Putusan KASUS 7. Kasus Posisi

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan yang didasarkan atas keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, keterangan Terdakwa, serta adanya barang bukti maka seluruh unsur dalam dakwaan kedua ini telah terbukti. Majelis Hakim juga memberi pertimbangan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal meringankan bagi diri Terdakwa, yakni : Hal-hal yang Memberatkan : a. Perbuatan Terdakwa dapat menimbulkan kerugian yang besar bagi konsumen; Hal-hal yang Meringankan : a. Terdakwa belum pernah dihukum; b. Terdakwa berterus terang dan merasa bersalah.

12. Putusan

Setelah Majelis Hakim mempertimbangkan hal yang memberatkan dan meringankan Terdakwa, akhirnya Majelis Hakim memberikan putusan sebagai berikut : Menyatakan Terdakwa Yoe Tjiang als Chandra als Anto telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “memproduksi danatau memperdagangkan barang danatau jasa yang tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang danatau jasa tersebut, tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang daatau jasa tersebut, tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, Universitas Sumatera Utara ukuran, beratisi bersih atau netto, komposisi atau aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan menurut ketentuan harus dipasangdibuat” dan “memproduksi barang tanpa ijin usaha industri” ; Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 3 tiga tahun; Menetapkan lamanya Terdakwa telah menjalani masa penahanan dikurangi seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; Memerintahkan agar Terdakwa tetap ditahan; Menetapkan barang bukti berupa 45 botol magic sport, 1 kotak magic body corcore, 34 botol magic water, 29 kotak magic silk, 5 botol besar magic zip, 8 botol kecil magic zip, 5 botol magic buite, 1 ikat kertas merk magic water, 1 ikat kertas magic car freshener, 1 ikat brake fluid dot 3, 70 lembar kertas merk magic gkoenlord, 10 busa spon, 20 lembar kertas magic chemical, 1 plastik slang putih, 1 plastik tutup botol, 4 ikat plastik gulung, 1 ikat kotak plastik, 16 buah alas sablon, 1 plastik kuas sablon, 1 buah klem plastik, 1 buah hair dryer, 1 buah pengaduk, 9 buah masker, 1 buah dirigen bahan pembuat magic, 1 plastik pembungkus dirampas untuk dimusnahkan; Membebani Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 1.000,00 seribu rupiah. Universitas Sumatera Utara D. ANALISIS KASUS Tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa adalah tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam Pasal 62 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Terdakwa dalam kasus ini dituntut dengan menggunakan dua undang- undang sekaligus, yaitu Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Undang- Undang Perindustrian. Perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa adalah sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat 2, Pasal 15, Pasal 17 ayat 1 dan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu tidak sesuai dengan mutu, tingkatan komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang danatau jasa tersebut, tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang yang memuat nama barang, ukuran, beratisi bersih atau netto, komposisi atau aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasangdibuat dan disebutkan dengan sengaja melakukan perbuatan bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1 dan pasal 14 ayat 1 yaitu dengan sengaja memproduksi barang tanpa izin usaha industri. Unsur tindak pidana dalam pasal ini adalah : 1. Pelaku Usaha; Universitas Sumatera Utara Unsur pelaku usaha dapat dilihat dari adanya pelaku tindak pidana sebagai yaitu Yoe Tjiang als Chandra als Anto, sebagai pemilik usaha perdagangan alat- alat pembersih mobil. Yoe Tjiang als Chandra als Anto telah melakukan perubuatan yang merugikan konsumen karena telah memproduksi danatau memperdagangkan barang yang tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang. Konsumen membeli barang-barang tersebut di toko milik Yoe Tjiang als Chandra als Anto dan juga di pasar bebas dengan harga yang sama dengan harga produk aslinya, akan tetapi mutunya tidak sesuai dengan apa yang telah dijanjikan dalam label atau keterangan barang. Korban adalah konsumen yang telah membeli produk yang telah dijual oleh Yoe Tjiang als Chandra als Anto dan menggunakan produk tersebut untuk mengkilatkan mobilnya, akan tetapi korban tidak mendapatkan hasil sebagaimana yang korban harapkan seperti yang tertera dalam label atau keterangan barang. Oleh karena itu dalam putusannya, Hakim menjatuhkan pidana penjara sebagai nestapa yang harus diterima oleh terdakwa dan juga pembalasan terhadap perbuatan terdakwa, dengan tujuan agar masyarakat luas terhindar dari perbuatan seperti apa yang dilakukan oleh terdakwa. Fakta hukum di persidangan yang menguatkan hal tersebut adalah berdasarkan keterangan saksi, keterangan ahli serta barang bukti yang terungkap selama persidangan. Universitas Sumatera Utara 2. Memproduksi danatau memperdagangkan barang danatau jasa yang tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang danatau jasa. Perbuatan memproduksi yaitu menghasilkan, membuat barang sedangkan memperdagangkan yaitu mendistribusikan barang-barang yang telah diproduksi kepada masyarakat sebagai konsumen. Barang yang diproduksi danatau diperdagangkan adalah barang-barang pembersih dan pengkilat mobil. Proses produksi serta perdagangan tersebut