bukti-bukti dirinya tidak bersalah. Tentu saja konsumen tidaklah berarti dapat sekehendak hati mengajukan gugatan. Posisi konsumen sebagai Pengugat selalu
terbuka untuk digugat balik oleh pelaku usaha, jika ia tinggal menunjukan kesalahan si Tergugat.
3. Prinsip Praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab
Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab presumption of non liability principle hanya
dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas dan pembatasan demikian biasanya secara common sense dapat dibenarkan.
4. Prinsip tanggung jawab mutlak
Prinsip tanggung jawab mutlak strict liability sering diidentikan dengan prinsip tanggung jawab absolute absolute liability. Kendati demikian ada pula
para ahli yang membedakan kedua termologi diatas. Ada pendapat yang menyatakan, strict liability adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan
kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun ada pengecualian- pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskannya dari tanggung jawab,
misalnya keadaan force majure. Sebaliknya, absolute liability adalah prinsip tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualiannya.
Biasanya prinsip tanggung jawab mutlak ini diterapkan karena : 1. Konsumen tidak dalam posisi menguntungkan untuk membuktikan adanya
kesalahan dalam suatu prosese produksi dan distribusi yang kompleks.
Universitas Sumatera Utara
2. Waktu ada gugatan atas kesalahannya, misalnya dengan asuransi atau menambah komponen biaya tertentu pada harga pokoknya.
3. Asas ini dapat memaksa produsen lain berhati-hati.
5. Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan
Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan lilmitation of liability principle sangat disenagi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausul
eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Dalam perjanjian cuci cetak film misalnya, ketentuan film yang dicuci cetak film misalnya, ditentukan bila
film yang dicuci cetak itu hilang atau rusak termasuk akibat kesalahan petugas, maka si konsumen hanya dibatasi ganti kerugian sepuluh kali harga satu rol film
baru. Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan konsumen bila diterapkan secara sepihak oleh pelaku usaha. Dalam UUPK yang baru, seharusnya pelaku
usaha tidak boleh secara sepihak menentukan klausula yang merugikan konsumen, termasuk membatasi maksimal tanggung jawabnya. Jika ada
pembatasan mutlak harus ada peraturan perundang-undangan yang jelas.
19
E. Ruang Lingkup Perlindungan Konsumen