kategori sikap negatif. Secara umum subjek penelitian memiliki konatif positif terhadap
e-learning
. Artinya, subjek yang memiliki konatif positif mempunyai kecenderungan berperilaku jika subjek berhadapan dengan
e-learning
, baik dalam hal infrastruktur
e-learning
, sistem dan aplikasi
e-learning
, serta konten
e- learning
. Adapun kesimpulan sikap dosen USU berdasarkan tiga komponen sikap yang
diungkapkan oleh Azwar 2000 yaitu kognitif, afektif, konatif tertera pada tabel 25.
Tabel 25. Kesimpulan Sikap Dosen USU terhadap Komponen
E-Learning
Komponen Jumlah Subjek per Kategori
Positif Netral
Negatif Kognitif
42 18
Afektif 14
46 Konatif
33 27
Berdasarkan tabel 25, dapat dilihat bahwa mayoritas subjek penelitian termasuk ke dalam kategori sikap positif, yaitu pada komponen kognitif, dan
konatif, sedangkan pada komponen afektif, jumlah subjek termasuk ke dalam kategori netral terhadap
e-learning
.
B. Pembahasan
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan secara umum sikap dosen USU terhadap
e-learning
tergolong seimbang yaitu bersikap positif maupun netral. Dari 60 subjek penelitian, 30 orang 50 memiliki sikap positif, 30 orang 50
memiliki sikap netral, dan tidak ada subjek yang memiliki sikap negatif.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Azwar 2000, apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman
yang berkaitan dengan objek psikologi. Tanggapan yang berdasarkan pengalaman itulah yang mempengaruhi sikap seseorang baik secara positif, negatif, maupun
netral. Newcomb, dkk dalam Setianti, 2007 mengatakan bahwa sikap positif mencendrungkan orang yang bersangkutan kepada pendekatan terhadap objek
sikap. Sikap negatif mencendrungkan kepada penghindaran dan sikap netral mendekatkan seseorang untuk tidak mengemukakan sikap.
Dari hasil penelitian yang diperoleh ini, sikap positif yang diberikan dosen USU adalah merupakan tanggapan positif terhadap pengalaman pribadi yang telah
atau sedang dialaminya berkaitan dengan
e-learning
dikarenakan adanya manfaat yang didapatkan dosen USU tersebut, seperti Smaratungga, 2009 :
1 lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi
tanggung-jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi,
2 mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan
wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak, 3
mengontrol kegiatan belajar mahasiswa. Bahkan dosen juga dapat mengetahui kapan mahasiswanya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu
topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang,
Universitas Sumatera Utara
4 mengecek apakah mahasiswa telah mengerjakan soal-soal latihan setelah
mempelajari topik tertentu, dan 5
memeriksa jawaban mahasiswa dan memberitahukan hasilnya kepada mahasiswa.
Sikap netral yang diberikan dosen USU terhadap
e-learning
dapat dimaklumi jika mengingat 3 fungsi
e-learning
yang dikemukakan oleh Siahaan dalam Fachri, 2007 yang salah satunya mengatakan bahwa fungsi
e-learning
adalah sebagai komplemen pelengkap, dalam artian
e-learning
digunakan untuk melengkapi pengajaran konvensional yang diberikan dosen tersebut. Seperti
pengenalan dosen terhadap jurnal-jurnal
online
, dimana dosen untuk mencari bahan materi kuliahnya yang susah didapatkan di buku harus dicari dalam bentuk
jurnal
online
. Namun tidak ada penjelasan kepada mereka bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah satu bentuk dari sistem
e-learning.
Sikap netral yang ditunjukkan oleh sebahagian besar dosen USU memperlihatkan bahwa mereka
tidak terlalu antusias dengan adanya pembelajaran
e-learning
ini. Semuanya tergantung pada situasi yang dalam artian ketika fasilitas itu ada, mereka
menikmatinya, namun ketika fasilitas itu tidak ada mereka juga tidak mempermasalahkannya.
Berdasarkan komponen infrastruktur
e-learning
dalam skala sikap dosen USU terhadap
e-learning,
secara umum dosen tersebut memiliki sikap netral. Mengapa ini bisa terjadi? Hal ini bisa dikarenakan karena kurang adanya pemahaman yang
lebih jelas tentang infrastuktur
e-learning
yang berupa peralatan yang digunakan dalam
e-learning
yang dapat berupa Personal Computer PC, yakni komputer
Universitas Sumatera Utara
yang dimiliki secara pribadi Febrian, 2004, jaringan komputer yakni, kumpulan dari sejumlah perangkat berupa komputer, hub, switch, router, atau
perangkat jaringan lainnya yang terhubung dengan menggunakan media komunikasi tertentu Wagito, 2005, internet merupakan singkatan dari
Interconnection Networking
yang diartikan sebagai komputer-komputer yang terhubung di seluruh dunia Febrian, 2004 dan perlengkapan multimedia alat-
alat media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi Febrian, 2004.
Termasuk di dalamnya peralatan
teleconference
pertemuan jarak jauh antara beberapa orang yang fisiknya berada pada lokasi yang berbeda secara geografis
Febrian, 2004 apabila kita memberikan layanan
synchronous learning
yakni proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar sedang mengajar
dan murid sedang belajar melalui
teleconference.
Dosen USU bisa saja pernah mendengar apa yang berkaitan dengan infrastuktur
e-learning,
namun pengenalan dan pemahaman yang lebih lanjut kurang begitu nyata dikarenakan fasilitas
multimedia yang ada di kampusnya pun kurang memadai. Berdasarkan komponen sistem dan aplikasi
e-learning
dalam skala sikap dosen USU terhadap
e-learning,
secara umum dosen tersebut juga memiliki sikap netral. Hal ini bisa dikarenakan sistem dan aplikasi
e-learning
yang merupakan sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar
konvensional untuk administrasi, dokumentasi, laporan suatu program pelatihan, ruangan kelas dan peristiwa
online,
program
e-learning
, dan konten pelatihan Ellis, 2009, misalnya, segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses
Universitas Sumatera Utara
belajar mengajar seperti bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian rapor, serta sistem ujian
online
yang semuanya terakses dengan internet, bukanlah menjadi tolak ukur bahwa
pembelajaran tersebut bisa memberikan sesuatu yang menambah efektivitas mengajarnya. Sikap netral ini pulalah yang menggambarkan keseimbangan dalam
menyikapi keunggulan dan kelemahan pada sistem dan aplikasi
e-learning
ini baik dari kepercayaan, perasaan, dan perilaku.
Berdasarkan komponen konten
e-learning
dalam skala sikap dosen USU terhadap
e-learning,
secara umum dosen tersebut memiliki sikap yang seimbang berupa positif maupun netral. Sikap positif diberikan dosen USU berdasarkan
keunggulan yang didapatkannya saat menggunakan konten
e-learning.
Contoh konten
e-learning
yang sering digunakan adalah penggunaan power point dalam setiap pemberian materi kuliah ajar, yang membantu dosen USU dalam mengajar
di kelas yang dapat dibuat, dilihat dan dibaca baik oleh dosen maupun mahasiswa yang diajarnya. Menurut Krech, dkk 1996, seseorang yang mempunyai posisi
sikap ekstrim pro dan kontra tampaknya akan memiliki perasaaan yang lebih kuat dan lebih yakin mengenai suatu masalah dibandingkan dengan seseorang
yang mempunyai posisi yang tidak terlalu ekstrim. Dalam hal ini, posisi sikap yang tidak terlalu ekstrim adalah netral. Selain itu, ada kecenderungan bahwa
ketika sikap yang dimiliki oleh individu terhadap komponen-komponen objek sikap tidak stabil atau tidak konsisten, maka sikap individu tersebut dapat lebih
mudah berubah ke arah konsistensi yang lebih meningkat. Hal inilah yang terjadi pada subjek penelitian yang memiliki sikap netral terhadap
e-learning
.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan komponen kognitif, secara umum dosen memiliki kognitif kepercayaan positif terhadap
e-learning
. Menurut Azwar 2003, kepercayaan datang dari apa yang telah dilihat atau apa yang telah diketahui tentang suatu
objek sehingga terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Kepercayaan positif yang terbentuk pada dosen tentang
e- learning
dapat terbentuk dari adanya informasi positif yang diperoleh dosen, baik dari media massa dan orang lain tentang
e-learning
, baik dalam hal infrastuktur
e- learning
, sistem dan aplikasi
e-learning
, serta konten
e-learning.
