32
BAB III HUKUM SYARIAH TERHADAP PERDAGANGAN SAHAM
DI PASAR SEKUNDER
Pada bab sebelumnya, telah dikemukakan hal yang berkaitan dengan perdebatan akademik dalam perdagangan saham di pasar
modal.
Dalam bab ini, akan dikemukakan analisis syariah terhadap perdagangan saham di pasar sekunder. Hal tersebut digambarkan
dalam mekanisme penawaran saham, mekanisme harga saham dan Pembagian keuntungan investasi saham.
A. Mekanisme Penawaran Saham
Mekanisme penawaran saham, merupakan cara yang digunakan oleh penjual maupun pembeli untuk memperdagangkan
saham, hal ini berlaku umum di berbagai negara yang menyelenggarakan bursa saham.
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, bahwa ada dua bentuk penawaran saham di Bursa Efek, yaitu
penawaran melalui Pasar Perdana dan penawaran melalui Pasar Sekunder. Harga saham yang ditawarkan pada kedua pasar ini bisa
berbeda secara mayoritas. Harga saham di Pasar Sekunder, jauh lebih tinggi dibandingkan harga saham di Pasar Perdana. Berikut
ini adalah analisis penawaran saham di kedua pasar ini melalui pendekatan hukum Islam.
1. Penawaran saham di Pasar Perdana
Pasar perdana adalah bagian dari pasar modal yang berhubungan dengan penerbitan efek baru. Perusahaan, pemerintah
atau
lembaga-lembaga sektor publik dapat memperoleh dana melalui penjualan saham baru atau penerbitan obligasi.
Pasar perdana primary market adalah pembelian surat berharga oleh investor sebelum surat berharga tersebut dicatatkan
di bursa utama. Dalam pasar perdana, proses transaksi dilakukan oleh investor dan perusahaan yang menerbitkan surat
berharga melalui perantara pialang.
1
1
Marzuki Usman, at all, Pengetahuan Dasar pasar Modal, Jakarta: IBI, 1997, . 175.
33
Harga saham di Pasar Perdana, sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya
, merupakan harga yang disepakati oleh emiten dengan penjamin emisi, dan harga ini tidak bisa ditawar.
Harga saham yang dittetapkan ini melebihi harga nominal yang tertera di lembaran saham. Kelebihan harga ini didasarkan atas
prospek perusahaan yang menjual saham dan kekuatan permintaan pasar. Semakin banyak permintaan saham di pasar perdana
semakin tinggi harga saham tersebut. Dengan demikian, tinggi rendahnya harga saham di pasar perdana amat tergantung kepada
kekuatan permintaan pasar, dan termasuk ke dalam hukum supply and demand
penawaran dan permintaan. Jika dilihat dari kacamata hukum Islam, perkembangan
harga juga didasarkan atas hukum supply and demand, yaitu semakin banyak permintaan semakin tinggi harga suatu komoditi.
Istilah ini, dalam hukum ekonomi
Islam
disebut dengan hukm al- „arad{ wa al-t}alab. Dalam persoalan harga, pemerintah tidak
boleh ikut campur menentukannya, sesuai dengan sabda Rasulullah Saw.yang menyatakan :
2
Dari Anas ibn Malik berkata dia: Telah melonjak harga di pasar pada
masa
Rasulullah Saw. Mereka para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, tetapkanlah harga bagi kami.
Rasulullah menjawab: Sesungguhnya Allah-lah yang menguasai, yang member rezeki, yang memudahkan, dan yangn menetapkan
harga. Saya sungguh berharap bertemu dengan Allah dan tidak seorang pun boleh meminta saya untuk melakukan suatu
kezaliman dalam persoalan jiwa dan dalam perosalan harta.
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, tokoh fikih dari kalangan Hambali, hadis ini disabdakan Rasulullah SAW ketika
para sahabat
memintanya
untuk menetapkan harga al- Tas‟ir
komoditas yang diperjualbelikan di pasar, sedangkan harga barang dalam keadaaan normal. Kenaikan harga ketika itu adalah
disebabkan permintaan yang banyak, sementara stok barang menipis. Dalam keadaaan seperti ini, sebagaimana yang
dinyatakan Rasulullah Saw dalam hadis ini di atas, penetapan harga oleh pemerintah merupakan suatu tindakan yang zalim; dan
2
Abu Daud as-Sijistani, Sunan Abi Daud, Mesir: Mustafa al-babi Al- Halabi, 1958, 272.
34
berbuat zalim hukumnya haram.
3
Sebaliknya, jika pemintaan sedikit sedangkan stok barang menumpuk, maka sesuai dengan
hukum pasar, harga komoditas tersebut akan melemah. Akan tetapi, jika komoditas yang menumpuk dengan harga yang lemah
itu diborong oleh seorang pedagang, lalu disimpannya, dengan tujuan ketika harga komoditi itu naik baru kmoditi itu dilepas ke
pasar, maka tindakan seperti ini juga merupakan suatu kezaliman,
4
dalam hal ini pemerintah boleh, bahkan wajib turun tangan untuk mengendalikan harga tersebut, dan menghukum pelaku
penumpukanpenimbunan komoditi tersebut.
5
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa agio, kelebihan harga saham yang berhasil dijual di pasar perdana dari
harga nominal saham, merupakan sesuatu yang diperbolehkan syara‟, karena kelebihan harga itu didasarkan atas hukum
mekanisme pasar supply and demand. Penjualan saham di pasar perdana itu dianggap sebagai objek jual-beli al-
Sil‟ah, yang sudah tentu mempunyai harga jual di pasar, atas kesepakatan
antara pemilik dengan penjual. Transaksi saham di pasar perdana juga demikian halnya, yaitu kesepakatan harga antara emiten
dengan penjamin emisi dikaitkan dengan permintaan pasar. Oleh sebab itu, penjualan saham di pasar perdana dengan adanya agio,
merupakan sistem transaksi yang normal dalam hukum Islam.
Keabsahan transaksi saham di pasar perdana ini tentu saja harus dibarengi dengan suatu prinsip utama dalam Islam, yaitu
„an tarad}in minkum
atas dasar suka sama suka di antara kamu. Kemudian di sisi lain, tingkat harga saham yang terjadi di pasar
perdana amat ditentukan oleh kekuatan pasar dan prospektus dari perusahaan pemilik saham. Seseorang dalam membeli saham amat
mempertimbangkan prospek dari perusahaan yang menjual saham,
3
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, ath-Thuruq al-Hukmiyyah fi as-Siyahsah asy-
Syar‟iyyah Kairo: Mu‟assasah al-„Arabiyyah li ath-Thiba‟ah wa an-Nasyr. 1961, 285.
