70
kerugian serta neraca keuntungan kepada komite manajemen bursa efek, dengan jarak tidak lebih dari 3 bulan.
4. Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi HST
tiap-tiap perusahaan dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali.
5. Saham tidak boleh diperjualbelikan dengan harga lebih tinggi
dari HST. 6.
Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST. 7.
Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang terlibat dalam bursa efek itu mengikuti
standar akuntansi syariah. 8.
Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu periode perdagangan setelah menentukan HST.
9. Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam
periode perdagangan, dan dengan harga HST.
D. Pembagian Keuntungan Investasi Saham
Perdagangan yang didasarkan atas dasar suka sama suka tanpa dibarengi oleh unsur-unsur penipuan, spekulasi, dan
eksploitasi manusia atas manusia amatlah dianjurkan oleh Islam, karena unsur-unsur tersebut membawa kepada kerugian pihak lain;
yang di dalam al-Quran digambarkan dengan memakan harta orang lain dengan cara yang batal.
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta kamu di antara kamu dengan jalan yang batil
dengan melanggar ketentuan agama atau persyaratan yang
disepakati… al-Nisa‟4: 29.
62
Pengertian suka sama suka dalam ayat ini bukan dalam bentuk kamuflase, yang pada lahirnya terlihat unsur kerelaan tapi
pada batinnya ada unsur keterpaksaan. Pernyataan suka sama suka dalam ayat ini memang merupakan suatu perasaan atau kehendak
yang tidak kelihatan dari luar, tetapi muncul dari hati masing- masing pedagang dalm rangka mendapatkan ridha dari Allah, yang
diungkapkan dalam tindakan yang tulus. Cara berdagang seperti
62
Quraisy Shihab, al- Qur‟an Maknananya Jakarta: Lentera Hati,
2010, 83
71
inilah yang dipuji oleh Rasulullah Saw. Dalam sebuah sabdanya yang berbunyi:
Dari Rifa‟ah ibn Rafi‟ bahwa Rasulullah Saw. ditanya orang tentang apa profesi yang terbaik? Rasulullah menjawab:
“Berusaha dengan tangan sendiri dan setiap jual beli itu adalah diberkati” HR al-Bazzar dan dinyatakan shahih oleh al-Hakim
Oleh sebab itu, segala keuntungan yang diperoleh melalui jual beli yang diberkati oleh Allah akan memberikan manfaat yang
besar bagi para pedagang, jika hak-hak orang lain pada keuntungan tersebut juga dikeluarkan.
63
Sistem dan mekanisme perdagangan saham di pasar perdana, sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, masih
merupakan perdagangan biasa, di mana selembar saham diperdagangkan sesuai dengan kuantitas yang masih wajar.
Artinya, saham ditawarkan dengan mengajukan harga tertentu yang ditetapkan berdasarkan keadaan perusahaan dan kekuatan
pasar. Oleh sebab itu, keuntungan yang diperoleh dari perdagangan saham ini masih dalam batas-batas yang wajar dan dilakukan
dengan prinsip transparansi, sehingga pemilik saham mengetahui segala persoalan yang berkaitan dengan perusahaan dan
prospeknya di masa yang akan datang.
Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan go public akan dibagi kepada seluruh pemegang saham sesuai dengan persentase
saham masing-masing. Oleh sebab itu, pembagian keuntungan ini sejalan dengan sabda Rasulullah Saw. yang menyatakan:
Dari Abu Hurairah ra. berkata dia: telah bersabda
Rasulullah Saw..: “Keuntungan itu berimbang dengan tanggung jawab
HR al-Bukhari Kemudian jika dianalogikan dengan akad al-syirkah dalam
ekonomi Islam, maka pembagian keuntungan tersebut juga
63
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Turmudzi, Rasulullah Saw..menyatakan:
“Bahwa pada setiap harta seseorang itu ada hak orang lain”. Di antara hak-hak orang lain yang ada pada harta seseorang itu
adalah dalam bentu sedekah, nafkah, infak, dan zakat.
72
disesuaikan dengan persentase saham yang dimiliki oleh para investor.
