permukaan laut, dengan kelembaban dan curah hujan yang relatif tinggi. Sehingga dengan curah hujan tinggi menyebabkan banjir kerap menjadi permasalahan pada
daerah ini. Dan kejadian-kejadian banjir ini dinilai telah menyebabkan kerusakan yang serius dan menjadi faktor utama yang menghambat perkembangan kota Medan.
Perluasan wilayah kota Medan berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Utara No.66IIIPropinsi Sumatera Utara dengan menetapkan luas wilayah
menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4 kecamatan yakni kecamatan Medan Timur, Medan Barat, Medan Baru dan Medan Polonia. Pada Tahun 1973 terjadi perluasan kota
Medan menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 kecamatan. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.59 Tahun 1991, 11 Kecamatan yang ada
dimekarkan menjadi 19 kecamatan. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 Tahun 1991 tentang pembentukan kecamatan di Sumatera
Utara termasuk 2 pemekaran kecamatan di kota Medan sehingga menjadi 21 kecamatan.
4.2. Kanal Banjir Dalam Satuan Wilayah Sungai
Kanal Banjir merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai SWS Deli dan sungai Percut. Bagian hulu kanal banjir terletak pada sungai Deli dan sedangkan
bagian hilir terletak pada sungai Percut dan berada di wilayah kota Medan dengan melalui beberapa kecamatan yaitu ; kecamatan Medan Johor, kecamatan Delitua dan
kecamatan Marendal.
Universitas Sumatera Utara
Kanal Banjir dibangun dengan harapan dapat meminimalisasi masalah banjir yang kerap terjadi di kota Medan. Masalah banjir ini yang menjadi sumber utama
kerusakan infrastruktur kota. Efek kerusakan antara lain yaitu kerusakan pada irigasi pertanian, industri perusahaan, domestik rumah tangga dan perkotaan
perkantoran, sosial, sekolah. Perlu ditambahkan bahwa Kanal Banjir bermuara di sungai Percut. Letak geografis Kanal Banjir berada sekitar 15 km dari pusat kota
Medan arah ke Selatan terletak pada 03º23’ Lintang Utara dan 98º55’ Bujur Timur. Dengan cakupan pelayanan efektif seluas 526,1 km
2
yang meliputi 3 kecamatan yaitu ; kecamatan Medan Johor, kecamatan Delitua dan kecamatan Marendal.
Kanal Banjir memiliki panjang sekitar 3,80 km dengan luas daerah aliran pertemuan dua sungai, yaitu sungai Deli 351,9 km
2
, dan sungai Percut 174,2 km
2
dengan debit maksimum 300 m
3
det dan debit minimum 190 m
3
det untuk sungai Deli, dan debit maksimum 320 m
3
det dan debit minimum 220 m
3
det untuk sungai Percut memiliki cabang dan anak cabang seperti yang dijelaskan pada gambar 4.1
dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Dirjen SDA Departemen PU, 2008
Gambar 4.1 Peta Wilayah Sungai
Jumlah penduduk disekitar Satuan Wilayah Sungai SWS DAS Deli tepatnya pada Kanal Banjir Tahun 2008 tercatat sebanyak 20,560 jiwa yang tersebar di 10
desakelurahan di atas areal luas 255 Ha. Tingginya curah hujan yang turun di kota Medan akhir-akhir ini dengan luasan Daerah Aliran Sungai DAS Deli yang
berfungsi sebagai hutan untuk tempat simpanan air sudah sangat tidak layak lagi sehingga kota Medan sering dilanda banjir. Artinya kapasitas atau daya tampung
DAS Deli sudah terlampaui. Oleh karena itu Kanal Banjir dibangun untuk
Universitas Sumatera Utara
mengurangi beban air dari DAS Deli dengan mendistribusikan sebagian debit airnya, serta dari pemukiman penduduk untuk dialirkan ke DAS Percut melalui Kanal Banjir.
Sehingga Kanal Banjir bisa disebutkan juga sebagai shortcut lintasan aliran sungai guna meminimalisasi banjir di kota Medan. Sehingga air sungai banjir tidak
langsung masuk ke dalam inti kota, melainkan dibawa ke luar kota Medan melalui DAS Percut dan langsung menuju laut Selat Malaka.
Kanal Banjir merupakan bangunan pengalih air sungai yang bersumber dari sungai Deli hulu dan sungai Percut hilir yang mempunyai beberapa anak sungai.
Kanal banjir mengalir antara dua sungai besar tersebut diatas, sehingga merupakan infrastruktur yang sangat vital untuk mendukung pencegahan banjir di kota Medan
seperti tertera pada Tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Aliran Sungai Pada Kanal Banjir.
Letak Sungai Ranting
Sungai
Hulu
Hilir Deli
Percut Namo Bintang
Namo Rambe Babura
Sei Sikambing Sibiru-biru
Patumbak
Sumber : Dinas Pengairan Sumatera Utara, 2008
Kanal Banjir memberikan manfaat bagi penduduk kota Medan khususnya masyarakat yang bermukim pada sekitarsepanjang Kanal Banjir antara lain untuk
Universitas Sumatera Utara
kepentingan menampung debit air yang berlebih yang selama ini tidak tertampung pada sungai Deli. Seiring dengan masuknya musim penghujan maka resiko terjadinya
banjir akan semakin besar. Dengan kondisi cathman area cenderung semakin menurun fungsinya sehingga mengakibatkan daerah resapan air semakin menurun.
Untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian SDA yang ada serta upaya untuk mengurangi efek masalah banjir yang akan terus terjadi baik sekarang maupun masa
mendatang, maka perlu di tata sistem pengendalian banjir dari sumber daya air yang ada.
Secara administratif, Kanal Banjir berada pada 3 tiga kecamatan seperti Tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Daerah Yang Dilalui Kanal Banjir
No Kecamatan Jumlah
Desa desa
1 Medan Johor
3 2 Delitua
4 3 Marendal
3 Jumlah
10
Sumber : Diolah dari Medan Dalam Angka 2008
Untuk memantau perkembangan dan pola air sungai secara konsisten, maka di bangun stasiun-stasiun meteorologi pada beberapa tempat yang dianggap menjadi
lokasi pengumpul data perkembangan sungai tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Keseluruhan luas catchment area kanal banjir adalah 526,10 km
2
yang terdiri dari 3 jenis peruntukan seperti Tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3 Luas Catchment Area Berdasarkan Jenis Peruntukan
No Peruntukan Luas
Persen
1 Hutan
111. 403-175.014 km 12-18
2 Semi Hutan
243.732-256.571 km 30-40
3 Areal Terbuka
386.560-420.228 km 45-50
Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2008
Daerah aliran sungai yang termasuk golongan hutan ini diperkirakan sekitar 12-18 dari keseluruhan DAS Deli, luasan areal jenis golongan hutan ini
cenderung berkurang, diakibatkan besarnya kegiatan alih fungsi lahan menjadi areal perkebunan, perladangan dan pertanian masyarakat.
Pengalihan fungsi lahan yang semula adalah areal hutan dirubah menjadi areal perkebunan masyarakat, dan dijumpainya banyak permukiman-permukiman tumbuh
dari masyarakat. Keadaan ini memberikan sumbangan yang tidak sedikit terhadap kerusakan Daerah Aliran Sungai DAS di Kanal Banjir yaitu DAS Deli sebagai
daerah hulu Kanal Banjir. Permukiman-permukiman masyarakat juga menjadi kendala bagi lancarnya
aliran air Kanal Banjir yang diakibatkan karena kanal banjir juga harus menanggung beban limbah domestik, serta adanya campur tangan masyarakat yang membendung
pinggiran sungai, sehingga lebar sungai juga semakin kecil.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa halnya di daerah tengah dan hilir DAS yang dominan menjadi areal terbuka, areal ini dipenuhi dengan aktifitas penambang bahan galian C yang banyak
menggali pinggiran sungai Deli, adanya pemukiman liar, dan aktifitas masyarakat yang membuang limbah rumah tangga ke dalam aliran sungai berakibat melebarnya
permukaan, semakin dalamnya alur sungai tersebut serta tersumbatnya pintu bendung sebagai pintu pengatur air banjir.
Salah satu permasalahan yang menyebabkan kurang maksimalnya kinerja kanal banjir adalah peningkatan penggalian bahan galian C di hulu sungai Deli akan
menurunkan tinggi permukaan sungai Deli, keadaan ini semakin memperparah dan mempersulit masuknya air Kanal Banjir kebangunan free Intake, yang pada akhirnya
luapan air langsung dibawa ke tengah kota Medan. Hal inilah yang menjadi awal kejadian terjadinya banjir yang selama ini dialami di daerah kota Medan. Oleh sebab
itu, untuk meminimalisasi banjir maka besarnya debit Kanal Banjir yang ada akan terus dipantau dan dikelola oleh pengembangan sumber air hidrologi pengairan
Provinsi Sumatera Utara.
4.3. Debit Kanal Banjir