Latar Belakang Tindak Pidana di Bidang Perlindungan Konsumen Menurut UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dari Perspektif Kebijakan Penanggulangan Kejahatan (Studi Putusan No.1821/Pid.B/2008/ PN/Medan)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia yang berdasarkan hukum recht staat mempunyai tujuan sebagaimana yang termuat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Inilah yang merupakan tujuan nasional negara Republik Indonesia dan sekaligus menjadi landasan, dasar berpijak dan derap langkah dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan secara nasional. Salah satu filosofi pembangunan nasional negara Indonesia yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada falsafah negara Republik Indonesia. Pembentukan masyarakat yang adil dan merata secara materil dan spiritual, perlu diadakan pembangunan yang adil dan merata bagi segenap bangsa yang tidak hanya dirasakan oleh sebagian rakyat, tetapi dapat dinikmati pula oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Negara Indonesia menjamin perlindungan bagi segenap warganya untuk dapat hidup makmur dan sejahtera, yang berarti bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan kehidupan yang layak dengan pemenuhan kebutuhan hidup seluruhya. Oleh karena itu, pemerintah menyediakan sarana dan prasarana dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat yang senantiasa berubah dari masa ke masa. Meningkatnya perkembangan zaman yang demikian pesatnya sering kali Universitas Sumatera Utara tidak diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang juga ikut berkembang. Hal ini sejalan dengan cita-cita bangsa Indonesia yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah harus dinamis dan harus melihat segala gerak-gerik kehidupan masyarakat, misalnya dengan menciptakan lapangan kerja bagi pengangguran. Masyarakat bisa memanfaatkan keterampilannya untuk mendapatkan penghasilan, dan untuk mengimbangi hal tersebut, harus diseimbangkan dengan pola hidup masyarakat yang konsumtif. Hubungan yang tarik menarik antara pelaku usaha dengan masyarakat menjadi sasaran utama para pelaku usaha inilah yang sering disebut konsumen. Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang danatau jasa yang dapat dikonsumsi. Kondisi seperti itu, di satu sisi memberikan manfaat bagi konsumen karena kebutuhan akan barang dan jasa yang diinginkan dapat terpenuhi, serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang dan atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen. Namun, di sisi lain kondisi seperti itu dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang. Hubungan yang terjalin antara pelaku usaha dengan konsumen tidak selalu menunjukkan hubungan yang positif. Adanya perselisihan yang mewarnai hubungan antara pelaku usaha dengan konsumen kerap terjadi. Salah satu faktor yang menjadi pemicu perselisihan tersebut dikarenakan ketidakseimbangan kedudukan antara pelaku usaha dengan konsumen yang juga tidak diikuti dengan Universitas Sumatera Utara kesigapan pemerintah dalam membentuk suatu peraturan yang menangani permasalahan tersebut. Konsumen menjadi korban yang sangat potensial di tengah proses perdagangan bebas karena kondisi masyarakat yang belum sepenuhnya siap menghadapi perkembangan tersebut. Pelaku usaha dituntut untuk selalu memperbaiki produk mereka dan tetap menjaga tanggungjawabnya atas setiap komoditi yang dihasilkan product liability. 1 Perlindungan konsumen merupakan masalah kepentingan manusia, oleh karenanya menjadi harapan bagi seluruh masyarakat untuk dapat menikmatinya. Mewujudkan perlindungan konsumen adalah mewujudkan hubungan berbagai Pelaku usaha memegang prinsip ekonomi yang tentu saja semakin menyudutkan posisi konsumen. Dengan modal yang sekecil-kecilnya pelaku usaha ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Sementara keadaan ekonomi masyarakat sebagai konsumen tidak memungkinkan untuk mengikutinya. Pelaku usaha sering tidak memikirkan keadaan mutu barang dan jasa yang dihasilkan demi memperkaya diri sendiri dan membiarkan konsumen terus dalam keterpurukan dengan terus menerima apapun dari pelaku usaha. Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen. 1 NHT Siahaan, Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen dan Pertanggungjawaban Produk, Panta Rei, Jakarta, 2005, hal. xviii Universitas Sumatera Utara dimensi dimana antara yang satu dengan yang lainnya mempunyai keterkaitan dan saling ketergantungan antara konsumen, pelaku usaha dan pemerintah. Permasalahan di bidang perlindungan konsumen yang pernah terangkat ke permukaan, menambah panjang deretan kasus di bidang perlindungan konsumen itu sendiri. Permasalahan sengketa juga sering ada yang menjurus kepada perbuatan pidana yang disebabkan ulah pelaku usaha yang tidak sportif dan bertanggungjawab dalam menjalankan kegiatan usahanya, misalnya seorang nasabah perusahaan leasing yang bersengketa dengan perusahaan tempat ia mengambil kredit mobil 2 ; adanya aduan dari konsumen dalam bidang perasuransian PT. Prudential Life Assurance Jakarta. Mediasi Tgl. 14 Maret 2006 dihadiri para pihak - Konsumen tetap menuntut agar bonus yang diterima tetap tiap tahunnya, namun pelaku usaha menolak dengan alasan bonus masih merupakan ilustrasi 3 Aduan dari masyarakat kepada aparat penegak hukum menjadi suatu titik terang bagi kalangan konsumen. Namun ada pula pelaku usaha yang tertangkap basah yang membuka praktek usaha yang memproduksi barang-barang palsu. Malahan ada pula seorang pelayanan jasa yang dengan sengaja ataupun karena kurang menguasai dalam bidangnya yang melakukan tindakan yang merugikan masyarakat sebagai konsumen, misalnya seorang dokter yang melakukan ; serta yang tidak ketinggalan adalah kasus Prita Mulyasari seorang pasien yang mengeluhkan pelayanan sebuah rumah sakit yang berujung pada penahanan Prita. 2 http:cetak.kompas.comreadxml2009062303535416semestinya..masyarakat.cerdas diakses Rabu, 27 Januari 2010 3 http:pkditjenpdn.depdag.go.idindex.php?page=aduanbrwJnsAduanID=12, diakses Rabu, 27 Januari 2010 Universitas Sumatera Utara malpraktek. Hal tersebut akan sangat berbahaya, mengingat perbuatan dokter yang seperti itu menyangkut kelangsungan hidup pasien hingga ada yang berujung dengan kematian. Jika terus menerus dibiarkan, ini akan menjadi polemik dalam masyarakat yang akan terus berkembang. Pada saat sekarang, sesuai dengan perkembangan bisnis, permasalahan- permasalahan serta kajian-kajian tentang hukum perlindungan konsumen, mendapat sorotan khusus, terutama karena banyaknya hal-hal yang dapat dan perlu dipertanyakan mengenai promosi dan iklan yang berhubungan dengan upaya perlindungan konsumen. Asas-asas dalam periklanan dan promosi barang dan jasa juga penting dan perlu disosialisasikan dan harus dipahami oleh konsumen. Kejujuran sebagai salah satu asas dalam promosi perikalanan juga perlu pengkajian lebih lanjut untuk mencari tolak ukur, terutama batasan-batasannya dan penerapannya dalam bidang jual-beli. 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, diharapkan akan dapat memberikan pengaruh positif terhadap pelaku usaha dan konsumen sekaligus karena perlindungan konsumen sebenarnya tidak hanya Keperluan adanya hukum untuk memberikan perlindungan konsumen Indonesia merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan, sejalan dengan tujuan pembangunan nasional, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 hadir sebagai upaya antisipasi preventif dan represif dari pemerintah untuk melindungi masyarakat dan memberikan tertib hukum bagi pelaku usaha dalam era perdagangan bebas. 4 Mien Rukmini, Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi Sebuah Bunga Rampai, Alumni, Bandung, 2006, hal. 21 Universitas Sumatera Utara bermanfaat bagi kepentingan konsumen, tetapi juga bagi kepentingan pelaku usaha demi mewujudkan iklim persaingan usaha yang sehat. Perilaku pelaku usaha yang tidak mengindahkan aturan hukum yang telah dibuat oleh pemerintah, dalam tingkatan tertentu dapat berujung pada tindak pidana atau kejahatan dan harus diselesaikan melalui penerapan hukum pidana. Ancaman hukuman pidana seringkali tidak diindahkan oleh para pelaku usaha yang tetap mencari celah sebagai pembenaran bagi mereka agar tidak dihukum. Sanksi pidana yang diberikan kepada pelaku usaha tersebut juga masih belum dapat memberikan efek positif yaitu penjeraan bagi pelaku usaha serta bagi korban, sanksi pidana yang dikenakan kepada pelaku usaha tersebut tidak dapat mengembalikan keadaan mereka yang telah mengalami kerugian akibat ulah pelaku usaha yang tidak patuh tersebut. Penegakan hukum law enforcement yang bermuatan perlindungan konsumen memang sedang didambakan oleh masyarakat, khususnya masyarakat konsumen yang sedang menjadi korban pengusaha perusahaan yang melakukan pelanggaran terhadap hak-hak konsumen. Kecenderungan semakin banyaknya perusahaan yang melakukan pelanggaran terhadap hak-hak konsumen, merupakan tantangan riil yang menguji aparat atau pihak-pihak yang berkompeten dalam melakukan dan mewujudkan penegakan hukum. Tindak pidana yang terjadi di bidang perlindungan konsumen diselesaikan melalui kebijakan penanggulangan kejahatan dengan menerapkan aturan hukum pidana, yaitu dengan menjatuhkan sanksi tegas bagi setiap orang yang melanggar ketentuan yang telah ada. Penanggulangan kejahatan dapat juga dilakukan melalui pendekatan lain yaitu Universitas Sumatera Utara dengan usaha preventif yang dapat dilakukan oleh siapa saja yang terkait didalamnya, seperti pemerintah, lembaga-lembaga yang bergerak di bidang perlindungan konsumen, pelaku usaha itu sendiri maupun masyarakat sebagai konsumen. 5 Berdasarkan pemaparan tersebut, maka skripsi ini diberi judul “TINDAK PIDANA DI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DARI PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEJAHATAN DAN PENERAPAN HUKUMNYA STUDI PUTUSAN No. 1821Pid.B2008PN Mdn”. Hal tersebut dipicu karena tindak pidana di bidang perlindungan konsumen ini merupakan suatu perbuatan yang merugikan kegiatan perekonomian negara pada umumnya dan perekonomian masyarakat sebagai Tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dapat dilaksanakan melalui kebijakan hukum pidana dengan sanksi hukum yang lebih tegas. Pelaku usaha yang terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dalam bentuk apapun seperti yang tercantum dalam Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen akan dikenakan sanksi pidana seperti pidana penjara dan pidana denda juga pidana tambahan lainnya. 5 Moh. Muhibbin, Dosen Fakultas Unisma, Penegakan Hukum Perlindungan Konsumen Sebagai Wujud Pelayanan Pencari Keadilan, http:fh.unisma.ac.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=45Itemid=6, di akses tanggal 13 November 2009 Universitas Sumatera Utara konsumen pada khususnya untuk menciptakan iklim perekonomian yang kondusif sehingga tidak merugikan aspek lain dalam tatanan kenegaraan.

B. Perumusan Masalah