BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perguruan tinggiuniversitas menggunakan model pendidikan yang paling umum dan dikenal masyarakat yaitu sistem sekolah formal dimana
penyelenggaraan pendidikannya mempunyai persyaratan beserta kurikulum yang ketat, teratur dengan mempunyai struktur yang bertingkat dan berjenjang, serta
kegiatan pendidikanya berorientasi akademis dan umum, bermacam-macam spesialisasi dan latihan-latihan teknik serta profesional yang dilaksanakan secara
terus-menerus Abdulhak, 1986. Di perguruan tinggiuniversitas ini terdapat sistem pembelajaran yang
tidak bisa memuaskan “kehausan” intelektual bagi peserta didik yang disebut dengan sistem pembelajaran konvensional dimana sistem ini adalah sistem yang
diterapkan oleh pengajar kepada pelajar sampai pada taraf memberi bekal penge- tahuan dan keterampilan sebatas sekedar tahu saja. Belum sampai kepada
meletakan nilai-nilai wawasan sosial dan kemanusiaan, serta penguasaan bekal hidup yang praktis Marjohan, 2007.
Sistem belajar konvensional di perguruan tinggiuniversitas makin diyakini sebagai sistem yang sudah tidak efektif lagi. Berbagai konsep yang menyangkut
kemampuan otak, kecerdasan, dan kreativitas, berkembang makin jauh, dan makin menguatkan argumentasi yang ingin mengoreksi kelemahan sistem belajar yang
selama ini berlaku secara konvensional. Ciri-ciri sistem pengajaran kuno atau
Universitas Sumatera Utara
konvensional sangat terlihat jelas dalam interaksi pengajar-pelajar di institusi pendidikan. Diantaranya adalah pendekatan yang masih bersifat otoriter, yaitu
bersifat menguasai. Pengajar menganggap bahwa dirinyalah paling benar, yang mengharuskan setiap pelajar menerima apa yang dikatakan, sehingga interaksi
pengajar-pelajar lebih diwarnai oleh rasa takut. Selain itu sistem pendidikan yang diterapkan oleh pengajar kepada pelajar bersifat mengulang-ulang dan tidak ada,
atau kurang kreasi dalam mengembangkan pelajaran dan seni mengajarnya. Selain itu, masih ada pengajar yang mana kalau mengajar menggunakan buku dan
catatan yang sama sepanjang tahun dan ceramah merupakan metode yang lazim diterapkan. Pelajar kurang terlibat secara aktif dan inilah penyebab suasana kelas
dan suasana belajar menjadi serba membosankan Suryadi, 2008. Penerapan sistem belajar mengajar secara konvensional adalah suatu
ketidakefektifan, sebab dengan perkembangan zaman, pertukaran informasi menjadi cepat dan instan sehingga institusi yang masih menggunakan sistem
tradisional ini akan tertinggal dari perkembangan informasi teknologi yang semakin pesat. Banyak kendala yang dialami ketika penyelenggaraan pendidikan
yang masih bersifat konvensional dituntut untuk memberikan pelayanannya bagi masyarakat luas yang tersebar di seluruh Nusantara Riyanto, 2007. Kendala-
kendala yang dialami antara lain keterbatasan finansial, jauhnya lokasi, dan keterbatasan institusi Tafiardi, 2005.
Oleh karena perkembangan teknologi dan informasi yang berkembang begitu pesat, maka keberadaan teknologi ini telah mengubah cara kita membaca,
berkomunikasi, dan belajar. Keberadaan tersebut juga memungkinkan semua
Universitas Sumatera Utara
orang yang mempunyai akses terhadap teknologi dapat memperoleh informasi apa saja, di mana saja, dan kapan saja Chaeruman, 2008. Dengan adanya teknologi,
maka pembelajaran akan lebih bersifat terbuka, fleksibel, dan terdistribusi menurut Khan dalam Chaeruman, 2008. Salah satu hasil dari perkembangan
teknologi adalah keberadaan internet yang telah mengubah paradigma berpikir konvensional serta berhasil menawarkan alternatif pembelajaran dalam
pendidikan Suryaningtyas, 2008.
E-learning
adalah salah satu revolusi di bidang pendidikan berbasis teknologi internet yang merupakan salah satu contoh aplikasi baru dalam perkembangan
teknologi internet yang pesat.
E-learning
diharapkan dapat dijadikan alternatif bagi pengembangan sistem pendidikan yang lebih efektif dan efisien dengan biaya
yang lebih rendah di masa mendatang.