Berdasarkan komponen afektif, secara umum dosen memiliki afektif perasaan netral terhadap
e-learning
. Menurut Azwar 2003, pada umumnya, reaksi emosional yang merupakan komponen afektif banyak dipengaruhi oleh
kepercayaan terhadap objek. Dalam hal ini, perasaan netral dosen terhadap
e- learning
terbentuk karena telah terbentuknya kepercayaan yang juga netral tentang
e-learning
tersebut. Berdasarkan komponen konatif, secara umum dosen memiliki konatif
kecenderungan berperilaku positif terhadap
e-learning
. Menurut Azwar 2003, kecenderungan berperilaku individu dipengaruhi oleh kepercayaan dan perasaan
individu tersebut terhadap objek sikap. Dalam hal ini, dengan adanya kepercayaan dan perasaan positif yang telah terbentuk pada diri dosen tentang
e-learning
, maka dosen akan cenderung berperilaku positif jika berhadapan dengan hal yang
berkaitan dengan
e-learning
, baik dalam hal infrastuktur
e-learning
, sistem dan aplikasi
e-learning
, serta konten
e-learning.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, menurut Eagly dan Chaiken 1993, sikap merupakan kecenderungan mengevaluasi yang akan mempengaruhi bagaimana stimulus akan direspon.
Evaluasi merupakan gabungan antara keunggulan dan kelemahan yang dimiliki objek dan dinilai sebagai suatu keseluruhan. Sikap netral terhadap
e-learning
terbentuk ketika penilaian dosen terhadap
e-learning
seimbang dalam menyikapi keunggulan dan kelemahan yang dimiliki
e-learning
, baik dari kepercayaan, perasaan dan kecenderungan berperilaku. Perubahan sikap netral terhadap
e- learning
dapat terjadi ketika individu disajikan informasi, baik dari media massa maupun orang lain yang akan mendukungnya untuk lebih mengarah kepada sikap
positif ataupun negatif terhadap
e-learning
. Menurut Azwar 2003, pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh orang lain maupun media massa. Misalnya,
informasi yang disajikan oleh media massa tentang
e-learning
dan apa-apa saja yang dapat kita kalukan dengan
e-learning
mempengaruhi sikap dosen terhadap
e- learning
. Selain itu, informasi yang didapat dari dosen yang telah melakukan
e- learning
dan telah merasakan secara langsung manfaat
e-learning
dalam kehidupannya akan dapat
berpengaruh terhadap sikap netral dosen terhadap
e- learning
.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama
akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian ini yang dilanjutkan dengan diskusi mengenai hasil yang diperoleh dan terakhir akan dikemukakan saran-saran yang
dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan topik yang sama.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa: 1. Secara umum, sikap dosen USU terhadap
e-learning
berada pada kategori seimbang yaitu kategori positif dan netral. Perincian sikap dosen USU
terhadap
e-learning
adalah 30 orang 50 termasuk ke dalam kategori sikap positif, 30 orang 50 termasuk ke dalam kategori sikap netral, dan tidak ada
subjek yang termasuk ke dalam kategori sikap negatif. 2. Berdasarkan komponen-komponen
e-learning
, sikap dosen USU terhadap
e- learning
dapat disimpulkan bahwa: a. Secara umum, sikap dosen USU terhadap komponen infrastruktur
e-learning
berada pada kategori netral. Perincian sikap dosen USU terhadap infrastruktur
e-learning
adalah 24 orang 40 berada pada kategori positif, 36 orang 60 berada kategori netral, dan tidak subjek yang berada pada kategori negatif.
Universitas Sumatera Utara