4
Tindakan penimbunan barang dengan tujuan harga komoditi naik dan ketika naik baru komoditi itu dilepas ke pasar dalam hukum Islam disebut
dengan al-ihtikar. Perbuatan ihtikar ini, menurut hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ibn al-
Hajjaj dari Ma‟mar ibn „Abdillah adalah dilarang. Lihat Imam Muslim ibn al-Hajjaj, Shahih Muslim, Beirut: Dar al-
Kutub al- „Ilmiyah, 1983, 56.
35
dan sudah dapat dipastikan tujuan dari pembelian saham itu adalah untuk mendapatkan keuntungan. Suatu perusahaan yang memiliki
prospektus yang baik dan cerah, tentu saja harga sahamnya akan melonjak, karena amat diminati oleh investor, sehingga semakin
banyak saham suatu perusahaan yang dibeli investor, semakin baik dan cerah eksistensi dan masa depan perusahaan tersebut. Atas
dasar itu, kelebihan harga saham yang diperjualbelikan di pasar perdana dari harga nominal, menunjukkan bahwa perusahaan itu
memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. Implikasi lebih lanjut akan membawa kesejahteraan kepada perusahaan, para
investor, dan keuangan negara. Hal ini sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh hukum Islam, yaitu untuk mencapai
kemaslahatan.
2. Penawaran Saham di Pasar Sekunder
Penjelasan tentang dibolehkannya saham telah membuka peluang jual beli menurut harga pasar. Institusi yang
memungkinkan terjadinya jual beli ini adalah bursa efek sebagai pasar sekunder.
6
Penawaran umum public offering biasanya berlangsung dalam suatu periode tertentu. Periode penawaran
umum adalah periode dimana efek ditawarkan kepada investor oleh penjamin emisi melalui para agen penjualan yang
ditunjuk. Sementara yang dimaksud dengan penjatahan saham adalah pengalokasian efek pesanan para investor sesuai dengan
jumlah yang tersedia, apabila suatu efek mulai tercatat di bursa, maka pada saat itulah efek tersebut mulai diperdagangkan di
bursa. Perdagangan ini masuk ke pasar sekunder secondary market
.
7
Harga saham di pasar sekunder tidak lagi ditentukan oleh emiten dan penjamin emisi underwriter sebagaimana halnya di
pasar perdana. Akan tetapi, berdasarkan teori penawaran dan permintaan supply and demand, disamping juga ditentukan oleh
prospek perusahaan yang menerbitkan saham emiten. Atas dasar
6
Iggi H Achsien. Investasi Syariah di Pasar Modal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000, 62.
7
Marzuki Usman, at all, Pengetahuan Dasar pasar Modal, Jakarta: IBI, 1997, 176.
36
itu, harga saham di pasar sekunder bisa lebih tinggi dari harga saham di pasar perdana. Hal ini tergantung kepada permintaan
pasar, sehingga harga saham di pasar sekunder bisa berfluktuasi sangat tinggi, dan hal ini akan menjadikan para investor
kebingungan dan melakukan berbagai spekulasi. Misalnya, saham X secara drastis naik 30 dalam waktu beberapa menit dan bisa
turun sampai 60 dalam waktu beberapa jam kemudian. Turun naiknya harga saham ini terjadi disebabkan adanya unsur
permainan yang dilakukan oleh spekulan untuk mendapatkan keuntungan capital gain dalam waktu singkat.
8
Beberapa kegiatan di pasar modal yang seringkali menjadi bahan diskusi terkait isu aspek kesyariahan baik oleh akademisi
maupun pelaku pasar adalah pelaksanaan perdagangan Efek di bursa. Perdagangan Efek di bursa pada umumnya dilakukan
melalui beberapa tahapan yaitu tahapan pembukaan rekening, tahap order, tahap pelaksanaan transaksi, tahap kliring dan
penjaminan serta penyelesaian.
Mekanisme dan tahapan perdagangan Efek tersebut, juga berlaku untuk perdagangan Efek Syariah di bursa. Oleh karena
itu, untuk mengetahui apakah pelaksanaan perdagangan Efek Syariah di bursa tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah
di Pasar Modal, kita perlu mengetahui secara detail isu-isu syariah dalam pelaksanaan kegiatan pada tiap-tiap tahapan.
Dari sisi syariah, keseluruhan transaksi baik transaksi di bursa maupun di luar bursa harus tunduk kepada hukum islam
tentang transaksi Sebelum menjadi istilah dalam capital dan financial market
dengan segala distorsinya akibat
berbagai penyalahgunaan, Trading secara substansi merupakan aktivitas
jual beli atau bai. Prinsip umum syariah dalam jual beli sebagaimana dapat
disimpulkan dari pendapat para ulama dalam kitab-kitab fiqih seperti M. Rifai dalam Kifayatul Akhyar 184 dan Wahbah Az-
Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu yaitu:
1 Pada dasarnya diperbolehkan transaksi jual beli sebagai
salah satu sarana yang baik dalam mencari rezki. QS. al-
8
Yasso Winarto, Pasar Modal Indonesia Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. 1997, 425.
37
Baqarah: 194, an-Nisa: 29 2
Barang ataupun instrumen yang diperjualbelikan itu harus halal sehingga dilarang menjualbelikan barang haram
seperti miras, narkoba, bunga bank ribawi. QS. al- Maidah: 3, 90
3 Bermanfaat dan bermaslahat dengan adanya nilai guna
bagi konsumen maupun pembeli serta tidak membahayakan.
4 Barang yang diperjualbelikan dapat diserahkan, baik secara
langsung keseluruhan maupun secara simbolis 5
Barang yang diperjualbelikan harus jelas keadaannya, sifat-sifatnya, kualitasnya, jumlah dan satuannya dan
karakteristik lainnya. 6
Dilakukan proses ijab qabul baik dalam arti tradisionalnya maupun modern.
seperti dalam paper trading yang menampilkan dokumen dagang berupa kertas maupun elektronic trading e-
commerce yang menampilkan data komputer dan data
elektronik lainnya paperless trading. Kedua media tersebut substansinya menunjukkan sifat barang, mutu,
jenis, jaminan atas kebenaran data dan dokumen serta bukti kesepakatan transaksi dealing.
7 Transaksi dilangsungkan atas dasar saling sukarela an
taradhin , kesepahaman dan kejelasan. QS. an-Nisa: 29
8 Tidak ada unsur penipuan maupun judi gambling. QS.
al-Baqarah: 278, al- Maidah: 90 9
Adil, jujur dan amanat QS. al-Baqarah: 78
10 Dalil umum transaksi jual-beli dalam Allah berfirman:
dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...
QS. al-Baqarah: 275. Hai orang yang beriman Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu,
QS. an-Nisa: 29. Hai orang yang beriman Penuhilah akad- akad itu
QS. al-Maidah: 1.
kamu tidak boleh menganiaya dan tidak pula dianiaya
QS. al-Baqarah: 279.
38
Ajaran Islam amat mementingkan faktor kebenaran dan kejujuran dalam suatu transaksi, sehingga segala bentuk penipuan,
sikap-sikap eksploitasi, dan membuat pernyataan palsu adalah dilarang. Rasulullah Saw menyatakan:
“Apabila dua orang yang melakukan suatu transaksi bersikap jujur dan benar, maka jual beli tersebut akan mendatangkan
kebaikan untuk mereka. Apabila mereka tidak berterus terang dan berbohong, maka transaksi tidak mereka capai
HR al-Bukhari.
9
Atas dasar itu, setiap pedagang berkewajiban untuk menjelaskan kekurangan atau cacat komoditas yang dijualnya,
sehingga pembeli tidak tertipu, merasa kesal, dan sakit hati. Jika unsur penipuan, eksploitasi, dan hal-hal yang merugikan pihak
konsumen, terdapat pada suatu transaksi, maka Rasulullah Saw. memberi hak kepada konsumen untuk membatalkan atau
menerima transaksi itu apa adanya. Hak yang diberikan Islam ini disebut dengan Haq al-Khiyar. Hak Khiyar ini ada yang disebut
dengan khiyar al-shart} khiyar yang digunakan ketika salah satu atau beberapa syarat yang disepakati bersama tidak terpenuhi, ada
khiyar al-s}ifah
khiyar yang digunakan ketika sifat objek transaksi tidak terpenuhi, ada khiyar al-
ru‟yah khiyar yang digunakan karena ketidakjelasan komoditas yang ditransaksikan, dan ada
khiyar al- „aib khiyar yang digunakan ketika komoditas yang
menjadi objek transaksi mengandung cacat.
10
Tujuan disyari‟atkannya khiyar dengan segala bentuknya ini adalah agar
dalam suatu transaksi tidak ada pihak-pihak yang dirugikan, sehingga tidak terjadi pengambilan hak orang lain secara batil,
sebagaimana firman Allah yang menyatakan:
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta kamu di antara kamu dengan jalan yang batil dengan
melanggar ketentuan agama atau persyaratan yang disepakati… al-
Nisa‟4: 29
11
9
Muhammad ibn Ismail al-bukhari, S}ahih al-Bukhari Beirut: Dar al- Kitab al-Islami, tt., 8.
10
Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu Damaskus : Daar el-Fikr, 1997, 519.
11
Quraisy Shihab, al- Qur‟an Maknananya Jakarta: Lentera Hati,
2010, 83.
39
Rasulullah melarang segala bentuk bisnis yang mendatangkan uang yang diperoleh melalui cara untung-untungan,
spekulasi, dan ramalan prediksi yang bukan atas dasar suatu usaha dan fakta. Di antara bentuk-bentuk transaksi yang
mengandung unsur untung-untungan, spekulasi, dan prediksi tersebut adalah:
a. Transaksi habal al-hablah, yaitu memperjualbelikan seekor
unta betina, sementara unta tersebut belum lahir, tetapi diduga akan segera lahir sesuai dengan jenis kelamin yang
diharapkan.
12
Perdagangan saham di pasar sekunder, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, mengandung unsur
spekulasi, prediksi, dan untung-untungan sebagaimana yang digambarkan dalam sabda Rasulullah tentang jual beli habal
al-hablah
. b.
Transaksi muzabanah, yaitu tukar menukar buah yang masih segar dengan yang sudah kering dengan gambaran bahwa
buah yang sudah kering sudah dapat dipastikan jumlahnya, sementara buah yang masih segar masih berada di pohon.
Bentuk lainnya adalah muhaqalah, yaitu penjualah gandum ditukar dengan gandum yang masih ada di dalam butirnya
yang jumlahnya menggunakan sistem terkaan. Rasulullah Saw.dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Jabir ibn
Abdullah dan Abu Sa‟id al-Khudri melarang bentuk jual beli muzabanah
dan muhalaqah ini.
13
Termasuk ke dalam hal ini jual beli sebelum mendapatkan apa yang menjadi miliknya. Artinya, komoditas yang belum
dimiliki belum bisa ditransaksikan, karena dalam transaksi ini terkandung unsur yang meragukan dan bersifat spekulatif. Dengan
demikian unsur gamblingnya amat kental. Akibatnya pihak-pihak yang melakukan transaksi khususnya pembeli akan dirugikan.
Rasulullah Saw, sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Umar mengatakan: Barang siapa membeli makanan,
ia tidak boleh menjualnya sebelum ia menerima barangnya.
14
12
Imam Muslim ibn al-Hajjaj, s{ahih Muslim Beirut : Darul Ihya at- Turats al-
„Arabi, 1978 798.
13
Muhammad Ibn Ismail a-Kahlani al- S}an‟ani, Subul al-Salam
Beirut: Dar al-Fikr, 1985, Jilid III, 14.
14
Abu Daud, Jilid III, 60
40
Di samping itu, suatu transaksi dalam Islam juga tidak boleh mengandung kesamaran, karena akan membawa kepada
sesuatu yang bersifat ketidakpastian uncertainly. Kurangnya informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan objek dan proses
suatu transaksi akan menimbulkan sifat keraguan dan ketidakpastian, yang pada akhirnya akan menghilangkan sifat
keadilan dalam transaksi tersebut. Di dalam Islam, salah satu syarat sah suatu transaksi adalah mengetahui secara jelas objek
yang ditransaksikan, sehingga tidak menimbulkan kekecewaan pihak konsumsen di kemudian hari.
Kemudian, Islam juga melarang transaksi jual beli yang mengandung unsur gambling perjudian, karena transaksi seperti
ini semata-mata didasarkan atas suatu spekulasi yang menimbulkan risiko dan ketidakpastian. Termasuk ke dalam
bentuk transaksi ini adalah yang didasarkan atas prediksi arah pasar di masa yang akan datang oleh para investor melalui
kemampuan dan pengetahuannya. Atas dasar prediksi ini para investor berupaya untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya
melalui cara transaksi yang berbentuk gambling. Segala bentuk upaya melalui gambling akan senantiasa bergantung kepada nasib,
sementara sikap spekulasi menampakkan ciri-ciri anti sosial. Sikap tergantung pada nasib dan anti sosial tidak sejalan dengan ajaran
Islam, karena berlawanan dengan sikap etos kerja yang ditanamkan Islam bagi setiap umatnya.
