malam, tapi iya tetep membukan pintu untuk anaknya. Anak nya terkadang sering pulang mabuk – mabukan dan kadang memakai narkoba dirumah.
Buk Teti mengatakan anak – anak sekarang banyak sekali permintaanya, sehingga iya tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka. Buk Teti tidak pernah
memaksakan anak – anaknya untuk sekolah, tapi Buk Teti selalu menyuruh anak untuk sekolah. Buk Teti tidak pernah menyalahkan anak – ankanya menggunakan
narkoba, karena lingkungan tempatnya tinggal banyak remaja yang menggunkan narkoba. Anak – anak sekarang mudak sekali mempelajari cara pemakaian
narkoba dan mudah untuk mendapatkanya, karena mudahnya memperoleh narkoba di lingkungan tempatnya tinggal. Kegiatan anaknya saat ini hanya duduk
– duduk atau nongkrong bersama teman – temanya , karena anak Buk Teti tidak memiliki pekerjaan.
4.7.8 Profil Informan Kedelapan Orang Tua Ardi
Nama : Nurhayati
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tingkat Pendidikan : SD
Suku Bangsa : Minang
Agama : Islam
Jumlah Anak : 5 Orang
Pekerjaan : Jualan Sate
Buk Nur adalah salah satu informan yang tinggal di Kelurahan Mandailing selama 53 tahun. Buk Nur memiliki pekerjaan sebagai pedagang sate
di pasar bunga. Buk Nur biasanya berjualan sekitar jam 18.30 wib sampai jam 12.00 malam hari. Iya hanya bekerja sendirian untuk menghidupkan 5 orang
anaknya, karena suami Buk Nur suka main perempuan dan sudah menikah lagi. Buk Nur Harus bekerja sendirian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan anak
– anaknya. Walaupun Buk Nur hanya memiliki rumah dengan kondisi yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sangat sederhana dengan bahan batu walaupun rumah tersebut tidak dapat iya perbaiki, tetapi iya memiliki tempat untuk berteduh. Hasil jualan sate tidak lah
seberapa, karena saat ini banyaknya saingan yang berjualan di daerahnya. Pengeluaran buk Nur untuk pendidikan anak – anaknya, listrik dan modal untuk
berjualan. Buk Nur tidak begitu dekat dengan anaknya yang no 3, iya tidak terlalu
perduli dengan anak tersebut. Buk Nur lebih sayang pada anak yang nomor dua dan nomor empat. iya mengetahi kalau anak – anaknya pada menggunakan
narkoba, tapi iya tidak bisa berbuat apa - apa. Anak – anak Buk Nur mulai tergoncang jiwanya saat Ayahnya suka main perempuan dan menikah lagi. Saya
mengetahui anak tersebut menggunakan narkoba pada waktu duduk di bangku sekolah menengah pertama, pada waktu itu narkoba tersebut tercecer dirumahnya
dan diselipkan anaknya di dalam kardus. Buk Nur mencium kalau ternyata itu narkoba dan iya segera membuangnya ke tong sampah. Bur Nur pada waktu itu
berpura – pura tidak tahu ketika anaknya menayakan barang yag iya simpan didalam kardus. Iya hanya mendiamkan anaknya saja dan tidak menanyakan hal
tersebut pada anak –anaknya. Buk Nur mengatakan iya tidak perna mau memukul anak –anakya ketika
mereka berperilaku menyimpang. Tapi Buk Nur hanya memarahi anak – anaknya tersebut. Menurut Buk Nur anak tersebut sudah memiliki akal untuk berpikir
maka, jika akal mereka mengalahi nafsu makan mereka sama saja seperti binatang. Anak – anak tersebut sudah besar dan tau yang terbaik buat diri mereka,
Buk Nur tidak pernah memaksakan anaknya untuk sekolah. Buk Nur mengungkapkan anak – anak saat ini tidak bisa dipaksakan kemauanya, yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terpenting kita sudah memberi tahu terserah mereka mau berbuat apa karena mereka sudah di beri akal oleh Tuhan.
4.7.9 Profil Informan Kesembilan Orang Tua Hari