BAB I PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang Masalah
Krisis  ekonomi  yang  bermula  pada  pertengahan  tahun  1997  dan  meningkat menjadi  krisis  multidimensi  dalam  tahun  1998  dan  1999,  telah  berpengaruh  besar
terhadap  kehidupan masyarakat luas. Kondisi ekonomi semakin sulit, rasa keamanan dan ketentraman terganggu, serta keresahan sosial meningkat.
Sejak  Indonesia  mengalami  krisis,  pemerintah  telah  mengambil  berbagai langkah kebijakan, baik fiskal, moneter, perdagangan internasional maupun kebijakan
di sektor riil untuk mengatasinya. Ketidakstabilan politik dan berbagai masalah sosial yang  terjadi  di  tanah  air  membuat  upaya  pemulihan  tersebut  menjadi  lebih  sulit.
Krisis  perbankan  yang  masih  berjalan  saat  ini  didahului  dengan  adanya  distress dalam  perbankan,  pada  waktu  terjadinya  penurunan  deposito  dan  tabungan  serta
terkotak-kotaknya  pasar  uang  antar  bank  ada  kompartemenisasi  pasar  uang  antar bank  karena  menurunnya  kepercayaan  terhadap  perbankan.  Bank-bank  yang  lemah
dan tidak dapat memperoleh dana dari pasar uang terpaksa menggantungkan diri pada BI sebagai sumber dana untuk posisi likuiditas masing-masing.
Walaupun  demikian  tanda-tanda  pemulihan  sudah  mulai  muncul,  terutama sejak tahun 1999. Sehingga dapat dikatakan perekonomian nasional telah melampaui
titik  terburuk  dan  sedang  dalam  proses  menuju  kebangkitannya  kembali.  Rasa optimis  tersebut  didukung  oleh  perkembangan  positif  beberapa  indikator  utama
pdf M a chine -  is a  pdf w r it e r  t h a t  pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h  e a se
Ge t  you r s n ow
“ Thank you very m uch  I  can use Acrobat  Dist iller or t he Acrobat  PDFWrit er bu t   I  consider your pr oduct  a lot  easier  t o use and m uch pr efer able t o Adobes  A.Sar r as -  USA
Universitas Sumatera Utara
makro  ekonomi  seperti  nilai  tukar  rupiah,  inflasi,  suku  bunga,  indeks  harga  saham gabungan, neraca pembayaran dan produk domestik bruto riil.
Modal  pembangunan  yang  berasal  dari  dalam  negeri  biasanya  dihimpun  dari dana  masyarakat.  Lembaga  perbankan  merupakan  salah  satu  lembaga  yang
mempunyai potensi untuk menghimpun dana masyarakat. Dana yang dihimpun bank biasanya  dalam  bentuk  giro,  deposito  dan  tabungan.  Guna  mendukung  peningkatan
kinerja  perbankan  pemerintah  telah  banyak  mengeluarkan  kebijakan  di  bidang keuangan D.J. Soedrajat, 2001.
Dalam mekanisme pasar seperti di Indonesia tingkat suku bunga  yang terjadi pada  dasarnya  merupakan  refleksi  dari  kekuatan  permintaan  dan  penawaran  dana
di  masyarakat,  karena  tingkat  suku  bunga  sangat  penting  dalam  kebijakan perekonomian  suatu  negara  dalam  pengaruhnya  terhadap  supply  dan  demand.
Meningkatnya  kebutuhan  terhadap  sumber-sumber  pembiayaan  akan  menyebabkan naiknya suku bunga, kebijakan di Indonesia dalam rangka menekan laju inflasi, tetap
mempertahankan  tingkat  suku  bunga  tinggi.  Dengan  kata  lain  peredaran  yang diperketat dapat mempertahankan tingkat harga pada tingkat aman.
