Gambaran Sikap Dosen USU terhadap

D. Gambaran Sikap Dosen USU terhadap

e-learning Thurstone, Likert, dan Osgood dalam Azwar, 2000 menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap objek adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable pada objek tersebut. Ada tiga komponen dalam sikap : pertama, komponen kognitif yang merupakan persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu; kedua, komponen afektif yang merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi dan ketiga, komponen konatif yang merupakan tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara- cara tertentu Mann dalam Azwar, 2000. Sikap dosen terhadap e-learning dimaksudkan sebagai tendensi mental yang diaktualkan atau diverbalkan terhadap e-learning yang didasarkan pada pengetahuan atau perasaannya terhadap e-learning . Berkaitan dengan komponen-komponen sikap, maka sikap terhadap e-learning dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Komponen kognitif Komponen kognitif merupakan bagian sikap dosen yang muncul berdasarkan persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu dan dapat disamakan dengan pandangan opini terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial terhadap infrastruktur e-learning , sistem dan aplikasi e- learning yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar, serta konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning sistem. Secara umum dapat Universitas Sumatera Utara dikatakan bahwa komponen kognitif menjawab pertanyaan-pertanyaan apa yang diyakini, dipikirkan dosen terhadap e-learning . b. Komponen afektif Komponen afektif merupakan bagian sikap dosen yang muncul berdasarkan apa yang dirasakan dan reaksi emosional yang banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai benar dan berlaku berkaitan dengan apa yang dirasakan dosen terhadap infrastruktur e-learning , sistem dan aplikasi e- learning yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar, serta konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning sistem. Komponen ini menjawab pertanyaan-pertanyaan apa yang dirasakan dosen terhadap e-learning . Misalnya, dosen senang dengan murahnya penyelenggaran pendidikan seperti e-learning maka hal tersebut termasuk komponen afeksi. Perasaan seperti senang atau tidak senang yang berhubungan dengan e-learning, termasuk komponen afektif. Jadi afektif menimbulkan evaluasi emosional terhadap objek. c. Komponen konatif Komponen konatif merupakan tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap e-learning yang menunjukkan bagaimana cara dosen berperilaku untuk bertindak terhadap infrastruktur e-learning , sistem dan aplikasi e-learning yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar, serta konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning sistem. Komponen ini menjawab pertanyaan-pertanyaan bagaimana kesediaan atau kesiapan dosen untuk bertindak terhadap e-learning . Dosen yang memperlihatkan tingkah laku seperti aktif mencari tahu tentang e-learning melalui media cetak, televisi maupun melalui Universitas Sumatera Utara internet, mengikuti seminar yang berhubungan dengan e-learning , ataupun membeli buku yang membahas tentang e-learning dan sebagainya merupakan contoh yang tergolong dalam komponen konatif. Azwar 2000 menyatakan bahwa ketiga komponen di atas adalah selaras dan konsisten. Konsistensi antara kepercayaan kognitif, perasaan afektif, dan tendensi perilaku konatif menjadi landasan dalam usaha penyimpulan sikap yang dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap. Apabila salah satu diantara ketiga komponen tersebut tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisa data dan pengambilan kesimpulan penelitian serta dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta, karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi Hadi, 2000. Sejalan dengan yang diutarakan Hasan 2003 menyatakan bahwa jenis penelitian ini tidak mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel, dan tidak melakukan pengujian hipotesis. Hasil penelitiannya berupa deskripsi mengenai variabel-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori disuatu variabel. Dalam pengolahan dan analisis data menggunakan pengolahan statistik yang bersifat deskriptif. Punch dalam Hasan, 2003 menyatakan bahwa ada 2 kegunaan dilakukan penelitian deskriptif. Pertama, untuk pengembangan teori dan area penelitian yang baru, dimana sebelum merencanakanmelakukan penelitian yang lebih mendalam exploratory studies adalah lebih baik untuk terlebih dahulu memusatkan perhatian pada deskripsi yang sistematis terhadap objek penelitian. Universitas Sumatera Utara