Faktor-Faktor Penentu Harga Saham

82 mencerminkan tumbuhnya minat akan saham islam di negeri tersebut. Indeks ini sudah menyajikan suatu platform yang kuat untuk pertumbuhan saham dan manajemen dana islami dan industri broker saham di Malaysia. KLSE Syariah Indeks tlah menunjukkan performa yang baik pada tahun 2001 dengan keuntungan 2.3 persen. 8

B. Faktor-Faktor Penentu Harga Saham

Kondisi baik atau buruk perusahaan dapat dilihat melalui harga atau nilai dari sahamnya. Perusahaan yang memiliki kinerja baik cenderung mempunyai harga saham yang lebih stabil atau bahkan mengalami peningkatan. Oleh karena itu, memaksimumkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga sahamnya merupakan tujuan utama dari manajemen keuangan. 9 Mengingat harga saham selalu berfluktuasi, maka baik bagi pihak perusahaan maupun investor hal ini menjadi masalah yang harus diperhatikan. Mengenai fluktuasi atau pergerakan harga saham, banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston dan Bringham adalah proyeksi laba perlembar saham, saat diperolehnya laba, tingkat risiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta pembagian dividen. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham adalah kendala eksternal seperti tingkat kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak, dan keadaan bursa saham. 10 Tingkat rendahnya harga saham benar-benar merupakan penilaian sesaat judgement momental yang dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk faktor psikologis dari penjual atau pembelinya. Kondisi perusahaan, kebijakan direksi, tingkat suku bunga, harga komoditi, investasi lain, kebijaksanaan pemerintah, tingkat pendapatan, laju inflasi, penawaran dan permintaan, dan kemampuan analisis efek adalah sebagian dari hal-hal yang 8 Salahudin Ahmed. Islamic Banking Finance and Insurance a global overview Kuala Lumpur: A.S. Noordeen, 2006, 400. 9 Fred J. Weston and Thomas E. Copeland, Manajemen Keuangan Jakarta: Binarupa Aksara, 1992 , 9. 10 Fred J. Weston et el, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jakarta: Erlangga, 1993 , 26. 83 berpengaruh pada penentu harga saham. Harga saham bisa naik dan bisa turun tergantung dari perubahan satu atau lebih faktor yang mempengaruhinya. Pada saat permintaan tinggi terhadap suatu saham harganya bisa naik dan sebaliknya jika permintaan terhadap suatu saham rendah maka harganya akan turun. Pada saat suku bunga naik, umumnya efek menjadi kurang menarik sehingga harganya cenderung turun. Dalam melakukan investasi di pasar modal, investor harus benar-benar menyadari bahwa disamping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian, ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisa keadaan harga saham dan kemungkinan turun naiknya harga saham tersebut. Menurut Merill Lynch yang dikutip Heru Sutojo ada empat aspek utama dalam penilaian saham yaitu: 11 a. Analisis Valuasi Model yang memperhitungkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi harga saham seperti tingkat bunga, earnings , dividen, dan risiko yang dihadapi. b. Analisis Sekular yang mempunyai implikasi terhadap return dan risiko dibandingkan dengan bunga obligasi pemerintah, rentabilitas dan arus dana investasi. c. Analisis Valuasi sektor utama berdasarkan perkalian price earning ratio , harga relatif, earnings, dan trend jangka panjang keuangan yang diukur dengan return capital, serta sumber dan penggunaan dana. d. Analisis dan pengaruh masalah teknis termasuk unsur-unsur besarnya penawaran dan permintaan saham. Untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Analisis teknikal menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Model analisis teknikal lebih menekankan pada tingkah laku pemodal di masa yang akan 11 Heru Sutojo, Tujuan Ekonomis dan Non Ekonomis Pada Merjer dan Akuisisi , Usahawan, 1993 , 141-150. 84 datang berdasarkan kebiasaan masa lalu nilai psikologis. Para penganut analisis ini menyatakan bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan yang ditunjukkan oleh perubahan harga saham pada saat yang lalu dan oleh karenanya pola tersebut akan berulang. 