Perkembangan  dan  tingkat  suku  bunga  dalam  negeri  dipengaruhi  oleh berbagai faktor, baik  yang berasal dari luar negeri, seperti suku bunga internasional,
maupun yang berasal dari dalam negeri, seperti ekspektasi inflasi, kondisi perbankan serta  langkah  dan  tindakan  otoritas  moneter.  Bagi  otoritas  moneter,  perkembangan
dan  tingkat  suku  bunga  merupakan  satu  indikator  moneter  yang  sangat  penting. Di  satu  sisi,  perkembangan  suku  bunga  harus  merefleksikan  faktor-faktor
pdf M a chine -  is a  pdf w r it e r  t h a t  pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h  e a se
Ge t  you r s n ow
“ Thank you very m uch  I  can use Acrobat  Dist iller or t he Acrobat  PDFWrit er bu t   I  consider your pr oduct  a lot  easier  t o use and m uch pr efer able t o Adobes  A.Sar r as -  USA
Universitas Sumatera Utara
fundamental.  Dan  di  sisi  lain,  suku  bunga  diupayakan  dapat  menunjang  pencapaian sasaran-sasaran  ekonomi  makro  yang  ditetapkan  pemerintah  seperti  inflasi,
permintaan  dalam  negeri,  uang  beredar  M2  dan  aliran  modal  masuk  Agustin, 2000.
Tingkat  suku  bunga  pada  dasarnya  merupakan  refleksi  dan  kekuatan permintaan  dan  penawaran  dana.  Dengan  demikian  perkembangan  dan  tingkat  suku
bunga  mencerminkan  tingkat  kelangkaan  atau  kecukupan  dana  masyarakat. Di  samping  itu,  tingkat  suku  bunga  mempunyai  kaitan  yang  cukup  erat  dengan
berbagai indikator ekonomi lainnya. Di sisi lain tingkat suku bunga berkaitan dengan inflasi,  permintaan  dalam  negeri  dan  nilai  tukar  rupiah.  Dalam  lingkup  eksternal
tingkat suku bunga sangat berperan terhadap arus masuk dan keluar. Oleh karena itu upaya  pengendalian  tingkat  suku  bunga  yang  dilakukan  harus  selalu  memperhatikan
keseimbangan diantara berbagai faktor. Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia BI Anwar  Nasution  mengatakan  Bank  Indonesia  menghimbau  kepada  perbankan  untuk
menurunkan  suku  bunga  pinjamannya  berkaitan  dengan  terus  turunnya  Sertifikat Bank  Indonesia  SBI.  Secara  teori  bahwa  tingkat  suku  bunga  pinjaman  merupakan
gabungan  dari  jumlah  cost  of  fund  ditambah  biaya  intermediasi  dan  biaya  resiko macet  Solopos,  Jum’at  27  Juni  2003.  Akhir-akhir  ini  banyak  tuntutan  dari  para
pelaku  bisnis  pengusaha  dan  juga  pakar  ekonomi  yang  menuntut  agar  Bank Indonesia  selaku  penguasa  moneter  mempengaruhi  suku  bunga  deposito  dan  juga
suku  bunga  pinjaman  berkaitan  dengan  turunnya  SBI  agar  dapat  meningkatkan mengembangkan  kembali  sektor  riil  lewat  kegiatan  investasinya.  Tetapi  tuntutan  itu
pdf M a chine -  is a  pdf w r it e r  t h a t  pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h  e a se
Ge t  you r s n ow
“ Thank you very m uch  I  can use Acrobat  Dist iller or t he Acrobat  PDFWrit er bu t   I  consider your pr oduct  a lot  easier  t o use and m uch pr efer able t o Adobes  A.Sar r as -  USA
Universitas Sumatera Utara
belum  atau  baru  sedikit  dipenuhi  oleh  Bank  Indonesia,  karena  mungkin  Bank Indonesia  melihat  banyak  faktor  yang  perlu  dipertimbangkan  untuk  mempengaruhi
suku bunga khususnya suku bunga pinjaman dalam arti nominal. Banyak  negara  berkembang  telah  melaksanakan  deregulasi  keuangannya
dengan cara menghapuskan pagu kredit dan tingkat bunga, misalnya Korea, Malaysia, Srilangka,  Filipina,  dan  Indonesia.  Tujuan  utama  deregulasi  keuangan  ini  seperti
deregulasi  ekonomi  pada  umumnya  adalah  mendorong  efisiensi  dan  pertumbuhan ekonomi.  Salah  satu  tujuan  deregulasi  adalah  mempercepat  proses  berlangsungnya
pendalaman  finansial.  Pendalaman  finansial  financial  deep  menunjukkan  seberapa jauh  sistem  finansial  terutama  sektor  perbankan  dapat  menjangkau  masyarakat
penabung dan mengalokasikan dana tersebut kepada sektor usaha dan pengguna dana yang  paling  produktif  dan  efisien.  Sektor  keuangan  mempunyai  peranan  yang
penting,  bukan  hanya  sebagai  perantara  finansial  tetapi  juga  sebagai  pihak  yang membatasi,  menilai  dan  mendistribusikan  resiko  yang  berkaitan  dengan  berbagai
kegiatan  finansial.  Pada  mekanisme  pasar,  peranan  ini  memungkinkan  terjadinya keseimbangan  antara  keuntungan  yang  diperoleh  dengan  resiko  yang  dihadapi.