64
Pembagian keuntungan ini, pihak perusahaan harus bersifat transparan dan dibicarakan dalam Rapat Umum Pemegang
Saham RUPS, sehingga tidak terjadi kecurangan-kecurangan. Untuk itu, bagi suatu perusahaan yang akan membagi
keuntungannya dividen diperlukan audit perusahaan tersebut, sehingga berapa jumlah keuntungan perusahaan pada tahun yang
sudah berjalan dapat diketahui oleh para investor sebagai pemilik kolektif dari perusahaan tersebut.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan, dapat pula dijadikan modal tambahan terhadap perusahaan dalam upaya
mengembangkan perusahaan. Jika hal ini dilakukan, maka keuntungan yang diperoleh para investor sesuai dengan persentase
saham masing-masing dijadikan sebagai saham tambahan bagi yang bersangkutan. Cara seperti ini di dalam hukum ekonomi
Islam dapat dibenarkan, bahkan amat dianjurkan agar sebuah perusahaan, sebagai bentuk kerjsama dan dalam rangka saling
menolong, dapat berkembang, dan dengan sendirinya keuntungan yang diharapkan pun bertambah besar. Di sisi lain, kelebihan dana
atau modal yang diperoleh oleh perusahaan dan dibagikan kepada investor merupakan harta yang produktif dan bisa menggairahkan
ekonomi.
Dengan demikian, investasi dalam bentuk pembelian saham di pasar perdana ini dapat dianalogikan sebagai syirkah al-
„inan dalam hukum ekonomi Islam, di mana masing-masing investor
yang menanamkan investasi di suatu perusahaan tersebut tidak harus sama kuantitasnya. Atas dasar itu pula, keuntungan yang
diperoleh oleh masing-masing investor juga tidak sama, melainkan disesuaikan dengan besarnya saham masing-masing.
Dalam hal perusahaan yang go public itu bangkrut, maka seluruh kerugian ditanggung bersama oleh pemegang saham
masing-masing. Hal ini sejalan dengan sebuah pernyataan Ali ibn Abi Thalib yang menyatakan:
”Laba keuntungan itu tergantung kepada apa yang mereka sepakati” Sebaliknya, kerugian yang
diderita oleh perusahaan juga sesuai dengan jumlah modal masing-
64
Lihat Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu. Damaskus : Daar el-Fikr, 1997Jilid IV, h. 643
73
masing.
65
Prinsip keadilan seperti inilah yang harus ditegakkan sehingga perjalanan perusahaan menjadi sehat dan nuansa saling
membantu dan tolong menolong antara pengelola perusahaan dengan pemegang saham dapat terjalin dan tercapai dengan baik.
66
Lebih lanjut, pembagian keuntungan yang diperoleh dari penjualan saham di pasar sekunder, sebenarnya juga sama halnya
dengan pembagian keuntungan yang diperoleh dari penjualan saham di pasar perdana, yaitu dibagi sesuai dengan jumlah modal
yang diinvestasikan dalam bentuk pemilikan saham. Persoalan yang muncul kemudian adalah terjadinya kenaikan harga saham
secara mendadak, yang menyebabkan keuntungan pun muncul secara mendadak. Seandainya kenaikan harga saham suatu
perusahaan yang go public tersebut dalam bentuk perdagangan yang sehat maka cara-cara mendapatkan keuntungan tersebut tidak
menjadi persoalan. Hanya saja, disamping karena prospek perusahaan cukup baik, kenaikan harga saham suatu perusahaan di
pasar sekunder juga amat dipengaruhi oleh pedagang perantara, permainan harga saham dalam bentuk netting, short selling, insider
trading
dan corner; yang keempat bentuk tindakan ini tidak dapat diterima dan disahkan oleh hukum ekonomi Islam.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa permainan harga saham dengan cara netting dan short selling dalam hukum
ekonomi Islam disebut dengan al-ihtikar dan perbuatan ini dilarang oleh ajaran Islam, karena mengandung unsur zhulm
aniayakezaliman. Di sisi lain permainan netting dan short selling
ini menjadikan pasar tidak sehat dan perkembangan harga pasar tertekan dan prinsip transparansi harga tidak ada. Dikatakan
demikian, para pemburu saham mulai memborong saham-saham yang ditawarkan dan menahannya sampai harga saham naik, untuk
kemudian melepasnya ke pasar dengan harga tinggi. Cara seperti inilah yang dalam ekonomi Islam disebut dengan al-ihtikar, dan
tindakan seperti ini oleh Rasulullah Saw.dalam sabda beliau yang berbunyi :
65