Afzalur Rahman, dalam bukunya, Economic Doctrines of Islam
, menyatakan bahwa bentuk-bentuk transaksi yang mengandung unsur gharar dan jahalah itu di antaranya:
15
a Jual beli barang yang belum dibuat;
b Jual beli barang yang belum ada di tangan penjual;
c Jual beli buah-buahan yang belum masak;
d Jual beli barang yang belum ditentukan harga, jumlah, dan
kualitasnya; dan e
Jual beli barang yang menguntungkan satu pihak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semua bentuk
bisnis yang mengandung unsur-unsur yang telah disebutkan di atas digolongkan sejenis dengan gambling perjudian dan oleh
15
Afzalur Rahman, Economic Doctrines of Islam Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1996, 183.
41
karenanya tidak diakui oleh Islam berdasarkan pernyataan- pernyataan dari ayat-ayat al-
Qur‟an dan al-Sunnah Rasulullah Saw. Ada petunjuk yang tegas untuk meninggalkan berbagai
bentuk judi dan agar setiap muslim menghindarkan diri dari pengaruh judi dalam rangka menentramkan dan mensejahterakan
masyarakat. Apabila peringatan dan larangan ini dilanggar, maka mereka akan menerima konsekuensi perbuatan tersebut.
Islam menempatkan dan memberi kebebasan kepada para pelaku ekonomi dalam menentukan harga pasar dan turun naiknya
harga secara normal ditentukan oleh mekanisme pasar. Namun Islam mengecam dengan keras terjadinya kenaikan harga karena
ulah para spekulan yang ingin meraup keuntungan yang besar dalam waktu yang singkat, sebagaimana yang terjadi di pasar
sekunder. Dalam kaitan dengan ini Ibnu Taimiyyah mengemukakan bahwa setiap penyimpangan dari pelaksanaan
ekonomi yang jujur, seperti sumpah palsu, takaran yang tidak tepat, dan niat jelek, dikecam oleh Islam.
16
Lebih lanjut, Muhammad Nejatullah Siddiqi menjelaskan bahwa Islam memberikan kepercayaan yang sangat besar terhadap
mekanisme pasar. Kepercayaan Islam terhadap mekanisme pasar hendaklah dipahami dengan lurus dan benar, di mana secara
operasional mekanisme pasar berkolerasi secara langsung dengan tindakan-tindakan para konsumen dan produsen. Agar terbentuk
mekanisme pasar yang Islami secara mutlak, falsafah moral Islam menggabungkan norma keadilan sosial ekonomi, distribusi
pendapatan, pemerataan kekayaan, dan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, pasar merupakan gabungan aspek spiritual dan
peranan pemerintah.
17
Di antara peran pemerintah tersebut adalah: a menjaga hukum dan ketertiban serta mengamankan
keselamatan dan harta benda semua orang; b menjamin berlakunya mekanisme etik bisnis Islam; c menjamin mekanisme
16
Ibnu Taimiyyah, al-Hisbah fi al-Islam wa Wazhifah al-Hukumah al-Islamiyyah
Beirut: Dar al-Kutub al- „Ilmiyyah, 25.
17
Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, alih bahasa Anas Sidik Jakarta: Bumi Aksara, 1991, 57.
42
pasar agar berjalan dengan efesien; d menanggung beban sarana sosial dan fisik; dan e mengatur sistem keamanan masyarakat.
18
Allah SWT dalam sebuah firman-Nya telah menyatakan bahwa dalam gambling tersebut memang ada manfaatnya, namun
sisi kemudaratannya kerugiannya lebih besar. Mereka bertanya kepadaku tentang khamar segala
minuman yang memabukkan dan judi, katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. QS al- Baqarah2: 219
19
Manfaat yang terdapat dalam gambling sifatnya hanya sesaat, dan hal itu tidak dapat menyelesaikan berbagai persoalan
ekonomi yang dihadapi manusia. Oleh karena bahayanya yang besar inlah agaknya Allah SWT kemudian menyatakan dengan
tegas bahwa perbuatan judi itu adalah perbuatan dilarang.
Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya khamar dan
segala yang memabukkan meskipun sedikit, judi, berkorban untuk berhala-berhala, panah-panah yang digunakan untuk
mengundi nasib adalah perbuatan kekejian yang termasuk perbuatan setan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu...QS
al- Ma‟idah5: 90
20
Penegasan perjudian sebagai suatu perbuatan yang dilarang karena membawa dampak yang negatif atas perilaku para penjudi.
Hal ini ditegaskan dalam ayat berikutnya yang berbunyi: “Sesungguhnya setan hanya bermaksud menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu melalui khamar dan judi...QS al-
Ma‟idah5: 91
21
Faktor spekulatif yang berlangsung dalam perdagangan saham
di pasar sekunder menurut A. Mannan, pemerhati ekonomi Islam dari Pakistan, disebut juga dengan mengadu untung, yaitu
18
Amin Akhtar,”Kerangka Kerja Struktur Sistem Ekonomi Islam”, dalam Ainur R. Sophiaan Ed., Etika Ekonomi Politik Surabaya: Risalah Gusti,
1997, 101.
19
Quraisy Shihab, al- Qur‟an Maknananya Jakarta: Lentera Hati,
2010, 34.
20
Quraisy Shihab, al- Qur‟an Maknananya Jakarta: Lentera Hati,
2010, 123.
21
Quraisy Shihab, al- Qur‟an Maknananya Jakarta: Lentera Hati,
2010, 123.
43
suatu bentuk usaha yang pada hakikatnya merupakan gejala untuk membeli sesuatu dengan harga murah, kemudian menjualnya
ketika harga tinggi mahal. Apabila harga di masa depan lebih mahal dari harga masa sekarang, maka para spekulan akan
berusaha membeli komoditas tersebut sebanyak-banyaknya, kemudian menjualnya ketika harga sudah mahal. Demikian juga
halnya apabila harga di masa yang akan datang lebih rendah dari harga yang berlaku sekarang, maka para spekulan juga akan
melepas seluruh sahamnya untuk menghindari kemerosotan harga saham di masa yang akan datang.
22
Faktor spekulasi yang terjadi di pasar sekunder sebenarnya dilakukan oleh para investor yang ingin
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, bukan dilakukan oleh perusahaan yang memasarkan saham di Bursa Efek.
Keuntungan yang diperoleh oleh emiten perusahaan yang menjual saham hanya dari sisi bahwa saham perusahaannya menjadi
saham unggulan yang diperebutkan oleh para investor, sehingga memberi prospek yang baik bagi perusahaan tersebut dengan
kepercayaan yang diberikan para investor.