Pendalaman  finansial  menjamin  terjadinya  biaya  transaksi  yang  makin  rendah, distribusi  resiko  yang  semakin  optimal,  alokasi  dana  yang  semakin  terarah  pada
pilihan  investasi  yang  terbaik.  Dengan  demikian  pendalaman  finansial  mendorong peningkatan efisiensi ekonomi dan berjalan seiring dengan perkembangan ekonomi.
Di  beberapa  negara  ASEAN  seperti  Malaysia,  Singapura,  Thailand,  Filipina, dan  Indonesia,  perkembangan  pendalaman  finansial  kelihatan  menonjol  setelah
pdf M a chine -  is a  pdf w r it e r  t h a t  pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h  e a se
Ge t  you r s n ow
“ Thank you very m uch  I  can use Acrobat  Dist iller or t he Acrobat  PDFWrit er bu t   I  consider your pr oduct  a lot  easier  t o use and m uch pr efer able t o Adobes  A.Sar r as -  USA
Universitas Sumatera Utara
negara-negara  tersebut  melakukan  deregulasi  sistem  finansialnya.  Sebelum  adanya deregulasi, sistem finansial negara-negara tersebut ditandai oleh banyaknya peraturan
yang  kurang  mendorong  terjadinya  pendalaman  finansial  seperti  penentuan  tingkat bunga  oleh  otoritas  moneter,  penetapan  pagu  kredit,  cadangan  wajib  minimum  yang
tinggi.  Tingkat  bunga  yang  ditetapkan  akan  cenderung  jauh  di  bawah  tingkat  bunga keseimbangan  dan  tingkat  inflasi.  Dengan  demikian,  laju  inflasi  jauh  lebih  besar
daripada  tingkat  bunga  nominal  sehingga  tingkat  bunga  riil  menjadi  negatif.  Hal  ini dapat  menimbulkan  distorsi  dalam  sistem  keuangan  karena  kurangnya  mobilisasi
dana.  Sistem  ini  juga  mengganggu  efisiensi  pembangunan  sistem  perbankan.  Bank- bank  sangat  tergantung  pada  dana  dari  Bank  Indonesia  dan  tidak  dapat  mengatur
dananya secara efisien. Tingginya  suku  bunga  pada  September  1988  menjadi  sejarah  tersendiri.
Dimulai dengan pernyataan Prof. Mohammad Sadli, kemudian Gubemur BI Adrianus Mooy,  tentang  perlunya  perbankan  menekan  lagi  tingkat  suku  bunga  yang  dinilai
sangat  tinggi  dan  tidak  mampu  menggairahkan  investasi.  Penyebab  utamanya tingginya suku bunga bank pada waktu itu adalah mahalnya biaya memperoleh dana
sendiri.  Sebagian  besar  dana  bank  diperoleh  dari  deposito  dengan  tingkat  bunga berada di atas 15-21, baik untuk jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, maupun 12
bulan.  Melihat  bunga  deposito  yang  demikian  tinggi,  wajar  jika  bunga  kredit  pun sangat  tinggi  karena  biaya  intermediasi  dari  bank.  Biaya  tersebut  antara  lain  biaya
overheat,  biaya  resiko,  dan  marjin  laba  yang  jumlahnya  masih  sekitar  4,  berarti
pdf M a chine -  is a  pdf w r it e r  t h a t  pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h  e a se
Ge t  you r s n ow
“ Thank you very m uch  I  can use Acrobat  Dist iller or t he Acrobat  PDFWrit er bu t   I  consider your pr oduct  a lot  easier  t o use and m uch pr efer able t o Adobes  A.Sar r as -  USA
Universitas Sumatera Utara
besar bunga kredit pada waktu itu diperkirakan antara 19,5 sampai 25 Sasongko Tedjo, 1994.
