melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol jinten hitam dosis rendah 125
mgkgBB, dosis sedang 250 mgkgBB dan dosis tinggi 500 mgkgBB tidak mampu mempengaruhi persentase monosit pada mencit BALBc.
Secara statistik persentase monosit pada hari 7, hari 14 dan hari 21 menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan persentase monosit antar
kelompok perlakuan.
4.3 Limfosit
Hasil dari perhitungan persentase limfosit pada hari 7, hari 14 dan hari 21 pada mencit BALBc yang diberikan ekstrak etanol jinten hitam
dosis rendah 125 mgkgBB, dosis sedang 250 mgkgBB dan dosis
tinggi 500 mgkgBB didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.3 Hasil Persentase Limfosit per mm
3
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase limfosit kelompok kontrol pada hari 7, 14 dan hari 21 memiliki persentase limfosit
yang berada dalam kisaran normal. Kisaran normal persentase limfosit pada mencit BALBc adalah 3.300 – 14.250 per mm
3
Research Animal Resources, University of Minnesota. Kelompok ekstrak etanol jinten
hitam dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi pada hari 7 persentase limfosit lebih tinggi dibandingkan kontrol. Persentase limfosit meningkat
seiring dengan meningkatnya dosis ekstrak etanol jinten hitam yang diberikan.
Persentase limfosit hari 7 dianalisis dengan menggunakan SPSS 17. Hasil uji normalitas dengan menggunakan Saphiro-Wilk menunjukan
Kelompok Mencit Rata – rata limfosit x10
3
per mm
3
Hari ke – 7 Hari Ke – 14
Hari ke 21 Kontrol
3,79 ± 0,84 4,21 ± 2,30
4,82 ± 0,94 Dosis Rendah
5,74 ± 2,10 8,09 ± 1,50
8,72 ± 2,23 Dosis Sedang
7,12 ± 0,67 12,34 ± 0,96
10,72 ± 2,61 Dosis Tinggi
10,92 ± 2,14 10,85 ± 3,41
10,91 ± 3,21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bahwa persentase limfosit terdistribusi normal p0,05. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas menggunakan Levene test. Hasil uji
homogenitas menunjukan bahwa persentase limfosit tidak bervariasi homogen p0,05 kemudian dilakukan tranformasi data hasil yang
diperoleh persentase limfosit tidak bervariasi homogen. Syarat homogenitas tidak terpenuhi maka persentase limfosit dianalisis dengan
statistik non parametik Kruskal Wallis. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai signifikan
0,003 p0,05 maka dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Hasil uji Mann Whitney
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok dosis sedang p = 0,009,
kelompok kontrol dengan kelompok dosis tinggi p=0,009 dan kelompok rendah dengan kelompok dosis tinggi p = 0,016.
Pada hari 14 persentase limfosit kelompok pemberian ekstrak etanol Jinten hitam dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi lebih tinggi
dibandingkan kontrol tetapi masih berada dalam kisaran normal. Persentase limfosit meningkat seiring dengan meningkatnya dosis ekstrak
etanol jinten hitam yang diberikan. Persentase limfosit paling tinggi berada pada kelompok dosis sedang.
Persentase limfosit hari 14 dianalisis dengan menggunakan SPSS 17. Hasil uji normalitas dengan menggunakan Saphiro-Wilk menunjukan
bahwa persentase limfosit terdistribusi normal p0,05. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas menggunakan Levene test. Hasil uji
homogenitas menunjukan bahwa persentase limfosit tidak bervariasi homogen p0,05 kemudian dilakukan tranformasi data hasil yang
diperoleh persentase limfosit tidak bervariasi homogen. Syarat homogenitas tidak terpenuhi sehingga persentase limfosit harus dianalisis
dengan statistik non parametik Kruskal Wallis. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukan nilai signifikan 0,005
p0,05 maka dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Hasil uji Mann Whitney
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok dosis rendah p=0,028, kelompok
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kontrol dengan kelompok dosis sedang p=0,009, kelompok kontrol dengan kelompok dosis tinggi p=0,016 dan kelompok rendah dengan
kelompok dosis sedang p=0,009. Persentase limfosit hari 21 pemberian ekstrak dihentikan sejak
hari 14 sampai hari 21, kelompok ekstrak etanol jinten hitam dosis rendah, sedang dan dosis tinggi lebih tinggi dibandingkan kontrol tetapi
masih berada dalam kisaran normal. Persentase limfosit meningkat seiring dengan meningkatnya ekstrak etanol jinten hitam yang diberikan.
Persentase limfosit paling tinggi berada pada kelompok dosis tinggi. Persentase limfosit hari 21 dianalisis dengan menggunakan SPSS
17. Hasil uji normalitas dengan menggunakan Saphiro-Wilk menunjukan bahwa persentase limfosit terdistribusi normal p0,05. Selanjutnya
dilakukan uji homogenitas menggunakan Levene test. Hasil uji homogenitas menunjukan bahwa persentase limfosit bervariasi homogen
p0,05. Data terdistribusi normal dan bervariasi sama, maka syarat uji anova terpenuhi. Berdasarkan uji anova diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,003 P0,05 artinya ada perbedaan signifikan rata – rata persentase limfosit pada kelompok kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis
tinggi. Untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna antara masing – masing kelompok dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Berdasarkan uji Post
Hoc kelompok yang berbeda adalah kelompok kontrol dengan kelompok dosis sedang p=0,008 dan kelompok kontrol dengan kelompok dosis
tinggi p= 0,006. Perbandingan data limfosit dari hari 7, 14 dan 21 menggunakan uji
anova menunjukkan hanya kelompok dosis sedang yang memiliki perbedaan yang signifikan dari hari 7, 14 dan 21 dengan p=0,01. Untuk
mengetahui adanya perbedaan yang bermakna antara masing – masing kelompok dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Berdasarkan uji Post Hoc
kelompok yang berbeda adalah kelompok hari 7 dengan hari 14.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.3 Perbandingan persentase limfosit antara Mencit BALBc yang diberikan ekstrak etanol jinten hitam dan Mencit BALBc yang tidak
diberikan ekstrak etanol jinten hitam
Mekanisme jinten hitam terhadap sistem imun belum jelas diperkirakan dengan cara meningkatkan aktivasi limfosit dan poliferasi
atau meningkatkan makrofaq dan limfosit T – helper Banaceraf dan Unanue, 1979
Peningkatan limfosit dapat dindikasikan bahwa ekstrak etanol jinten hitam mempunyai aktivitas imunostimulator. Limfosit merupakan
sel yang terlibat pada aktivitas respon imun spesifik Limfosit merupakan kunci utama sistem kekebalan yang mampu melawan agen asing. Ada dua
jenis kekebalan, yaitu kekebalan humoral dan seluler. Kekebalan humoral melibatkan peranan antibodi yang bersirkulasi sebagai gamma globulin,
yang dilakukan oleh limfosit B. Sedangkan kekebalan seluler adalah sistem pertahanan yang dilakukan oleh limfosit T, bertanggung jawab
terhadap reaksi alergi tertunda delayed allergy reaction dan penolakan transplantasi jaringan asing, membentuk pertahanan utama terhadap
infeksi virus, jamur dan beberapa bakteri Ganong, 2003. Persentase limfosit pada hari 7, hari 14 dan hari 21 menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan p0,05 terhadap setiap kelompok perlakuan.
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000
Hari ke - 7 Hari Ke - 14
Hari ke 21 Kontrol
Dosis Rendah Dosis Sedang
Dosis Tinggi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.4 Interleukin 1