Muhammad Nejatullah Siddiq, Kemitraan Usaha dan Bagi Hasil dalam Hukum Islam,
Penerjemah, Fakhriyah Mumtihani Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996, 15
66
Lihat Taqiyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam
Surabaya: Risalah Gusti, 1996, 157
74
Dari Ma‟mar ibn „Abdillah ra. Berkata dia, sesungguhnya Rasulullah telah bersabda: “Tidak boleh ada perbuatan ihtikar
penimbunan suatu komoditi oleh pedagang sehingga harga melonjak dan ketika itu komoditi tersebut batu dilepas ke pasar,
kecuali bagi orang-orang yang berbuat salah HR Muslim
Dalam kaitannya dengan permainan netting dan short selling
di pasar sekunder, secara riil hal ini dapat mengganggu kestabilan harga saham di Bursa Efek, apalagi kalangan peminat
saham tindakan ini dikenal dengan nama “menggoreng saham”, yang sudah pasti bersifat negatif terhadap stabilitas harga di Bursa
Efek. Kemudian yang tak kalah peranannya dalam permainan
harga saham di lantai bursa sehingga harga saham menjadi sangat tidak stabil adalah permainan insider trading dan corner, yaitu
permainan orang dalam untuk memanipulasi pasar, dengan cara melakukan transaksi fiktif dalam penjualan saham. Dalam hukum
ekonomi Islam permainan seperti ini bisa dianalogikan dengan
“bai‟u al-hadhir li badin”, yang dilarang oleh Rasululllah Saw. Majelis Tarjih Muhammadiyah, menyatakan bahwa
terdapat sisi positif dan negatif dalam perdagangan saham di Bursa Efek. Unsur positifnya adalah upaya memobilisasi dana
masyarakat dalam memajukan suatu perusahaan. Bahkan lebih dari itu, perdagangan saham di Bursa Efek bisa menjadi standar
peredaran uang di suatu negara. Sementara unsur negatifnya adalah karena adanya unsur spekulasi, jahalah, dan gharar, yang
semuanya itu dilarang dalam Islam; apalagi jika dibarengi dengan permainan netting, short selling, insider trading, dan corner.
67
Sementara itu Muhammad Syafi‟i Antonio, pengamat ekonomi Islam di Indonesia. menyatakan bahwa unsur spekulatif
di pasar modal sangat tinggi dan termasuk kedalam kategori gharar faisy unsur spekulasi yang amat tinggi dan dapat
menimbulkan uncertainty terhadap hukum dari sisi harga. Di samping itu, perusahaan yang go public tidak menjadikan publik
sebagai penentu keputusan, melainkan keputusan ditentukan oleh
67
Laporan Wartawan dalam, Editor, No. 12Tahun III25 November 1989, 13.
75
pemilik utama saham, karena yang bersangkutan memiliki lebih dari 50 saham perusahaan tersebut.
68
Disadari bahwa pada setiap perdagangan akan ada unsur- unsur spekulasi, namun unsur spekulasi yang besar akan membawa
kepada ketidakstabilan pasar, sekaligus fluktuasi harga akan muncul, sehingga para konsumen akan resah. Di sisi lain, bahwa
Bura Efek dapat menggairahkan perekonomian suatu negara, yang pada akhirnya akan membawa dampak positif bagi rakyatnya.
Akan tetapi, kegairahan perekonomian di Bursa Efek semestinya tidak melalui cara-cara yang tidak santun dan hormat, sehingga
keuntungan yang diperoleh pun tidak tercemar oleh sikap dalam berdagang. Sebab, walau bagaimana pun suatu cara dalam
mencapai suatu tujuan yang baik, harus dilakukan dengan baik
pula, karena cara yang baik itu disyari‟atkan oleh Allah; sebaliknya cara yang tidak baik dilarang oleh Allah,
69
dan setiap tindakan hukum yang tidak berhasil mencapai tujuan yang diridhai
Allah, tindakan hukum itu dianggap batal.
70
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa hukum syariah dalam perdagangan saham di pasar sekunder
diperbolehkan. Hal tersebut digambarkan dalam mekanisme penawaran saham, mekanisme harga saham dan Pembagian
keuntungan investasi saham.
68
Muhammad Syafi‟i Antonio, Asuransi Takaful, Jakarta: Tim Asuransi Takaful, 1996, 34.
69
Ibnu Qayyim, Al Thuruq al Hukmiyyah fîî al Siyâsah al syar‟iyyah
Kairo: Mu‟assasah al „Arabiyyah li al Thibâ‟ah wa al Nasyr, 1961, h. 16-17, dan lihat juga bukunya,
Bada‟i‟u al-Fawa‟id, Beirut: Dar al-Fikr, tt., 153.
70
„Izzuddin ibn „Abd al-Salam, Qawa‟id al-Ahkam fi al-Anam Beirut: Dar al-Kutub al-
„Ilmiyyah, tt., 121.
77
BAB IV PRINSIP EKONOMI ISLAM DALAM PERDAGANGAN