dilakukan oleh Terdakwa tidak sesuai dengan peraturan peraturan perundang-undangan yang ada khususnya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang- Undang No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. Konsumen yang membeli produk yang dihasilkan Terdakwa yaitu Anwar Herman dan Thiam Lai telah dirugikan karena barang yang telah mereka beli tersebut tidak sesuai dengan yang tertera dalam label kemasan yang menyebutkan lisensi dari Amerika Serikat serta diproduksi di Surabaya, padahal merek Magic yang tertera dalam lebel adalah merek yang dibuat Terdakwa sendiri serta tidak benar lisensi dari Amerika dan proses produksi bukan dilakukan di Surabaya melainkan di rumah Terdakwa yang berada di Medan. Konsumen juga tidak mendapatkan hasil yang bagus dari penggunaan produk tersebut, karena bahan baku yang dipakai untuk membuat produk tersebut merupakan campuran dari bahan lain yang fungsinya bukan untuk pembersih ataupun pengkilat mobil. Universitas Sumatera Utara 3. Memproduksi barang tanpa izin usaha industri Terdakwa baru mendaftar izin usaha industri pada tanggal 28 Maret 2008 yaitu setelah Terdakwa dilaporkan ke Poltabes MS pada tanggal 8 Maret 2008, sedangkan proses produksi dimulai sekitar bulan September 2007. Hal tersebut tentu saja tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang Perindustrian. Menurut keterangan saksi ahli Mariani, pelaku usaha harus membuat permohonan yang ditujukan kepada Disperindang Kotamadya Medan dengan melampirkan persyaratan antara lain KTP, pas photo, Surat Izin Gangguan Tempat Usaha, Akte Pendirian Perusahaan agar dapat memperoleh izin usaha industri. Usaha industri yang dilakukan oleh Terdakwa belum dapat dijalankan atau dilakukan sebelum memperoleh izin dari Disperindang Kotamadya Medan terlebih dahulu. Apabila Terdakwa mendaftarkan izin usaha industri pada tanggal 24 Maret 2008, maka izinnya akan keluar pada 27 Maret 2008, sedangkan pada tanggal 8 Maret 2008, Terdakwa telah dilaporkan oleh saksi korban. Melalui keterangan dari saksi ahli Mariani tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa unsur ini terpenuhi. Perbuatan Terdakwa yang telah memproduksi barang tetapi tidak sesuai dengan mutu yang tertera pada label barang tersebut serta telah memperdagangkannya dengan tanpa izin industri, telah termasuk dalam tindak pidana. Seluruh unsur yang terdapat dalam Pasal 62 ayat 1 Undang-Undang Universitas Sumatera Utara Perlindungan Konsumen juga dalam Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Perindustrian telah terpenuhi. Dilihat dari perbuatan dan cara kerja Terdakwa, putusan Hakim yang menjatuhkan putusan secara kumulatif kepada Terdakwa dengan menggunakan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Perindustrian sudah sangat tepat. Majelis Hakim menjatuhkan vonis pidana penjara selama tiga tahun kepada terdakwa lebih berat daripada tuntutan jaksa penuntut umum. Sanksi tersebut lebih ringan dari pada sanksi yang terdapat dalam Pasal 62 ayat 1 yaitu pidana penjara maksimal lima tahun penjara atau denda maksimal Rp 2.000.000.000,00 dua miliar rupiah. Penggunaan sarana penal dengan berupa penjatuhan pidana penjara oleh Hakim kepada terdakwa selama 3 tahun, belum cukup memenuhi rasa keadilan masyarakat karena dampak yang ditimbulkan dari perbuatan Terdakwa telah membawa kerugian pada masyarakat luas dengan memproduksi barang-barang yang tidak sesuai dengan mutu dan kualitas barang yang sebenarnya dan tanpa izin usaha. Terdakwa juga telah mendapat keuntungan berupa materi dari produk yang dihasilkan. Sarana penal hanya berfungsi setelah terjadinya tindak pidana, hal tersebut menyebabkan hukum pidana tidak dapat berfungsi sebagai pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Hal tersebut tidak hanya berlaku bagi penanggulangan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen, akan tetapi berlaku juga bagi tindak pidana pada umumnya. Penanggulangan terjadinya tindak pidana di bidang Universitas Sumatera Utara perlindungan konsumen dapat juga dilakukan dengan upaya non penal, yaitu dengan penyelesaian melalui gugatan perdata dan sanksi administratif. 6. Unsur Kesengajaan Kesengajaan pelaku mempunyai hubungan kejiwaan yang lebih erat terhadap suatu tindakan. Menurut Memorie van Toelichting, yang dimaksud dengan kesengajaan adalah menghendaki dan menginsyafi terjadinya suatu tindakan beserta akibatnya. Artinya, seseorang yang melakukan tindakan sengan sengaja, harus menghendaki serta menginsyafi tindakan tersebut danatau akibatnya. 122 Unsur yang harus ada dalam kesengajaan adalah: 123 a. menginginkan, yaitu pelaku menghendaki perbuatan itu willen; b. mengetahui, yaitu pelaku mengetahui akibat yang timbul weten, pelaku dapat menduga bahwa akibat dari perbuatannya itu akan menimbulkan suatu akibat yang dapat dihukum dan dilarang oleh Undang-Undang. Unsur kesengajaan melekat pada perbuatan pidana yang dilakukan oleh Terdakwa. Terdakwa mengetahui bahwa perbuatan yang dilakukannya itu merupakan tindak pidana dan telah mengetahui akibat dari perbuatannya tersebut, akan tetapi Terdakwa tetap melakukan perbuatannya tersebut dengan mengharapkan keuntungan dari produk yang dihasilkan dan dipasarkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa unsur ini telah terpenuhi. 122 E.Y. Kanter dan S. R. Sianturi, Op. Cit., hal. 167 123 Catatan Kuliah Hukum Pidana oleh Bapak Syafrudin Hasibuan, 22 November 2007 Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan