yang dilakukan tim EDCS konsultan bahwa penyebab banjir yang ada di kota Medan
diakibatkan oleh sistem drainasenya yang kurang berfungsi maksimal. Asumsi debit desain Q
D
dengan Periode Ulang T-tahunan yaitu : Q
D
10-tahunan Setiap tahunnya, kemungkinan terjadinya debit Q Q
D
adalah 10
Q
D
25-tahunan Setiap tahunnya, kemungkinan terjadinya debit Q Q
D
adalah 4
Q
D
50-tahunan Setiap tahunnya, kemungkinan terjadinya debit Q Q
D
adalah 2
Q
D
100-tahunan Setiap tahunnya, kemungkinan terjadinya debit Q Q
D
adalah 1
Dengan demikian, pada setiap tahun, kemungkinan debit dengan besaran berapapun bisa saja terjadi. Kemungkinan dilampauinya kapasitas alir air sungai tetap
ada setiap tahunnya. Penanganan sungai yang dilakukan tidaklah dapat mengubah status dataran banjir menjadi dataran bebas banjir.
2.4.1. Karakteristik DAS
Karakteristik DAS meliputi bentuk dan kemiringan lereng. Berdasarkan hasil tinjauan di lapangan, karakteristik DAS di tiga lokasi kajian menunjukkan adanya
persamaan yaitu daerah hulu sampai daerah tengah dengan kelerengan yang terjal sedangkan daerah tengah sampai hilir sangat datar dan luas.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan karakteristik demikian, begitu hujan jatuh maka air hujan dari daerah hulu langsung mengalir ke bawah dengan waktu konsentrasi yang singkat.
Jika drainase daerah hilir kurang memadai maka aliran permukaan tersebut akan menyebar kemana-mana menggenangi daerah pemukiman dan jalan. Masing-masing
DAS mempunyai bentuk yang berbeda sehingga respon terhadap hujan juga berbeda- beda. Untuk bentuk DAS yang memanjang respon hujan
Dalam UU No.41 Tahun 1999 minimal hutan dalam satu DAS adalah 30 persen. Berdasarkan hal tersebut DAS Deli mempunyai hutan sekitar 6 persen dari
luas DAS. Dari kondisi tersebut terlihat bahwa keberadaan hutan yang sedikit menyebabkan banjir. Hutan dapat mengurangi banjir hanya pada curah hujan sedang.
Pada curah hujan yang besar, hutan sudah tidak mampu menguranginya. Namun demikian hutan dapat mengurangi erosi yang menyebabkan pendangkalan di sungai
atau saluran sehingga fungsi hutan ini lebih menjaga saluran sungai agar lancar mengalirkan air. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Asdak Chay 1995 yang
menyebutkan bahwa keberadaan hutan dapat dipandang sebagai kegiatan pendukung dari usaha lain dalam menurunkan terjadinya banjir. Selain itu hutan berfungsi
menjaga kontinuitas aliran, karena hutan dapat mengatur tata air yaitu menampung air pada musim penghujan dan mengalirkannya pada musim kemarau.
Selain perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke pemukiman dan dari tanaman keras ke tanaman semusim, ada lagi perubahan penggunaan lahan yang
cukup signifikan menyebabkan banjir yaitu penggunaan situ dan rawa untuk pemukiman. Perubahan ini menyebabkan aliran permukaan dari bagian hulunya tidak
Universitas Sumatera Utara
mempunyai tempat lagi untuk transit. Aliran permukaan akan langsung mengalir dan menambah aliran dari sekitarnya sehingga menyebabkan banjir atau menggenangi
pemukiman di daerah bekas situ atau rawa. Kawasan resapan air di hulu DAS memiliki peran yang sangat penting dalam
siklus hidrologi di suatu DAS. Sayangnya, kebanyakan masyarakat awam memahami DAS hanya sebatas pada air sungai yang mengalir. Padahal sistem sungai adalah
suatu hal yang sangat komplek dan terkait erat serta dipengaruhi oleh berbagai faktor dari suatu DAS. Karenanya tidak mengherankan bila pada saat ini banyak kawasan
resapan air di hulu DAS telah mengalami perubahan fungsi, misalnya menjadi pemukiman. Parahnya lagi, saat ini tercatat 58 DAS di Indonesia dalam kondisi kritis
Pusat Data dan Informasi Publik, 2002.
2.4.2. Saluran Drainase