Monosit HASIL DAN PEMBAHASAN

etanol biji jinten hitam sangat efektif untuk meningkatkan sistem imun atau imunostimulan Suhatri dan Aldi, 2010. Jumlah total leukosit pada hari 7, hari 14 dan hari 21 menunjukkan perbedaan yang signifikan p0,05 terhadap setiap kelompok perlakuan.

4.2 Monosit

Hasil perhitungan persentase monosit hari 7, hari 14 dan hari 21 pada mencit BALBc yang diberikan ekstrak etanol jinten dosis rendah 125 mgkgBB, dosis sedang 250 mgkgBB dan dosis tinggi 500 mgkgBB didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 5.2 Hasil Persentase Monosit per mm 3 Kelompok Mencit Rata – rata monosit x 10 3 per mm 3 Hari ke – 7 Hari Ke – 14 Hari ke 21 Kontrol 0,25 ± 0,14 0,30 ± 0,29 0,03 ± 0,03 Dosis Rendah 0,48 ± 0,41 0,15 ± 0,13 0,22 ± 0,06 Dosis Sedang 0,37 ± 0,18 0,21 ± 0,20 0,44 ± 0,33 Dosis Tinggi 0,19 ± 0,15 0,13 ± 0,10 0,25 ± 0,27 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase monosit kelompok kontrol pada hari 7 dan 14 berada dalam kisaran normal sedangkan pada hari 21 persentase monosit menurun. Kisaran normal persentase monosit pada mencit BALBc adalah 60 – 600 per mm 3 Research Animal Resources, University of Minnesota. Pada hari 7 persentase monosit kelompok ekstrak etanol jinten hitam dosis rendah dan dosis sedang lebih tinggi dibandingkan kontrol sedangkan kelompok ekstrak etanol jinten hitam dosis tinggi memiliki persentase monosit yang lebih rendah dibandingkan kontrol. Persentase monosit hari 7 dianalisis dengan menggunakan SPSS 17. Hasil uji normalitas dengan menggunakan Saphiro-Wilk menunjukan bahwa persentase monosit terdistribusi normal p0,05. Selanjutnya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dilakukan uji homogenitas menggunakan Levene test. Hasil uji homogenitas menunjukan bahwa persentase monosit bervariasi homogen p0,05. Data terdistribusi normal dan bervariasi sama, maka syarat uji anova terpenuhi. Berdasarkan uji anova diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.281 P0,05 artinya tidak ada perbedaan signifikan rata – rata persentase monosit pada kelompok kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi. Pada hari 14 persentase monosit kelompok ekstrak etanol jinten hitam dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi lebih rendah dibandingkan kontrol. Persentase monosit hari 14 dianalisis dengan menggunakan SPSS 17. Hasil uji normalitas dengan menggunakan Saphiro-Wilk menunjukan bahwa persentase monosit terdistribusi normal p0,05. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas menggunakan Levene test . Hasil uji homogenitas menunjukan bahwa persentase monosit bervariasi homogen p0,05. Data terdistribusi normal dan bervariasi sama, maka syarat uji anova terpenuhi. Berdasarkan uji anova diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.519 P0,05 artinya tidak ada perbedaan signifikan rata – rata persentase monosit pada kelompok kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi Pada hari 21 persentase monosit kelompok ekstrak etanol jinten hitam dosis rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi lebih tinggi dibandingkan kontrol. Kelompok dosis sedang memiliki persentase monosit paling tinggi. Persentase monosit hari 21 dianalisis dengan menggunakan SPSS 17. Hasil uji normalitas dengan menggunakan Saphiro-Wilk menunjukan bahwa persentase monosit terdistribusi normal p0,05. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas menggunakan Levene test. Hasil uji homogenitas menunjukan bahwa persentase monosit tidak bervariasi homogen p0,05 maka dilakukan tranformasi data hasil yang diperoleh persentase monosit bervariasi homogen. Data terdistribusi normal dan bervariasi sama, maka syarat uji anova terpenuhi. Berdasarkan uji anova diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,00 P0,05 artinya ada perbedaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta signifikan rata – rata persentase monosit pada kelompok kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi. Untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna antara masing – masing kelompok dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Berdasarkan uji Post Hoc kelompok yang berbeda adalah kelompok kontrol dengan kelompok dosis rendah p=0,002, kelompok kontrol dengan kelompok dosis sedang p=0,00 dan kelompok kontrol dengan kelompok dosis tinggi p=0,00 Perbandingan data monosit dari hari 7, 14 dan 21 menunjukkan hanya kelompok kontrol yang memiliki perbedaan yang signifikan dari hari 7, 14 dan 21 dengan uji Kruskal Wallis p=0,018. Untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna antara masing – masing kelompok dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Berdasarkan uji Mann Whitney kelompok yang berbeda adalah kelompok hari 7 dengan hari 21 dan kelompok hari 14 dan 21. Gambar 5.2 Perbandingan persentase monosit antara Mencit BALBc yang diberikan ekstrak etanol jinten hitam dan Mencit BALBc yang tidak diberikan ekstrak etanol jinten hitam Monosit berperan sebagai sel yang mampu mengenal, menyerang mikroba, serta sel kanker dan juga memproduksi sitokin, mengerahkan pertahanan sebagai respon terhadap infeksi Baratawidjaja, 2009. Persentase monosit yang tinggi didalam darah berperan penting dalam 100 200 300 400 500 600 Hari ke - 7 Hari Ke - 14 Hari ke 21 Kontrol Dosis Rendah Dosis Sedang Dosis Tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol jinten hitam dosis rendah 125 mgkgBB, dosis sedang 250 mgkgBB dan dosis tinggi 500 mgkgBB tidak mampu mempengaruhi persentase monosit pada mencit BALBc. Secara statistik persentase monosit pada hari 7, hari 14 dan hari 21 menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan persentase monosit antar kelompok perlakuan.

4.3 Limfosit