23
Isu-isu syariah yang dikemukakan di atas pada perdagangan Efek terdiri dari banyak hal. Untuk menjelaskan
argumentasi diperbolehkannya perdagangan saham di pasar sekunder, maka penulis ajukan argumentasi pada tahapan
perdagangan saham di pasar sekunder, antara lain pembukaan rekening, pelaksanaan order yang dilakukan perantara,
pelaksanaan transaksi melalui mekanisme perdagangan secara lelang berkesinambungan dan penyelesaian transaksi pada T+3.
Selanjutnya, isu syariah juga muncul ketika proses netting dan novasi dalam kliring dan penjaminan transaksi Efek.
a.
Perdagangan Efek Syariah di Bursa Perdagangan Efek Syariah di Bursa Efek Indonesia BEI
saat ini menggunakan prosedur dan tata cara dengan dapat dilihat pada transaksi investor, sistem perdagangan dengan mekanisme
lelang berkesinambungan continuous auction, jenis pasar yang
22
M. Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Penerjemah Nastangin Yogyakarta: PT Dana Bhakti Waqaf, 1997, 292.
23
Monzer Kahf, Ekonomi Islam Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, 131.
44
digunakan dan tata cara penyelesaian dan penjaminan transaksi Efek tersebut.
Berdasarkan beberapa Fatwa DSN-MUI terkait pasar modal syariah antara lain Fatwa DSN-MUI Nomor 20DSN-MUIIV2001
tentang Pedoman plaksanaan investasi Untuk Reksa Dana Syariah
24
, Fatwa DSN-MUI nomor 40DSN-MUIX2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di
Pasar Modal
25
, serta Fatwa DSN MUI Nomor 80DSN- MUIIII2011
26
diungkapkan bahwa pada dasarnya transaksi Efek Syariah di pasar sekunder diperbolehkan. Hal ini dengan
argumentasi bahwa transaksi di bursa merupakan fiqh muamalah sehingga hukum asalnya diperbolehkan kecuali ada hal-hal yang
dilarang. Selanjutnya, proses transaksi di bursa merupakan suatu kelaziman dimana di setiap negara yang mempunyai Bursa Efek
akan melaksanakan transaksi dengan tata cara dan prosedur yang relatif sama. Kebolehan dari pelaksanaan transaksi tersebut juga
telah diberikan oleh AAOIFI Nomor 21 tentang Surat Berharga Financial Papers.
27
AAOIFI sebagai satu-satunya standard setter
syariah di dunia telah menyatakan bahwa jual beli saham diperbolehkan. Hal ini dapat diartikan bahwa transaksi saham di
bursa juga telah diperbolehkan. Namun demikian, meskipun diperbolehkan dan merupakan suatu kelaziman, terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam transaksi di bursa yaitu perlu adanya batasan-batasan bahwa transaksi tersebut telah sesuai
syariah atau tidak.
Dalam transaksi di bursa sebagaimana diungkapkan sebelumnya sudah diterbitkan fatwa MUI untuk memberikan kepastian atas
kesyariahan transaksi di bursa. Hal ini sejalan dengan argumentasi bahwa setiap kegiatan amal perlu adanya aturan hukum,
sehingga kegiatan perdagangan sahamEfek Syariah di Bursa perlu dibuatkan fatwa kesyariahan atas transaksi tersebut. Namun
24
Fatwa DSN-MUI Nomor 20DSN-MUIIV2001 tentang Pedoman plaksanaan investasi Untuk Reksa Dana Syariah.
25
Fatwa DSN-MUI nomor 40DSN-MUIX2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal.
26
Fatwa DSN MUI Nomor : 80DSN-MUIIII2011 Tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar
Reguler Bursa Efek.
27
AAOIFI Nomor 21 tentang Surat Berharga Financial Papers.
45
demikian,untuk sampai pada penyusunan fatwa tersebut, perlu dipahami terlebih dahulu secara lebih mendasar hal-hal yang
dilakukan dalam mekanisme perdagangan tersebut.
1 Analisis Aspek Syariah Pada Tahap Pembukaan Rekening
dan Penyampaian Order Dalam transaksi Efek di Bursa Efek Indonesia, nasabah
tidak secara langsung melakukan transaksi jual atau beli dengan nasabah lainnya, tetapi melalui Perantara Pedagang Efek. Hal ini
juga terjadi pada pelaksanaan transaksi Efek dimana Perantara Pedagang Efek melaksanakan order transaksi Efek dari nasabah.
Order nasabah diteruskan oleh Perantara Pedagang Efek ke sistem perdagangan Bursa Efek oleh floor trader yang ada di
lantai bursa atau dealer di kantor Perusahaaan Efek Anggota Bursa secara jarak jauh remote trading, atau juga diteruskan
langsung ke sistem perdagangan melalui sistem online trading.
Untuk aturan dan mekanisme pembukaan rekening, Bapepam LK sudah menerbitkan peraturan Nomor V.D.3 Tentang
Pengendalian Internal Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Perantara Pedagang Efek, dimana Perusahaan Efek
harus membuat kontrak pembukaan rekening Efek reguler dengan nasabah, membuat kontrak pembukaan rekening Efek pembiayaan
dengan nasabah untuk nasabah yang menerima fasilitas pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bapepam dan
LK Nomor V.D.6 tentang Pembiayaan Transaksi Efek Oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah dan Transaksi Short Selling Oleh
Perusahaan Efek, membuat kontrak pembukaan rekening Efek lainnya dengan nasabah
.
28
Pada saat nasabah akan melakukan transaksi Efek, nasabah tersebut diwajibkan untuk membuka rekening terlebih dahulu di
Perusahaaan Efek Anggota Bursa. Pembukaan rekening juga dimungkinkan dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui PE
non AB yang mempunyai kerja sama dengan Perusahaaan Efek Anggota Bursa. Pembukaan rekening tersebut dilakukan dengan
cara mengisi formulir pembukaan rekening. Di dalam formulir tersebut terdapat pernyataan yang tegas bahwa transaksi tidak
28
peraturan Nomor V.D.3 Tentang Pengendalian Internal Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Perantara Pedagang Efek.
46
dapat dilakukan secara langsung oleh nasabah. Namun demikian, nasabah merupakan pihak yang mempunyai wewenang penuh
untuk melakukan transaksi sehingga setiap transaksi yang akan dilakukan oleh AB harus didukung oleh persetujuan dari nasabah
terlebih dahulu. Dalam rangka pelaksanaan instruksi transaksi Efek oleh nasabah tersebut, AB mengenakan biaya transaksi fee
broker kepada nasabahnya berkisar antara 0,2 s.d. 0,5 dari
nilai transaksi baik untuk transaksi beli maupun transaksi jual. Selanjutnya, penyampaian order oleh nasabah untuk
melakukan pembelian dan penjualan Efek di bursa dapat dilakukan baik secara manual, remote atau online. Dalam
mekanisme penyampaian order secara manual, nasabah datang langsung ke galeri AB untuk memberikan instruksi jual atau beli
atas transaksi Efek di bursa. Instruksi tersebut akan diproses oleh trader yang ada di lantai bursa dengan memasukkan instruksi
dimaksud ke JATS. Sementara itu dalam mekanisme penyampaian order secara remote dan online, fungsi dari trader
yang ada di lantai bursa digantikan oleh sistem yang dikenal dengan nama e-SPis.
Pelaksanaan input data ke e-SPis dilakukan dari kantorsistem di Perusahaan Efek yang langsung terhubung ke
sistem perdagangan di bursa yaitu Jakarta Automated Trading System
JATS. Berkenaan dengan transaksi pembukaan rekening nasabah
pada Perusahaan Efek dan penyampaian order tersebut, sesuai dengan kaidah fiqh muamalah, karakteristik transaksi nasabah
tersebut dapat dikategorikan sebagai transaksi yang dilakukan melalui wakil akad wakalah. Hal ini didukung oleh adanya
pernyataan dalam pembukaan rekening nasabah bahwa transaksi di bursa tidak dapat dilakukan secara langsung oleh nasabah.
Berdasarkan hal tersebut, nasabah memberikan wakalah kepada Perusahaaan Efek Anggota Bursa untuk melakukan transaksi di
bursa dan Perusahaaan Efek Anggota Bursa memperoleh fee atau ujrah
atas pelaksanaan transaksi tersebut. Selanjutnya, mekanisme penyampaian order secara manual, remote dan online dengan
menggunakan sistem JATS merupakan kemudahan yang diberikan oleh teknologi dalam rangka meningkatkan mashlahah atau
manfaat bagi para pihak yang terlibat dalam transaksi Efek di bursa. Transaksi di bursa baik yang dilakukan secara manual,
remote atau online merupakan transaksi tidak langsung namun
melalui Perantara Pedagang Efek yang menjadi AB. Sehingga transaksi di bursa merupakan transaksi antar AB. Oleh karena itu,
47
dalam transaksi di bursa peran AB adalah sebagai wakil dari nasabah yang secara substansi merupakan bagian rukun dan
syarat akad wakalah. Berdasarkan akad tersebut, AB akan menerima fee upah wakalah dari para nasabah.
Wakalah secara bahasa berarti menjaga al-hifzu atau
pemberian kuasa al- tafwidh.
29
Para ulama sepakat membolehkan wakalah
di dalam hal jual beli baik dengan upah atau tidak. DSN- MUI sebagai lembaga yang mengeluarkan fatwa berkaitan dengan
muamalah telah mengeluarkan Fatwa Nomor 10DSN- MUIIV2000 tentang Wakalah.
30
Dalam fatwa tersebut diputuskan antara lain bahwa wakalah dengan imbalan bersifat
mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak. Selain itu juga diputuskan bahwa hal-hal yang diwakilkan harus diketahui
dengan jelas oleh orang yang diwakili, tidak bertentangan dengan syariah Islam dan dapat diwakilkan menurut syariah Islam.
Adapun beberapa pendapat ulama tentang upah atau bayaran perantara atau broker adalah sebagai berikut:
a. Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mugni wa as-syarah al
Kabir menyatakan: seseorang boleh memberikan bayaran
kepada perantara untuk membelikannya selembar pakaian dan jika dia memberikan bayaran untuk menjual selembar
pakaian tersebut, sah hukumnya.
31
b. Al-Asqolani dan Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Barri pada
bab ujroh as-simsaroh sebagaimana disebutkan oleh Syaban Muhammad Islam al-Barwary menyatakan: Ibnu Sirin dan
Ibrohim berkata,Tidak ada permasalahan dengan bayaran perantara apabila dia membeli secara tunai.
32
Berdasarkan argumentasi tersebut perantara atau broker diperbolehkan mendapatkan upah atas usahanya menjadi perantara
dalam perdagangan saham.
29
Ibn Manzur. Muhammad bin Akram. Lisan al-Arab,Beirut: Dar Sadir, 735-736, fairuz abadi. Al-Qamus al-Muhith, 926
30
Fatwa Nomor 10DSN- MUIIV2000 tentang Wakalah.
31
Ibnu Qudamah. Al-Mughni wa al-Sharah al-Kabir Beirut: Dar al-Kitab al-Araby, 1983, 210-211
32
Sya‟ban Muhammad Islam Al-Barwary. Bursa Saham menurut pandangan Islam
Kuala Lumpur : Berlian Publication, 2007, 58
48
a. Analisis Aspek Syariah Pada Tahap Pemrosesan Order dan
pelaksanaan Order yang telah disampaikan oleh AB dalam sistem
perdagangan baik secara manual, remote maupun online akan diproses pada sistem JATS secara elektronik.
Pemrosesan tersebut dilakukan melalui mekanisme lelang berkesinambungan continuous auction dengan memperhatikan
prioritas harga price priority dan prioritas waktu time priority. Mekanisme yang ada pada lelang Efek di Bursa Efek
memungkinkan pihak yang melakukan penawaran terakhir mendapat prioritas karena harga permintaan beli yang lebih tinggi
dari investor sebelumnya, atau harga penawaran jual lebih rendah dari investor lain Dalam pelaksanaan lelang tersebut, AB tidak
mengetahui pihak yang menjadi lawan transaksinya. Pihak lawan transaksi baru akan dapat diketahui setelah transaksi yang
dilaksanakan telah matched. Proses lelang tersebut akan diakhiri dengan bertemunya matching permintaan beli dan penawaran
jual melalui sistem komputer BEI. Pada saat matching di sistem JATS, transaksi Efek dikatakan mengikat dan hanya dapat
dibatalkan apabila disetujui oleh PE AB beli, PE AB jual, dan Bursa Efek.
Pelaksanaan transaksi lelang telah juga dilakukan pada jaman Rasulullah SAW. Hal ini dapat dilihat dalam Hadits Nabi
yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibn Majah dari Anas bin Malik. Dalam hadits tersebut antara lain dijelaskan bahwa
Rasulullah SAW pernah melakukan lelang atas selembar hils alas yang biasanya digelarkan di rumah, dan sebuah qab qadah,
gelas milik seorang laki-laki dari kaum Anshor. Dalam lelang tersebut, Rasulullah menyerahkan kedua benda tersebut kepada
penawar dengan harga yang lebih tinggi.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori dari Ata menyatakan bahwa saya menyaksikan masyarakat
bersama dengan Rasulullah SAW menemukan bahwa tidak ada yang salah dengan penjualan rampasan perang secara lelang. Ibnu
Abi Syaiba dan Said Ibnu Mansur meriwayatkan bahwa Mujahid mengatakan Tidak ada yang haram dalam penjualan dengan
lelang.