12 Sedangkan analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan kemudian menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental menggunakan prospek laba dan dividen perusahaan, harapan tingkat bunga mendatang dan risiko penilaian perusahaan untuk menantikan nilai sekarang present value semua pembayaran yang akan diterima masing-masing saham. Apabila nilai buku saham melebihi harga saham, maka seseorang fundamentalis akan merekomendasikan membeli saham tersebut. Menaksir nilai pasar yang wajar tidak terlepas dari upaya menentukan nilai perusahaan berdasarkan nilai saham di bursa efek. Nilai pasar tersebut berkaitan dengan analisis fundamental mencerminkan kinerja perusahaan dimata pemodal, yang mencakup aspek-aspek fundamental. Di samping itu, Heru Sutojo dalam tulisannya mengemukakan bahwa PE ratio dan juga harga saham tergantung pada berbagai faktor, antara lain: siklus bisnis, payout ratio, return on book equity , growth rate, cash flow margin, suku bunga investasi bebas resiko, dan risiko-risiko yang diasumsikan. 13 Menurut M. Samsul, tiga pendekatan yang sering dipakai untuk menentukan harga saham yaitu: pendekatan dividen, pendekatan ekuitas, dan pendekatan laba. Investor Indonesia pernah menggunakan pendekatan dividen untuk membeli saham, yaitu melebihi satu dasawarsa tahun 1977 sd tahun 1988 sejak Paket Desember 1988 pendekatan dividen sudah ditinggalkan. Investor yang ingin tetap menggunakan pendekatan dividen tidak akan pernah lagi mendapatkan saham, karena akan bersaing oleh 12 Harinato F. Sudomo S, Perangkat dan Teknik Analisis investasi di Pasar Modal Indonesia Jakarta: PT. BEJ, 2001 , 45. 13 Heru Sutojo, Tujuan Ekonomis dan Non Ekonomis Pada Merjer dan Akuisisi Usahawan, 1993. 85 investor yang menggunakan pendekatan laba. Analisis price earning ratio membuktikan hal tersebut. 14 1 Tingkat Pengembalian Investasi Saham Salah satu bentuk investasi finansial yang diminati oleh masyarkat adalah investasi kepemilikan saham melalui pasar modal. Return merupakan hasil yang diperoleh dari setiap alternatif investasi. Return yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pembagian dividen dan capital gain. Sehubungan dengan investasi, para investor akan memperkirakan tingkat keuntungan yang akan diperoleh untuk suatu periode tertentu dimasa yang akan datang atas investasinya. Namun demikian, belum tentu tingkat keuntungan yang terealisasi realized return sama dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Adanya ketidak pastian akan tingkat keuntungan inilah yang diidentifikasi sebagai risiko investasi. Perdagangan beberapa sekuritas, baik pada pasar modal konvensional maupun pasar modal syariah mempunyai tingkat return dan risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas di antara sekuritas-sekuritas lainnya yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang diterima oleh investor di masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan pengertian investasi menurut William F. sharpe bahwa investasi merupakan komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk mendapatkan return yang tidak pasti di masa depan. 15 Menurut Sunariyah, tingkat pengembalian investasi saham ditentukan berdasarkan rasio perubahan harga saham individual. Indeks harga saham individual menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga masing-masing saham, sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks harga saham, individual disajikan untuk periode tertentu, yang dalam hal ini mencerminkan suatu 14 M. Syamsul, Model Multifaktor yang dimodifikasi Sebagai Dasar Pengembalian Keputusan Jual Beli Saham Pada Pasar Modal Indonesia , Jakarta: Majalah Ekonomi, Desember, 2005 , 3. 15 William F. Sharpe..Investment . New Jersey: Prentice hall, 1995, 1. 86 nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham di bursa efek. 16 Indeks harga saham untuk pertama kalinya, diperkenalkan pada tanggal 15 April 1983 di Indonesia dan mulai dicantumkan dalam kurs efek harian sejak tanggal 18 April 1983. Pada mulanya hanya merupakan indeks harga saham individual, mengingat jumlah emiten yang mencatatkan sahamnya di bursa masih relatif sedikit. Indeks ini pertama kalinya ditentukan sebesar 100, dengan dasar harga adalah harga perdana. Harga dasar saham akan berubah apabila ada perubahan harga dasar saham secara teoritis. Harga teoritis yaitu harga dasar penyesuaian akibat adanya aksi emiten corporate action. Aksi emiten adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh emiten secara sadar dan mempengaruhi harga saham yang cukup material. Misalnya, emiten membagikan dividen saham, saham bonus, stock split , warrant redemtion, right issue, dan sebagainya. Jadi, apabila emiten melakukan corporate action harga dasar dalam perhitungan indeks individual akan disesuaikan. Perubahan-perubahan angka indeks harga saham individual dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama kondisi perekonomian di negara tersebut maupun global yang mempengaruhi pola investor di bursa. Ini berarti akan mempengaruhi pula transaksi di pasar modal yang tentunya akan berpengaruh pula pada harga saham individual. Informasi sepenuhnya tercermin pada harga saham akan sangat berharga bagi para pelaku ekonomi di pasar modal dan institusi yang berkaitan seperti BEJ, Bapepam dan IAI. Para pelaku pasar modal, khususnya investor sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga saham suatu perusahaan dan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham tersebut. Secara umum, perubahan harga saham dapat mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasi investor. Berdasarkan hal tersebut harga saham sangat penting untuk diperhatikan karena harga saham mencerminkan berbagai informasi yang terjadi di pasar modal. 16 Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003 , 123. 87 Harga saham menjadi sangat penting bagi investor karena mempunyai konsekuensi ekonomi. Perubahan harga saham akan mengubah nilai pasar dan kesempatan yang akan diperoleh investor di masa depan. Dalam kondisi perekonomian yang wajar secara teoritis indeks harga saham selalu berada di atas harga dasarnya. Tetapi dapat pula terjadi dalam suatu perekonomuian yang mengalami depresi harga saham yang berada di bawah harga dasarnya. Sunariyah menjelaskan faktor internal yang mempengaruhi IHSG adalah kondisi dalam negeri seperti stabilitas politik, ekonomi dan keamanan. Sedangkan faktor eksternal berupa pengaruh dari luar negeri misalnya kondisi perekonomian global yang meliputi tingkat kurs, suplai uang, harga saham dunia dan sebagainya. 17 2 Pendekatan Penilaian Harga Saham Analisis nilai saham merupakan hal yang sangat mendasar yang harus dilakukan oleh pemodal sebelum melakukan investasi pada saham, tanpa analisis yang akurat dan rasional kemungkinan para pemodal akan memperoleh kerugian yang besar. Keputusan untuk membeli saham bila nilai perkiraan nilai intrinsik di atas harga pasar, sebaliknya keputusan menjual saham terjadi bila nilai perkiraan di bawah harga pasar. Upaya untuk merumuskan bagaimana harga saham yang seharusnya, telah dilakukan oleh setiap analis keuangan dengan tujuan untuk bisa memperoleh tingkat keuntungan yang menarik. Meskipun demikian dari hipotesa pasar modal yang efesien kita tahu bahwa sangat sulit bagi pemodal untuk terus menerus bisa mengalahkan pasar, dan memperoleh tingkat keuntungan di atas normal. Husnan menyatakan bahwa model penilaian merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan atau yang diamati menjadi perkiraan tentang harga saham. Variabel-variabel 17 Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003 , 126. 88 ekonomi tersebut seperti misalnya laba perusahaan, dividen yang dibagikan, variabilitas laba, dan sebagainya. 18 Ada dua model penilai saham yang sering dipergunakan untuk analisis sekuritas, yaitu: a Pendekatan present value metode kapitalisasi penghasilan. b Pendekatan price earning ratio atau PER metode kelipatan laba. Pendekatan present value mencoba menaksir present value, dengan menggunakan tingkat bunga tertentu, menfaat yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham. Sedangkan pendekatan PER menaksir nilai saham dengan mengalihkan laba per lembar saham dengan kelipatan tertentu. 3 Analisa Fundamental Suad Husnan menyatakan bahwa analisis fundamental adalah salah satu jenis analisis yang dilakukan oleh investor dengan mempertimbangkan laporan keuangan dan indikator fundamental lainnya, seperti pertumbuhan, pembayaran deviden, dan kualitas manajemen perusahaan daripada memperhatikan perkembangan-perkembangan harga saham tersebut dari hari ke hari. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. 19 A. Rodoni menyatakan analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prosepk pertumbuhan dan kemampuan memperoleh keuntungan yang meliputi tiga tahap analisis: 20 1. Ekonomi makro : analisis ini bertujuan untuk melihat faktor yang menguntungkan dalam ekonomi makro dalam kaitannya dengan perusahaan itu sendiri. 18 Suad Sunan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 1998 , 215. 19 Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas Yogakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 1998 , 304. 20 Ahmad Rodoni, Analisis Teknikal dan Fundamental pada Pasar Modal Jakarta: CSES Press, 2005 , 50. 89 2. Industri: analisis ini lebih spesifik dan bertujuan untuk melihat kaitan industri dengan perusahaan, seperti perkembangan perusahaan pesaing, standar industri dan pertumbuhan pasar. 3. Perusahaan: analisis yang bertujuan untuk melihat situasi perusahaan yang meliputi berbagai aspek perusahaan, seperti keadaan keuangan perusahaan, situasi pemasaran, produksi dan manajemen. A. Rodoni, di dalam analisis fundamental terdapat dua pendekatan yang biasa dilakukan yaitu: 21 1. Pendekatan top down. Pendekatan yang dimulai dari tingkatan makro ekonomi kemudian kepada situasi dan pertumbuhan perusahaan itu sendiri. Pada tahap analisis ekonomi dan pasar modal, investor melakukan analisis terhadap berbagai alternatif keputusan tentang alokasi investasi yang akan dilakukan saham, obligasi, produk alternatif lainnya. Tahap kedua, yaitu analisis industri meliputi analisis berdasarkan analisis ekonomi dan pasar untuk menentukan jenis-jenis industri mana saja yang akan dipilih tentu saja yang memiliki prospek baik dan menguntungkan. Tahap ketiga, didasari tahap sebelumnya bertujuan untuk menetukan perusahaan- perusahaan mana saja yang menguntungkan sehingga layak dijadikan pilihan investasi. 2. Pendekatan buttom up, pendekatan yang dimuali dari tingkatan mikro perusahaan yang kemudian berkembang kepada analisis industri dan terakhir adalah analsis makro ekonomi. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan: a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. b. Menerapakan hubungan variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Ada dua pendekatan dalam analisis fundamental yaitu present value approach dan price earning ratio approach P E ratio. Pendekatan present value juga sering dinamakan sebagai pendekatan kapitalisasi pendapatan. Inti dari pendekatan present value atau kapitalisasi pendapatan adalah menilai saham dengan 21 Ahmad Rodoni, Analisis Teknikal dan Fundamental pada Pasar Modal Jakarta: CSES Press, 2005 , 51. 90 mendiskontokan cash flow pendapatan saham yang akan diterima dimasa yang akan datang future cash flow dengan tingkat discount rate tertentu yang diisyaratkan investor. Pendapatan yang digunakan untuk menganalisis nilai saham menurut Modigliani dan Miller adalah pendapatan bersih per saham earning pershare karena dividen tidak relevan untuk melakukan penilaian. 22 Terdapat dua variabel utama yang memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat harga saham yaitu harapan investor akan cash flow yang akan diterima di masa yang akan datang seperti terlihat dari nilai FCFE diatas, serta tingkat bunga yang akan menjadi discount faktor dari cash flow tersebut. Dua faktor tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh aspek internal perusahaan risiko tidak sistematis tetapi juga dipengaruhi oleh aspek makro risiko sistematis yang di luar kontrol manajemen. 23 Dengan mendasarkan diri pada konsep pasar modal yang efesien, analisis fundamental maupun teknikal analisis perilaku saham dengan bantuan metode statistik kurang bermanfaat karena dalam pasar pasar yang efesien harga-harga saham yang terjadi di pasar modal telah menunjukkan semua informasi yang terkait dengan saham tersebut sehingga tidak akan ada insentif yang diterima pemegang asaham berupa return di atas normal bagi mereka yang melakukan analisis saham. Dari prespektif pasar modal efesien, para analisis tidak akan memperoleh insentif dalam memperoleh abnormal return. Namun dalam praktek, sulit dijumpai pasar yang demikian efesien. Jumayanti Indah dalam hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja keuangan terbaik akan secara siginifikan memiliki pengaruh pada EPS Earning Per Share atau harga per lembar saham. 24 Anio Indah Dalam thesisnya yang berjudul pengaruh fundamental dan teknikal terhadap harga saham menemukan hasil 22 William Sharpe F., Investasi, edisi bahasa Indonesia Jakarta: Prenhallindo, 1997 , 411. 23 Ross Stephen A., Randolph Westerfield and Jeffery Jaffe, Coorporate Finance USA: Mc. Graw-Hill Higher Education, 2002, 75. 24 Jumayanti Indah.Analisa fundamental sebagai dasar pengambilan keputusan Investasi Jakarta:.Jurnal Ekonomi dan Bisnis.2004. 91 penelitian bahwa secara serempak faktor fundamental yang terdiri dari leverage ratio, fix asset turn offer, operating profit margin, Reutrn on Invesment, Price book value memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. 25 I Ketut Sukedarsana , dan Yuliansyah dalam analisisnya yang berjudul Analisis fundamental nilai intrinsik dan nilai pasar saham sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan investasi mengungkapkan bahwa ada perbedaan signifikan antara harga pasar saham dan nilai intrinsik keuangan perusahaan. 26 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sartono dan Yarmanto menyimpulkan bahwa Bursa Efek Jakarta BEJ menunjukkan reaksi yang tidak wajar overreaction dalam menyesuaikan diri terhadap informasi baru. Dalam kondisi pasar overreaction para pelaku pasar akan menilai saham terlalu tinggi overvalued di dalam bereaksi terhadap kabar baik dan menilai saham terlalu rendah undervalued dalam bereaksi terhadap kabar buruk, sehingga secara teoritis kondisi tersebut menunjukkan bahwa BEJ belum menjadi pasar yang efesien meskipun dalam bentuk lemah. Dalam keadaan pasar yang demikian maka analisis fundamental dapat memberi dasar yang dapat dipertanggungjawabkan danakan memberi manfaat bagi investor. Karena faktior-faktor yang mempengaruhi harga saham sangatlah banyak, maka untuk melakukan analisis fundamental diperlukan beberapa tahapan analisis. Tahapan yang dilakukan diawali dengan analisis dari 1 kondisi makro ekonomi atau kondisi pasar, 2 kemudian diikuti dengan analisis industri, dan 3 akhirnya analisis kondisi spesifik perusahaan. Secara skematik, kerangka analisis fundamental dapat disajikan pada gambar dibawah ini: 25 Anio Indah Lestari Nasution.Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal terhadap harga saham. Thesis.USU.2006. 26 I Ketut Sukedarsana , dan Yuliansyah http:jurnal-esai.org diakses pada tanggal 02 Desember 2008. 92 Gambar 2.1. Kerangka Analisis Fundamental Sumber : Hartono, hal 478 : 1998 4 Analisis Teknikal Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya di waktu yang lalu. Berlainan dengan pendekatan fundamental, analisis teknikal tidak memperkirakan faktor-faktor fundamental seperti kebijakan pemerintah, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penjualan perusahaan, pertumbuhan laba, perkembangan tingkat bunga, dan sebagainya, yang mungkin mempengaruhi harga saham. Karena analisis tersebut didasarkan pada perubahan harga saham di waktu lalu, maka alat analisis utamanya adalah grafik atau chart. Karena itu para penganut analisis ini sering juga disebut sebagai chartist. Terlepas dari sejauh mana besarnya kepercayaan Analisis Fundamental Penilaian 1. Manfaat yang diharapkan, baik dalam bentuk dividen maupun laba 2. Risiko investasi yang akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang layak Dilakukan dengan analisis 1. Ekonomi atau pasar 2. Industri 3. Perusahaan Gunakan model valuasi dividen atau PER 93 akan pemikiran yang melandasi analisis teknikal tersebut, tampaknya jenis analisis ini masih banyak digunakan di bursa. Pertanyaan yang diajukan oleh kalangan akademis sebenarnya sederhana. Kalau benar gerakan saham mempunyai pola tertentu dan akan berulang, bukankah pola tersebut dapat diprediksi? Bukankah informasi hanyalah perubahan harga di waktu lalu, yang dapat diperoleh oleh semua pemodal? Dengan demikian, para pemodal akan bereaksi sesuai dengan prediksi tersebut, sehingga akhirnya pola tersebut akan hilang, sehingga menjadi tidak berpola lagi. Menurut Suad Husnan, analisa teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan hrga saham kondisi pasar dengan mengamati perubahan harga saham tersebut diwaktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis tersebut adalah i bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan, ii bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh harga di waktu yang lalu, dan iii karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut akan terulang. 27 Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli masuk dan kapan akan menjual saham keluar pasar, dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis maupun menggunakan analisis grafis. A. Rodoni mengatakan, analisis teknikal merupakan study tentang tindakan atau aksi pasar, dengan bantuan grafik-grafik tertentu. Analisis ini dibuat dengan melihat keadaan harga, fluktuasi pasar serta analisis perkiraan estimasi menggunakan pola yang dibentuk oleh grafik dan atau perhitungan matematis mengenai pergerakan harga di waktu lampau sehingga dapat diperkirakan harga diwaktu yang akan datang. 28 Menurut Sharpe,.. 29 bahwa analisis teknikal biasanya berusaha untuk meramalkan gerakan harga jangka pendek dan memberikan rekomendasi mengenai saat yang tepat timing untuk 27 Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 1998 , 71. 28 Ahmad Rodoni, Analisis Teknikal dan Fundamental pada Pasar Modal Jakarta: CSES Press, 2005 , 3. 29 William F. Sharpe, Investasi, edisi bahasa Indonesia Jakarta: Prenhallindo, 1997 , 411. 94 membeli dan menjual saham atau kelompok saham seperti industri tertentu atau saham secara umum. Tiga asumsi utama dalam analisis teknikal, yaitu: a. Pasar yang mempertimbangkan semua persoalan. Yang dimaksud dengan pasar mempertimbangkan semua persoalan adalah para analisis teknikal percaya bahwa semua faktor yang mempengaruhi harga pasar akan tercermin dalam harga tersebut. Para analisis teknikal percaya kekuatan- kekuatan tertentu yang mempengaruhi permintaan akan meyebabkan pasat bergerak ke atas atau ke bawah. b. Harga bergerak mengikuti arah aliran. Para analisis teknikal percaya bahwa harga bergerak mengikuti arah aliran tertentu. Tujuan dilakukannya analisis teknikal adalah untuk memastikan arah aliran pada tahap awal dengan maksud melakukan perdagangan mengikuti arah aliran tersebut. Selanjutnya para investor dapat saja mengikuti arah aliran yang berlaku, sehingga arah aliran tersebut berputar arah. c. Sejarah akan berulang. Pada hakikatnya kita dapat katakan bahwa analisis teknikal ini digunakan untuk melihat atau menyelidiki psikologi dasar, adapun grafik chart digunakan untuk menggambarkan pola pattern tertentu yang mungkin berhasil apabila psikologi pasar berada dalam keadaan menaik atau menurun. A. Rodoni di dalam bukunya, menurut Jaka E. Cahyono manfaat grafik dan analisis teknikal sesuai dengan yang ditunjukkan oleh Daryl Guppy dalam buku share trading and market trading tactics 2000 adalah : 30 a. Grafik harga saham memprediksi kerumunan crowd. b. Mengontrol resiko. c. Membuat rencana trading yang realitis dan disiplin. d. Charting dapat berguna untuk menguji informasi dari sumber lain 30 Ahmad Rodoni, Analsis Teknikal dan Fundamental pada Pasar Modal Jakarta, CSES Press, 2005 , 21. 95 5 Analisis Ekonomi Nilai investasi pada suatu surat berharga dipengaruhi oleh harapan pemodal tentang kinerja perusahaan di masa datang. Harga saham sebuah perusahaan akan meningkat jika pemodal memperkirakan arus kas yang akan diperoleh dari perusahaan tersebut meningkat. Sebaliknya, jika pemodal memperkirakan arus kas yang akan diterima di masa datang akan menurun, harga saham perusahaan tersebut akan menurun. Arus kas yang akan diperoleh oleh pemodal dalam bentuk dividen atau bunga akan dipengaruhi oleh kemampuan manajemen perusahaan untuk beroperasi secara menguntungkan di tengah-tengah lingkungan usaha yang semakin kompetitif. Oleh karenanya, persepsi pemodal tentang