhi dan memperjuangkan kepentigan-kepentingan
Universitas Sumatera Utara
konsumen. Konsumen wajib tolong menolong dan saling memberikan informasi serta berhimpun untuk melindungi kepentingannya sebagai
konsumen.
D. Hak-Hak dan Kewajiban Developer