49
Selanjutnya, pendapat Dr. Wahbah al-Zuhaili dalam Al- Fiqh Al-Islami wa Adilatuhu
menyatakan bahwa pendapat yang paling benar adalah kebolehan tanpa syarat dari penjualan dengan
lelang. Pembuktian dari pendapat ini adalah bahwa gelas dan tikar kecil disebutkan dalam hadits Anas bukan hadiah dan warisan.
33
Oleh karena itu, hal-hal yang disebutkan di atas harus diinterpretasikan terhadap penerapan kebolehan untuk semua hal
yang secara tradisi dijual dengan cara lelang. Uraian di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya transaksi
jual beli secara lelang tidak diharamkan dalam Islam. Transaksi lelang yang dilakukan oleh Rasullullah SAW tersebut juga
membuktikan bahwa pada dasarnya transaksi lelang telah dikenal pada jaman Rasullullah SAW meskipun masih sangat sederhana.
Namun demikian, untuk lebih memastikan bahwa continuous auction
telah sesuai dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal, kita perlu mengetahui lebih detail mekanisme transaksi
lelang tersebut dan diperlukan adanya fatwa DSN-MUI terkait transaksi lelang dimaksud.
2 Analisis Aspek Syariah Pada Tahap Kliring, Penjaminan dan
Penyelesaian Kliring, Penjaminan, dan Penyelesaian Transaksi Bursa
merupakan lanjutan kegiatan transaksi yang terjadi di Bursa Efek. Kliring merupakan proses penentuan hak dan kewajiban Anggota
Kliring yang timbul di Transaksi Bursa. Kliring oleh KPEI dilakukan dengan dua cara yaitu netting dan per transaksi. Pada
kliring secara netting maka seluruh hak dan kewajiban suatu AK baik Efek maupun dana akan di hitung secara kumulatif sehingga
terlihat kewajiban berupa saldo yang wajib diserahkan dan atau diterima AK tersebut. Pada kliring secara per transaksi, maka hak
dan kewajiban setiap AK di hitung masing-masing dan terpisah atas setiap transaksi. Penjaminan merupakan kegiatan yang
dilakukan dalam rangka memastikan dipenuhinya hak dan kewajiban bagi Anggota Kliring AK yang timbul dari Transaksi
Bursa.
33
Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu. Damaskus : Daar el-Fikr, 1997
50
Fungsi penjaminan
bertujuan memberi
kepastian terselenggaranya Transaksi Bursa bagi AK yang sudah
memenuhi kewajibannya, kepastian waktu penyelesaian, dan penurunan frekuensi kegagalan penyelesaian transaksi. Dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut maka KPEI merupakan mitra pengimbang sentral central counterparty dalam kegiatan kliring
dan penyelesaian transaksi terhadap Perusahaan Efek selaku Anggota Bursa. KPEI bertindak selaku novator yang akan menjadi
pembeli dengan AK jual, dan menjadi penjual dengan AK beli.
Pada praktiknya
dana jaminan
dikelola dan
diadministrasikan oleh KPEI untuk menjamin pemenuhan kewajiban Anggota Kliring setelah agunan berupa hak terima atas
Efek dan atau uang, dan agunan lain Anggota Kliring serta Cadangan Jaminan, tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban
Anggota Kliring kepada KPEI. Dalam rangka pelaksanaan penjaminan tersebut KPEI akan memungut dana jaminan sebesar
adalah 0,01 dari nilai setiap transaksi di bursa dan tidak membedakan besarnya nilai dana jaminan bagi nasabah baru
ataupun lama. Dana jaminan tersebut dikelola dalam bentuk deposito berjangka, Surat Utang Negara SUN dan surat berharga
lainnya.
Dalam rangka penyelesaian transaksi, maka berdasarkan instruksi penyelesaian settlement instructions, KSEI melakukan
pemindahbukuan, baik Efek maupun dana pada rekening Efek PE AB. Dalam rekening Efek PE AB jual, terjadi proses dimana
posisi sejumlah Efek yang akan diserahkan dalam sub rekening nasabah jual dipindahkan ke rekening serah PE AB yang
selanjutnya diteruskan ke rekening KPEI.
Dalam fikih, proses penyelesaian transaksi ini tentunya menjawab keraguan sebagian kalangan akan isu qabd dalam
transaksi perdagangan saham. Dimana Pembeli boleh menjual efek setelah akad jual beli dinilai sah ketika terjadi kesepakan pada harga
serta jenis dan volume tertentu antara permintaan beli dan permintaan jual, walaupun penyelesaian administrasi transaksi pembeliannya
dilaksanakan di kemudian hari berdasarkan prinsip qabdh hukmi.
34
34
Fatwa DSN MUI Nomor : 80DSN-MUIIII2011 Tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar
Reguler Bursa Efek.
51
Penyelesaian transaksi untuk pasar regular dilakukan pada T+3, dan transaksi dikatakan mengikat di antara para pihak yang
bertransaksi pada saat bertemu matched di sistem JATS yaitu T+0. Perbedaan waktu penyelesaian dan pengikatan transaksi
mengakibatkan para pihak yang bertransaksi baru dapat menggunakan Efek atau dana secara fisik pada T+3, walaupun
secara hukum, hak itu telah melekat pada para pihak yang bertransaksi pada T+0.
Terkait dengan proses kliring dan penjaminan oleh KPEI hal yang perlu diperhatikan dari prinsip syariah adalah terkait
dengan proses netting yang mencampurkan semua hak dan kewajiban, proses novasi berupa peralihan hubungan transaksi
antara AK jual dengan AK beli kepada KPEI. Dalam proses netting
, besarnya hak dan kewajiban AB beli atau AB jual atas Efek maupun dana dilakukan melalui penghitungan besarnya nilai
setiap transaksi jual dan beli atas Efek dan dana yang dibutuhkan untuk transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam proses netting AB
akan menjadi pihak yang berpiutang dan pihak yang berutang sekaligus. Dalam rangka menentukan besarnya nilai hak dan
kewajiban akhir atas dana dan Efek tersebut, terlebih dahulu akan terjadi pengalihan utang piutang untuk memperoleh besarnya hak
dan kewajiban AB.
Dalam fiqh muamalah, secara umum pengalihan utang piutang sering disebut dengan hawalah.
