dikaitkan dengan sikap. Azwar 2000 menyatakan bahwa reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai benar dan
berlaku bagi objek termaksud. c.
Komponen konatif Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau
untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Menurut Azwar 2000 komponen konatif menunjukkan bagaimana cara berperilaku sesuai dengan objek
sikap yang dihadapi. Asumsinya adalah bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras
dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual. Azwar 2000 menyatakan bahwa ketiga komponen diatas adalah selaras dan
konsisten. Konsistensi antara kepercayaan kognitif, perasaan afektif, dan tendensi perilaku konatif menjadi landasan dalam usaha penyimpulan sikap yang
dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap. Apabila salah satu diantara ketiga komponen tersebut tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi
ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap.
3. Faktor-faktor pembentukan sikap
Hudaniah 2003 menyatakan bahwa pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi dinamis antara individu dengan
lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Faktor pengalaman besar peranannya dalam pembentukan sikap.
Universitas Sumatera Utara
Azwar 2000 menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, diantaranya adalah:
a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan
objek psikologi. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif ataupun sikap negatif, akan tergantung pada berbagai faktor lain. Sehubungan
dengan hal ini, Middlebrook dalam Azwar, 2000 mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan
membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang
melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Namun, individu biasanya tidak melepaskan pengalaman yang sedang
dialaminya dari pengalaman-pengalaman yang terdahulu, yang relevan. b.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang
ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, biasanya orang yang dianggap penting bagi individu adalah orangtua, orang yang status
sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau
Universitas Sumatera Utara
suami, dan lain-lain. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut. c.
Pengaruh kebudayaan Skinner dalam Azwar, 2000 sangat menekankan pengaruh lingkungan
termasuk kebudayaan dalam membentuk pribadi seseorang. Menurutnya, kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah
reinforcement
yang kita alami. Kita memiliki pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan kita mendapat
reinforcement
penguat, ganjaran dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap
dan perilaku yang lain. Kebudayaan juga telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuat yang
dapat memudarkan dominansi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual. d.
Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, dan lainnya mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi
sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut,
Universitas Sumatera Utara
apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Walaupun pengaruh media massa
tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil
artinya. Dalam pemberitaan di surat kabar maupun di radio atau media komunikasi lainnya, berita-berita faktual yang seharusnya di sampaikan secara
objektif seringkali dimasuki unsur subjektivitas penulis berita, baik secara sengaja maupun tidak. Hal ini seringkali berpengaruh terhadap sikap pembaca atau
pendengarnya, sehingga dengan hanya menerima berita-berita yang sudah dimasuki unsur subjektif itu, terbentuklah sikap tertentu.
4. Perubahan sikap