E-learning
pada dasarnya mengefisiensikan proses belajar mengajar konvensional yang memposisikan siswa
sebagai konsumen pengetahuan Purbo Hartanto, 2002.
E-learning
merupakan sistem pembelajaran berbasis elektronik yang kini sedang marak dibicarakan
.
Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya jumlah perguruan tinggi di berbagai negara yang menyajikan materi perkuliahan secara
elektronik, baik sebagai pelengkap maupun pengganti pelajaran tatap muka Fachri, 2007.
E-learning
telah menjadi suatu kebutuhan bagi sivitas akademika, mengingat baik dosen, mahasiswa maupun institusi pendidikan telah
memanfaatkan teknologi komputer dalam proses kegiatan belajar mengajar Widanarko, 2007. Sistem pembelajaran
e-learning
di lingkungan perguruan
Universitas Sumatera Utara
tinggi mendorong pendidik untuk memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam suatu institusi pendidikan Suryaningtyas, 2008.
E-learning
makin banyak digunakan di dunia akademik. Di Amerika Serikat,
e-learning
telah digunakan di hampir 90 universitas yang memiliki lebih dari 10.000 siswa. Gerhard Casper, presiden Stanford University di AS, menyatakan
yakin dalam waktu sepuluh tahun ke depan, pendidikan akan berganti dari pendidikan di kelas ke pendidikan
online.
Di Indonesia,
e-learning
telah mulai merambah di dunia akademis. Universitas Terbuka telah menyediakan beberapa
tutorial secara
online.
Institut Teknologi Bandung ITB pun telah menawarkan sejumlah pelajaran
online learning
melalui
Open Learning System
OLSys. Universitas Petra, Universitas Gajah Mada, Universitas Bina Nusantara, dan
Universitas Pelita Harapan telah memberikan pula beberapa pelajaran dalam bentuk
e-learning.
Meningkatnya penggunaan internet sekitar 100 setiap tahun memberikan andil cukup besar dalam kemajuan penggunaan
e-learning
Effendi Zhuang dalam Suryaningtyas, 2008.
Proses pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan
e-learning
tidak dapat disamakan dengan lembaga pendidikan pada umumnya, juga berbeda
dengan pola pembelajaran konvensional yang hanya menggunakan metode tatap muka. Proses pembelajaran
e-learning
adalah perpaduan antara metode tatap muka dengan metode
online
via internet dan berbagai pengembangan teknologi informasi lainnya Rochaety, Rahayuningsih Yanti, 2005.
Penyelenggaraan pembelajaran dengan model
e-learning
harus didukung oleh berbagai institusi salah satunya adalah kalangan akademik perguruan
Universitas Sumatera Utara
tinggiuniversitas. Hal ini mempertimbangan bahwa perguruan tinggi bertanggung jawab untuk menyiapkan mahasiswa agar memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai dalam lingkungan dunia yang kompetitif. Aspek yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan peran pendidikan tinggi adalah
dengan kemajuan teknologi informasi yang mempengaruhi proses pendidikan Dengan demikian, tugas dari pendidikan tinggi adalah dapat memperkuat daya
saing bangsa dalam hal ini kemampuan sumber daya manusianya. Namun ternyata, untuk meningkatkan daya saing tersebut diperlukan pembelajaran yang
lebih efektif Wijaya dalam Rosa, 2008. Sistem pembelajaran
e-learning
di lingkungan perguruan tinggiuniversitas mendorong pendidik khususnya dosen untuk memungkinkan pengembangan
layanan informasi yang lebih baik dalam suatu institusi pendidikan. Pemanfaatan teknologi informasi ini secara tidak langsung atau otomatis membuat dosen harus
lebih akrab lagi dengan dunia maya. Dunia maya yang dimaksud di sini adalah internet, yang merupakan jaringan komputer interkoneksi yang terbentuk dari
milyaran komputer di seluruh dunia. Internet memungkinkan untuk menghilangkan hambatan jarak dan waktu dalam mendapatkan informasi.
Penggunaan koneksi internet dalam institusi pendidikan berbasis IT Informasi Teknologi berfungsi sebagai sumber dan media belajar. Sebagai sumber belajar,
koneksi internet akan memungkinkan sivitas akademika untuk dapat mengakses kekayaan sumber belajar di dunia maya. Dosen dapat mencari beragam referensi
dari dalam dan luar negeri, demikian juga mahasiswa. Bahkan dosen dapat
Universitas Sumatera Utara
menugaskan mahasiswa untuk mengakses situs-situs tertentu sebagai bagian dari tugas pembelajaran Romisatriawahono, 2008.
Universitas Sumatera Utara USU merupakan salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Sumatera Utara yang bertanggung jawab untuk menyiapkan
mahasiswanya agar memiliki pengetahuan dn keterampilan yang memadai dalam lingkungan yang kompetitif. Oleh karena kemajuan teknologi informasi
mempengaruhi proses pendidikan, maka USU telah menyediakan jaringan ’hotspot’ di lingkungan kampus dan telah mengarah pada pembelajaran dengan
e- learning
. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dari USU, yaitu menciptakan pendekatan baru sebagai pusat belajar sesuai sesuai dengan kebutuhan yang
mengikuti perkembangan teknologi informasi. Pihak USU mulai membangun pembelajaran dengan model
e-learning
, yang bentuk pengajaran dan pembelajarannya menggunakan internet, memberikan fasilitas yang dapat diakses
oleh pengajar dan peserta didikmahasiswa secara pribadi seperti materi pelajaran, interaksi dengan pengajar atau sesama mahasiswa serta dapat mengetahui
informasi tentang nilai, jadwal dan konsep pembelajaran serta mahasiswa juga dapat memperoleh layanan berupa perpustakaan digital. Hal ini terlihat dari
tersedianya portal akademik USU. Portal akademik merupakan sebuah sistem informasi yang berfungsi sebagai integrator informasi akademik yang ada di
berbagai unit akademik fakultas dan program studi sekaligus sebagai sarana komunikasi antar sivitas akademika USU yang dapat diakses melalui internet
dengan alamat www.usu.ac.id Siregar, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil rapat pimpinan USU dengan para Dekan, Pembantu Dekan- I, Direktur Sekolah Pascasarjana, Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat, dan Kepala Perpustakaan dan Sistem Informasi pada tanggal
3 Februari 2009, disepakati bahwa semua konten mata kuliah harus dimuat dalam situs USU
e-learning
. Konten dimaksud antara lain terdiri dari: 1 silabus bahasa Indonesia dan Inggris, 2 GBPP Garis Besar Pedoman Pengajaran, 3 SAP
Satuan Acuan Pengajaran, 4
slide
, 5
handout
, 6 bahan-bahan lainnya seperti rekaman audiovideo, kuis, tugas, dan soal-soal latihan serta
link
ke situs-situs terkait. Seluruh konten mata kuliah dimaksud direncanakan sudah termuat
seluruhnya selambat-lambatnya 30 Mei 2009. Untuk tahap awal, setiap dosen pengampu mata kuliah menyerahkan konten mata kuliah yang diasuhnya kepada
Dekan Fakultas melalui Ketua Departemen atau Program Studi dalam bentuk
softcopy
dalam CD, yang selanjutnya diserahkan kepada Rektor USU, yang kemudian akan dimuat oleh Tim USU
e-learning
. Selanjutnya, untuk pemeliharaan konten tersebut, setiap dosen dapat melakukan
update
setiap saat dengan
login
ke USU
e-learning
menggunakan
username
dan
password
Portal Akademik. Hal ini menandakan bahwa implementasi
e-learning
semakin nyata diselenggarakan dan sedang marak-maraknya dibicarakan serta diharapkan akan
disosialisasikan di USU. Fenomena sikap dosen terhadap
e-learning
sendiri pun terjadi di FPMIPA Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UPI, Bandung
berdasarkan blog dari dosen kepada mahasiswanya sebagai berikut: “Mata kuliah
e-learning
itu tidak ada.
E-learning
itu merupakan fasilitas yang dimiliki oleh FPMIPA UPI sebagai sarana perkuliahan. Kalau anda mengikuti
Universitas Sumatera Utara
kuliah yang dosennya menggunakan fasilitas
e-learning
, maka anda ikuti tugas-tugasnya untuk mendapatkan nilai yang diharapkan. Dan masalah
tugas tergantung pada dosen yang mengajarnya. ”
C. K., blog dari fpmipa.upi.edu, 16 September 2006. Berdasarkan blog dari dosen ini, dapat disimpulkan bahwa dosen ini memiliki
pendapat atau opini sendiri tentang
e-learning
dimana dosen tersebut memiliki dasar pengetahuan terhadap apa yang telah dia ketahui dan alami tentang
e- learning
yang berkaitan dengan konten atau isi dari
e-learning
. Selain itu, ada beberapa hasil wawancara dengan dosen yang mengetahui
tentang
e-learning
. Wawancara pertama dilakukan kepada dosen USU yang berdomisili di Medan.
“
E-learning
itu kan pembelajaran dari internet. Yah, sangat membantu saya untuk mencari bahan-bahan mata kuliah saya. Saya juga bisa lebih mudah
mengajar karena saya bisa menyuruh mahasiswa saya untuk mencari bahan kuliah dari internet.”
A, Komunikasi Personal, 14 Januari 2009.
Berdasarkan hasil wawancara pertama ini, maka dapat diketahui bahwasannya dosen ini juga memiliki persepsi yang dapat disamakan dengan pendapat opini
terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang sedang marak dibicarakan yaitu bahwa dosen memiliki pandangan yang positif terhadap
keberadaan sistem
e-learning
karena kemudahan-kemudahan yang mereka rasakan yang sangat membantu dalam pengerjaan tugas kuliah.
Wawancara kedua pun dilakukan terhadap salah seorang dosen USU yang berdomisili di Medan.
“
E-learning
itu kan studi pembelajaran yang inovatif dengan menggunakan teknologi komunikasi yang mempermudah proses belajar mengajar. 24 jam
bisa diakses secara
online
. Tapi, saya kurang suka karena terkadang materi yang saya
upload
untuk mahasiswa saya, dibaca bulat-bulat sehingga bisa
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan terjadinya kesalahpahan tanpa adanya penjelasan dari saya. Terus, biayanya juga mahal.
” F, Komunikasi Personal, 4 Juni 2009.
Berdasarkan hasil wawancara kedua ini, maka dapat diketahui bahwasannya
dosen tersebut memiliki pendapat yang negatif, meskipun dosen terebut mengetahui
e-learning
yang bisa terbentuk dari pengetahuannya mengenai kekurangan sistem
e-learning
itu sendiri maupun menyangkut masalah perasaan yang dimilikinya berkaitan dengan pengalaman pribadinya mengenai
e-learning
. Berdasarkan blog dari dosen kepada mahasiswanya dan hasil wawancara
dengan beberapa dosen USU yang mengetahui tentang
e-learning
tersebut, maka hal ini dapat menggambarkan sikap dosen terhadap
e-learning
karena menurut Azwar 2000, nilai
value
dan opini
opinion
atau pendapat sangat erat berkaitan dengan sikap. Dapat diketahui bahwa mereka memiliki pandangan yang
positif terhadap keberadaan sistem
e-learning
karena kemudahan-kemudahan yang mereka rasakan yang sangat membantu dalam pengerjaan tugas kuliah.
Pendapat positif dosen terhadap
e-learning
juga terbentuk dari manfaat yang mereka rasakan seperti kelenturan sistem
e-learning
itu sendiri. Selain itu, ada juga pendapat yang negatif dosen yang mengetahui
e-learning
yang bisa terbentuk dari pengetahuannya mengenai kekurangan sistem
e-learning
itu sendiri. Dalam pembahasan psikologi sosial, sikap dianggap sebagai sesuatu yang
penting. Muhadjir dalam Sappaile, 2005 mengatakan sikap merupakan kecenderungan afektif suka-tidak suka pada suatu objek sosial. Harvey dan Smith
dalam Sappaile, 2005 menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi.
Universitas Sumatera Utara
Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu: komponen kognitif yang merupakan persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu,
komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi serta komponen konatif berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara- cara tertentu Mann dalam Azwar, 2000. Dengan ketiga komponen ini akan
dilihat bagaimana gambaran sikap dosen terhadap
e-learning
.
E-learning
pun kini sedang banyak diperbincangkan masyarakat Indonesia, baik itu dari praktisi pendidikan, tokoh-tokoh masyarakat, termasuk dosen yang
peduli dengan keadaan pendidikan di Indonesia. Dosen merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan kinerja universitas sebagai lembaga pendidikan.
Seperti yangtertuang dalam UU RI No. 14 tahun 2005, tentang guru dan dosen, dosen dinyatakan sebagai pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat “Undang-Undang”, 2005. Dosen
di USU
pun merupakan
pendidik profesional
yang mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni melalui pendidikan kepada mahasiswanya. Berkaitan dengan implementasi
e-learning
yang sedang diselenggarakan dan marak-maraknya diperbincangkan di USU, maka dianggap perlu melakukan penelitian untuk
melihat bagaimana sikap dosen USU terhadap
e-learning
agar dapat diketahui respon dosen terhadap
e-learning
, apakah positif atau negatif.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti merasa penting untuk mendapatkan gambaran secara kuantitatif bagaimana sikap dosen USU terhadap
e-learning
. Sehingga, populasi dari penelitian ini adalah dosen di salah satu perguruan tinggi
negeri Medan yaitu USU dan berdomisili di Medan.
B. Perumusan Masalah