Pengalaman buruk di bidang moneter terulang lagi bahkan lebih buruk,  yaitu saat  krisis  ekonomi  dan  moneter  menimpa  bangsa-bangsa  Asia  termasuk  Indonesia
pada  tahun  1997-1998.  Pada  periode  bulan  Juli-Agustus  1997  pemerintah menerapkan  kebijakan  empat  kali  menaikkan  tingkat  suku  bunga  SBI  dari  bulan
Agustus  sebesar  7  menjadi  30  dalam  setahun.  Pergerakan  suku  bunga  SBI menjadi tolok ukur bagi  tingkat suku  bunga lainnya. Sehingga  kenaikan suku bunga
SBI ini dengan sendirinya mendorong kenaikan suku bunga dana antar bank dan suku bunga  deposito.  Kenaikan  suku  bunga  deposito  akhirnya  mengakibatkan  kenaikan
suku bunga pinjaman di bank-bank, terutama karena sebelumnya sudah ada peraturan bahwa  tingkat  suku  bunga  di  bank  komersial  ditetapkan  150  di  atas  suku  bunga
SBI. Suku bunga perbankan untuk deposito dan pinjaman kredit di Indonesia adalah tertinggi  di  kawasan  ASEAN  bahkan  seluruh  dunia  Tambunan,  1998.  Beberapa
literatur penelitian tentang tingkat suku bunga seperti tingkat bunga dan faktor-faktor penentunya  Boediono,  1991,  interest  rate  determination  independent  developing
countries,  a  conceptual  framework  Edward,  Sebastian  dan  Mohsin  S.  Khan,  1985, Regresi  Linear  Lancung  dalam  Analisa  Ekonomi:  Studi  Kasus  Permintaan  Deposito
dalam  Valuta  Asing  di  Indonesia  Insukindro,  1991,  Suku  Bunga  Diturunkan, Investasi  Akan  Meningkat?  Iswardono  SP,  1999,  Kinerja  dan  Fungsi  Intermediasi
Perbankan Pasca Krisis dan Otonomi Daerah Juda Agung, 2000, Sejarah Pemikiran Ekonomi:  Teori  Bunga  Soewito,  1994.  Dengan  mengacu  pada  fenomena  buruk
pdf M a chine -  is a  pdf w r it e r  t h a t  pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h  e a se
Ge t  you r s n ow
“ Thank you very m uch  I  can use Acrobat  Dist iller or t he Acrobat  PDFWrit er bu t   I  consider your pr oduct  a lot  easier  t o use and m uch pr efer able t o Adobes  A.Sar r as -  USA
Universitas Sumatera Utara
tahun  1988  dan  1998  serta  sekarang  dan  juga  penjelasan  dari  Gubernur  Bank Indonesia  di  atas,  penuIis  mencoba  mengembangkan  spesifikasi  model  untuk
menelusuri  determinan  tingkat  suku  bunga  pinjaman  di  Indonesia  tahun  1986-2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga pinjaman meliputi suku bunga
internasional  SIBOR,  jumlah  uang  beredar,  inflasi,  suku  bunga  Sertifikat  Bank Indonesia  dan  Produk  Domestik  Bruto  baik  untuk  jangka  panjang  maupun  jangka
pendek. Selain itu, terlihat pula gejala merenggangnya hubungan antar variabel makro
ekonomi.  Kondisi  ini  pada  akhirnya  akan  mempersulit  otoritas  moneter  untuk mengambil  keputusan  dalam  manajemen  moneternya.  Di  Indonesia,  kebijakan
moneter  sepenuhnya  diserahkan  kepada  otoritas  moneter  yaitu  Bank  Indonesia. Dalam  hal  ini,  jumlah  uang  beredar  merupakan  alat  yang  digunakan  oleh  Bank
Indonesia  dalam  menetapkan  kebijakan  moneter.  Jumlah  permintaan  uang  di  suatu negara dipengaruhi banyaknya faktor-faktor antara lain kebijakan pemerintah, politik,
dan  keamanan.  Berdasarkan  data  statistik  jumlah  perkembangan  uang  di  Indonesia mengalami  pertumbuhan  yang  cukup  bervariasi.  Perkembangan  jumlah  uang
di  Indonesia  dalam  kurun  waktu  1986  hingga  tahun  2007  dapat  dilihat  pada  Tabel 1.1.
pdf M a chine -  is a  pdf w r it e r  t h a t  pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h  e a se
Ge t  you r s n ow
“ Thank you very m uch  I  can use Acrobat  Dist iller or t he Acrobat  PDFWrit er bu t   I  consider your pr oduct  a lot  easier  t o use and m uch pr efer able t o Adobes  A.Sar r as -  USA
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Uang Beredar dan Inflasi di Indonesia Tahun
Uang Kartal Milyar Rp
Uang Giral Milyar Rp
M Milyar Rp
Inflasi
1986 5.338
6.339            11.677 5.9
1987 5.782
6.903            12.685 9.1
1988 6.246
8.146            14.392 8.2
1989 7.426
12.688            20.114 6.3
1990 9.094
14.725            23.819 7.9
1991 9.346
16.995            26.341 9.3
1992 11.478
17.301            28.779 7.6
1993 14.431
22.374            36.805 9.6
1994 18.634
26.740            45.374 8.6
1995 20.807
31.870            52.677 9.4
1996 22.487
41.602            64.089 8.0
1997 28.424
49.919            78.343 11.1
1998 41.394
59.803          101.197 77.6
1999 58.353
66.280          124.633 1.9
2000 72.371
89.815          162.186 9.4
2001 76.342
101.389          177.731 12.6
2002 80.686
111.253          191.939 10.0
2003 94.542
129.257          223.799 5.1
2004 109.265
144.553          253.818 6.40
2005 124.316
157.589          281.905 17.11
2006 151.009
210.064          361.073 6.60
2007 183.419
277.423          460.842 6.89
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2010
Faktor  yang  paling  mempengaruhi  terhadap  perkembangan  jumlah  uang antara lain pendapatan nasional, nilai tukar dan tingkat suku bunga Boediono, 2002.
Data tentang perkembangan pendapatan nasional, nilai tukar dan tingkat suku bunga di Indonesia selama kurun 1986-2007 ditunjukkan pada Tabel 1.2.
pdf M a chine -  is a  pdf w r it e r  t h a t  pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h  e a se
Ge t  you r s n ow
“ Thank you very m uch  I  can use Acrobat  Dist iller or t he Acrobat  PDFWrit er bu t   I  consider your pr oduct  a lot  easier  t o use and m uch pr efer able t o Adobes  A.Sar r as -  USA
Universitas Sumatera Utara
Tabel  1.2.  Perkembangan  Pendapatan  Nasional  dan  Tingkat  Suku  Bunga di Indonesia Selama Periode 1986-2007
Tahun PDB Harga
Konstan Milyar Rupiah
Pertumbuhan Persen
Tingkat Suku Bunga
Pertumbuhan Persen
1985 564823.80
- 18,40
- 1986
512063.74 5,86
16,88 -8,26
1987 487651.86
21,56 15,35
-9,06 1988
497281.81 19,91
18,42 20,00
1989 486445.93
19,99 18,99
3,09 1990
442757.32 17,42
17,70 -6,79
1991 453314.41
18,54 19,63
10,90 1992
460094.01 12,97
22,65 15,38
1993 1079136.48
16,78 17,78
-21,50 1994
1043845.44 15,90
13,00 -26,88
1995 1053300.76
18,91 13,00
0,00 1996
1034648.44 17,17
17,00 30,77
1997 910772.63
17,86 17,00
0,00 1998
437575.17 52,26
16,00 -5,88
1999 434745.15
15,06 25,00
56,25 2000
1389769.00 26,37
22,00 -12,00
2001 1440405.00
21,19 13,31
-39,50 2002
1505216.00 10,63
16,18 21,56
2003 1577171.00
9,80 13,79
-14,77 2004
1656516.00 12,57
8,25 -40,17
2005 1750815.00
14,48 12,75
54,55 2006
1847126.00 18,30
12,89 1,10
2007 1963091.00
21,96 8,60
-33,28 2008
2082103.00 6,06
9,25
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2010
Tabel  1.2  memperlihatkan  bahwa  jumlah  PDB, nilai  tukar  dan  tingkat  suku bunga di Indonesia cenderung mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Perubahan
itu  diduga  berpengaruh  terhadap  jumlah  permintaan  uang  di  Indonesia.  Dengan
pdf M a chine -  is a  pdf w r it e r  t h a t  pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h  e a se
Ge t  you r s n ow
“ Thank you very m uch  I  can use Acrobat  Dist iller or t he Acrobat  PDFWrit er bu t   I  consider your pr oduct  a lot  easier  t o use and m uch pr efer able t o Adobes  A.Sar r as -  USA
Universitas Sumatera Utara
adanya  kenaikan  dan  penurunan  jumlah  permintaan  uang  tersebut,  mengakibatkan terjadinya fluktuasi terhadap kondisi likuiditas perekonomian Indonesia.
Menurut  Usman  2000,  tidak  jarang  bank-bank  menetapkan  suku  bunga terselubung,  yaitu  suku  bunga  simpanan  yang  diberikan  lebih  tinggi  dari  yang
diinformasikan secara resmi melalui media massa dengan harapan tingkat suku bunga yang dinaikkan akan menyebabkan jumlah uang yang beredar akan berkurang karena
orang  lebih  senang  menabung  daripada  memutarkan  uangnya  pada  sektor-sektor produktif  atau  menyimpannya  dalam  bentuk  kas  di  rumah.  Sebaliknya,  jika  tingkat
suku bunga terlalu rendah, jumlah uang  yang beredar di masyarakat akan bertambah karena orang akan lebih senang memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang dinilai
produktif.  Suku  bunga  yang  tinggi  akan  mendorong  investor  untuk  menanamkan dananya  di  bank  daripada  menginvestasikannya  pada  sektor  produksi  atau  industri
yang  memiliki  tingkat  risiko  lebih  besar.  Sehingga  dengan  demikian,  tingkat  inflasi dapat  dikendalikan  melalui  kebijakan  tingkat  suku  bunga  Tajul  Khalwaty,  2000.
Namun  ternyata  kebijakan  ini  dapat  menimbulkan  dampak  negatif  pada  kegiatan ekonomi. Kebijakan uang ketat di satu sisi memang menunjukkan indikasi yang baik
pada  nilai  tukar  yang  secara  bertahap  menunjukkan  kecenderungan  menguat  namun di sisi lain  kebijakan uang  ketat  yang mendorong tingkat suku bunga  tinggi ternyata
dapat  menyebabkan  cost  of  money  menjadi  mahal,  hal  yang  demikian  akan memperlemah daya saing ekspor di pasar dunia sehingga dapat membuat dunia usaha
tidak  bergairah  melakukan  investasi  dalam  negeri,  produksi  akan  turun,  dan pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan Boediono, 2000.
pdf M a chine -  is a  pdf w r it e r  t h a t  pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h  e a se
Ge t  you r s n ow
“ Thank you very m uch  I  can use Acrobat  Dist iller or t he Acrobat  PDFWrit er bu t   I  consider your pr oduct  a lot  easier  t o use and m uch pr efer able t o Adobes  A.Sar r as -  USA
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  tingkat  bunga  pinjaman  dapat  dibagi menjadi  2,  yaitu  faktor  eksternal  dan  faktor  internal.  Faktor  eksternal  terdapat
variabel  SIBOR  Singapore  Inter  Bank  Offer  Rate,  karena  secara  umum  tingkat bunga  internasional  terutama  di  Asia  Tenggara  yang  sering  dipakai  adalah  tingkat
bunga  SIBOR.  Dalam  penelitian  ini  akan  diketahui  apakah  faktor  eksternal  tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat bunga pinjaman di Indonesia
1.2. Perumusan Masalah