BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Jinten Hitam
Nigella sativa L. 2.1.1
Klasifikasi
Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman jinten hitam
adalah sebagai berikut Depkes RI, 1979:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Traceabionta
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida dicotyledon
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Ranunculales
Famili : Ranunculaceae
Genus : Nigella Linn.
Spesies : Nigella sativa.
Nama lain Nigella sativa L. adalah : Kalonji bahasa Hindi, Kezah Hebrew, Hamushka Rusia, Habbatus Sauda’ Arab, Siyah
daneh Persian, Fennel Flower Black Carraway Nutmeg Flower Roman Coriander Black Onian Seed English, atau Jinten Hitam
Indonesia.
2.1.2 Morfologi
Jinten hitam merupakan tanaman herba tahunan, tegak, dengan tinggi berkisar antara 30 sampai 60 cm. Daun berbentuk lanset, linearis,
ujung lancip. Daun berwarna hijau keabu-abuan, halus dan berbulu. Bunga berwana hijau pucat ketika muda dan biru terang ketika masak, kemudian
menjadi biru pucat atau putih. Daun bagian bawah bertangkai dan bagian atas duduk. Daun membalut bunga kecil. Kelopak bunga ada lima, bundar
telur, ujungnya agak meruncing sampai agak tumpul, pangkal mengecil membentuk sudut yang pendek dan besar. Mahkota bunga pada umumnya
5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
delapan, agak memanjang, lebih kecil dari kelopak bunga, berbulu jarang dan pendek.
Gambar 2.1 Jinten Hitam Bibir bunga dua, bibir bagian atas pendek, lanset, ujung
memanjang berbentuk benang, ujung bibir bunga bagian bawah berbentuk tumpul. Benang sari banyak, gundul. Kepala sari jorong dan sedikit tajam,
berwarna kuning. Buah berbentuk bulat telur atau agak bulat. Buah memiliki kapsul nektar yang banyak, umumnya 10 dan berbentuk seperti
saku. bulat. Biji hitam, trigonal, panjang 1,5-3 mm dengan permukaan kasar dan bagian dalam berwarna putih berminyak. Biji memiliki
rasa sedikit pahit dan pedas dengan tekstur renyah Peter, 2004.
2.1.3 Budidaya, Ekologi dan penyebaran Depkes, 1979
Tanaman ini diperbanyak dengan biji. Di Indonesia tanaman ini belum dibudidayakan secara umum. Tumbuh dari daerah Levant ke arah
timur Samudra Indonesia sebagai gulma semusim. Bagian tanaman yang digunakan biji.
2.1.4 Kandungan Kimia
Kandungan kimia dari biji jinten hitam minyak atsiri 0,5 – 1,6 meliputi nigellon, thymoquinon TQ
, thymol, carvacrol, α dan β-pipene, d-limoene, d-citronellot, thymohydroquinon, dithymoquinon, 4 - terpineol
dan p-cymene. Asam lemak 35.6 – 41,6 yaitu asam linoleat, asam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
linolenat, asam miristat, asam arakidonat, asam palmitat, asam oleat, sterol dan asam stearat. Protein 22.7 Asam amino meliputi albumin,
globulin, lisin, leusin, isoleusin, valin, glisin, alanin, fenilalanin, arginin, asparagin, cystine, asam glutamat, asam aspartat, prolin, serin, treonin,
triptopan dan tirosin. Mineral seperti Fe, Na, Cu, Zn, P, dan Ca.
Gambar 2.2 Struktur kimia kandungan aktif minyak jinten hitam TQ, DTQ, THY, dan THQ Salem, 2005
Jinten hitam mengandung vitamin seperti asam askorbat, tiamin, niasin, piridoksin, asam folat dan gizi Gilani et al., 2004. Alkaloid
meliputi indazol nigellicine, isoquinolin nigellimin dan N – Oksidannya dan indozol alkaloid nigellidin Tahir, 2006. Monosakarida dalam bentuk
glukosa, ramnosa, xilosa dan arabinosa Salem et al., 2005 Tabel 2.1 Kandungan kimia biji jinten hitam secara umum
Kandungan ww
Oil 3 – 35,5
Protein 16-19,9
Karbohidrat 33-34
Serat 4,5-6,5
Kadar Abu 3,7-7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Saponin 0,013
Kadar Air 5-7
Sumber : Tahir dan Bakeet, 2006 Tabel 2.2 Kandungan kimia minyak jinten hitam
Kandungan ww
Asam Linoleat 44,7-56
Asam Oleat 20,7-24,6
Asam Linolenat 0,6-1,8
Asam Arakidonat 2-3
Palmitoleic Acid 3
Eicosadienoic Acid 2-2.5
Asam Palmitat 12-14,3
Asam Stearat 2,7-3
Asam Miristat 0,16
Sumber: Tahir dan Bakeet, 2006 Tabel 2.3 Kandungan nutrisi biji jinten hitam per 100 gram
Kandungan Biji Eropa
Biji Etopia
Kadar Air g 4
6,6 Protein g
22 13,8
Lemak g 41
32,2 Karbohidrat g
17 –
Serat g 8
16,4 Kadar Abu g
4,5 7,5
N g –
2,2 Na g
0,5 –
Kalium g 0,5
– Kalsium g
0,2 0,5
P g 0,5
0,6 Besi mg
10 17
Vitamin B
1
mg 1,5
0,62 Niacin mg
6 9,5
Sumber: Peter, 2004
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.5 Farmakologi