Hiwâlah atau
hawâlah bahasa
berarti
ليوحتلا
“memindahkan”. Mayoritas fuqaha mendefinisikan hawâlah dengan
لقن نيدلا
نم ةمذ
ىا ةمذ
ىرخأ
“pengalihan hutang dari tanggungan seseorang menjadi tanggungan orang lain”.
35
Dalam Himpunan Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional hawâlah didefinisikan sebagai akad pengalihan hutang dari satu pihak yang
berhutang kepada pihak lain yang wajib menanggung membayar-nya,
36
35
Nazih Hammad, Mu´jam al- Muşţalahât al-Iqtişâdiyah fî Lugat al-
Fuqahâ‟, Virginia: The International Institute of Islamic Thought, 1994, hal. 147.
36
Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional, Ciputat: Gaung Persada, 2006, Edisi Revisi,
hal. 75.
52
Beberapa syarat dalam hawalah yang harus dipenuhi sehingga suatu transaksi hawalah tidak bertentangan dengan
prinsip syariah adalah sebagai berikut: para pihak yang bertransaksi harus berkompeten, persetujuan para pihak atas
transaksi hawalah, persetujuan kreditor dan pihak yang menerima pengalihan utang transferee harus diberikan pada saat kontrak,
subyek transaksi hawalah harus utang dain dan bukan barang yang spesifik ain. Selanjutnya, berdasarkan mayoritas mahzab
fiqh, transferee wajib mempunyai utang kepada pengutang pertama principal debtor dan principal debtor muhil harus
mempunyai utang kepada kreditor muhal.
Pada saat KPEI mengambil alih hak dan kewajiban para AK dalam novasi, transaksi hawalah juga dilakukan di dalamnya.
Oleh karena itu, syarat dari transaksi hawalah akan berlaku pula dalam kegiatan novasi, sehingga kegiatan tersebut tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. KPEI juga melakukan kegiatan penjaminan dalam rangka memberikan kepastian hak dan
kewajiban dari AK yang bertransaksi. Secara umum, dalam fiqh muamalah
kegiatan penjaminan tersebut sering disebut dengan kafalah
. Kafalah
adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung kafil kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua atau yang ditanggung makful „anhu, aşil.
37
Dalam pengertian lain kafalah juga berarti mengalihkan tanggungjawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin.
38
Beberapa syarat kafalah yang perlu dipenuhi adalah adanya pihak penjamin KPEI, pihak berutang dan berpiutang
AK beli dan AK jual, dan adanya obyek penjaminan Efek atau dana.
Jaminan yang diberikan oleh AK tersebut akan dikelola oleh KPEI. Pengelolaan dalam bentuk deposito berjangka di
bank konvensional akan menimbulkan percampuran antara dana jaminan dari AK dengan dana-dana ribawi di bank tersebut. Hal ini
37
Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional, Ciputat: Gaung Persada, 2006, Edisi Revisi,
hal. 69.
38
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah Suatu Pengenalan Umum
, ttp: Tazkia Institute, 1999, hal. 177.
53
mengakibatkan dana jaminan tersebut mengandung riba dan bertentangan dengan prinsip syariah.
Selain dari beberapa hal yang telah diuraikan di atas, transaksi bursa juga mengenal dan melaksanakan transaksi
derivatif seperti short selling, margin trading, pinjam meminjam Efek, dan REPO. Berdasarkan fatwa DSN-MUI nomor 40DSN-
MUIX2003 disebutkan antara lain bahwa transaksi yang dilarang antara lain meliputi ba al-madum short selling, margin trading,
dan transaksi- transaksi lain yang mengandung unsur dharar, gharar
, riba, maysir, risywah, maksiat dan kezaliman. Oleh karena itu, pelaksanaan transaksi derivatif tersebut masih
dikategorikan sebagai transaksi yang dilarang.
b.
Analisis Aspek Syariah Dalam Perdagangan Efek di Over The
Counter Sebagaimana pengertian Transaksi di Luar Bursa dalam
Peraturan bapepam-LK Nomor III.A.10, transaksi di Luar Bursa merupakan perjanjian jual beli saham antar Perusahaan Efek atau
antara Perusahaan Efek dengan Pihak lain yang tidak diatur oleh Bursa Efek, dan transaksi antar Pihak yang bukan Perusahaan
Efek. Apabila diuraikan berdasarkan pola hubungan antar pihak- pihak di atas dalam bertransaksi, maka akan terdapat hubungan
sebagai berikut:
Gambar Transaksi Efek melalui perantara Perusahaan Efek
Gambar Transaksi tidak melalui perantara Perusahaan Efek
54
Berdasarkan 2 dua pola hubungan transaksi di atas, transaksi di luar bursa khususnya yang dilakukan melalui
perantara yaitu Perusahaan Efek akan mempunyai mekanisme transaksi yang tidak berbeda dengan transaksi bursa. Mekanisme
tersebut antara lain meliputi pembukaan rekening, penyampaian order dan pemrosesan order. Hal ini berarti, aspek syariah pada
transaksi di bursa terkait dengan hal-hal tersebut juga berlaku untuk transaksi di luar bursa.
Selanjutnya, transaksi di luar bursa juga dapat dilakukan tanpa melalui perantara. Transaksi tersebut dapat diartikan sama
dengan transaksi langsung diantara investor penjual dan pembeli diluar mekanisme bursa. Transaksi tersebut dipandang dari sisi
kesyariahan merupakan transaksi yang halal sepanjang memenuhi rukun transaksi jual beli.
Dalam praktek saat ini, mayoritas investor yang bermaksud membeli Efek di pasar modal baik dalam pasar perdana maupun
dalam pasar sekunder wajib memiliki rekening Efek di suatu Perusahaan Efek. Akan tetapi, secara aturan pada dasarnya
investor yang akan membeli Efek di pasar perdana dapat meminta fisik Efek sebagai bukti kepemilikan pembelian Efek suatu
perusahaan tertentu tanpa perlu untuk membuka rekening Efek selanjutnya investor tersebut dapat pula menjualnya kepada
investor lain diluar lantai bursa.
Dari sisi syariah, keseluruhan transaksi baik transaksi di bursa maupun di luar bursa harus tunduk kepada hukum islam
tentang transaksi. Berdasarkan prinsip umum syariah dalam transaksi tersebut
di atas, maka meskipun transaksi di luar bursa secara umum dapat dilakukan tanpa mengacu pada Peraturan Bapepam-LK ataupun
sistem perdagangan di Bursa Efek tertentu, namun wajib tunduk pada prinsip hukum islam mengenai transaksi sebagaimana
tersebut di atas.
B. Analisis