pengaruh lingkungan usaha terhadap profitabilitas perusahaan akan sangat mempengaruhi nilai investasi pada suatu surat berharga. Uraian tersebut menunjukkan bahwa kalau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham. Masalahnya kemudian adalah, faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kemampuan perusahaan menghasilkan laba? Sebagaimana dimaklumi laba adalah selisih antara pendapatan dari penjualan dengan biaya-biaya. Karena itu untuk meng- identifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan dan biaya, banyak faktor yang mempengaruhi kedua hal tersebut. Tetapi pada dasarnya faktor-faktor tersebut bisa dibedakan, menjadi faktor yang mungkin bisa dikendalikan oleh perusahaan seperti pemilihan jenis mesin, jenis teknologi, pemilihan karyawan, dan sebagainya dan faktor-faktor yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan seperti misalnya suku bunga, pertumbuhan ekonomi, harga minyak, dan sebagainya. Berbagai perusahaan termasuk konsultan-konsultan mencoba membuat model yang menjelaskan faktor-faktor apa yang mempengaruhi penjualan, dan bagaimana faktor-faktor tertentu dipertimbangkan dala model tersebut dan seberapa jauh pengarunhnya pada penjualan. 31 Harga produk perusahaan ditentukan oleh jumlah permintaan dan penawaran terhadap produk yang dihasilkan oleh 31 Goerge Foster, Financial Statement Anaylisis New Jersey: Prentice Hall, 1986 , 128. 96 sebuah industri. Permintaan terhadap barang dan jasa tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor dimana beberapa faktor yang terpenting adalah pendapatan konsumen, harga barang atau jasa yang berhubungan, dan cita rasa konsumen. Ekonomi yang tumbuh dengan stabil adalah berita baik bagi pemodal. Berita tentang perkiraan ramalan pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi pasar modal secara positif. Dalam kondisi seperti ini, investasi pada saham akan memberikan keuntungan yang lebih baik daripada investasi pada surat berhaga dengan pendapatan tetap. Imbal hasil atas investasi pada saham memiliki kolerasi yang positif dengan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jika pemodal menerima berita penurunan ekonomi, nilai investasi pada saham menurun, dalam kondisi seperti ini pemodal akan lebih diuntungkan jika melakukan investasi pada surat berharga dengan pendapatan tetap seperti obligasi. Oleh karenanya, analisis tentang kondisi ekonomi nasional adalah langkah awal yang penting dalam proses analisis invetasi. Setelah proses analisis ekonomi ini dilakukan, pemodal atau analis dapat menggunakan perkiraan kondisi ekonomi di masa datang untuk memperkirakan pertumbuhan industri serta dampaknya terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil analisis ini memberikan perspektif investasi kepada pemodal untuk menentukan kesempatan investasi yang terbaik yang ada saat ini ada di pasar modal. Langkah-langkah dalam analisis kondisi ekonomi nasional meliuputi tindakan untuk menetapkan hal-hal sebagai berikut: a. Kondisi ekonomi nasional saat ini; b. Kemungkinan terbesar arah pergerakan ekonomi nasional untuk satu tahun ke depan; c. Perkiraan jangka panjang pertumbuhan ekonomi. Beberapa variabel ekonomi dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi ekonomi nasional. Ukuran-ukuran aktivitas ekonomi tersebut memberikan kemudahan kepada anlis ekonomi dalam merangkum dan menyimpulkan kondisi ekonomi nasional. Ukuran aktivitas ekonomi yang biasa digunakan adalah Produk Domestik Bruto PDB, tingkat inflasi, tingkat bunga, tingkat pengangguran, dan nilai tukar Rupiah khususnya terhadap US dollar. 97 a. Nilai Tukar Mata Uang exchange rate Sadono Sukirno mengatakan kurs valas merupakan salah satu sarana atau media yang dapat dipilih oleh investor untuk berinvestasi , hal tersebut dipicu karena nilai tukar valas selalu berfluktuasi terhadap mata uang lokal sehingga mendorong para ahli untuk mencermati kondisi tersebut. Valuta asing atau mata uang asing adalah jenis-jenis mata uang yang digunakan negara lain. Nilai tukar atau kurs satu mata uang terhadap mata uang lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing. Istilah valuta asing mengacu pada mata uang asing aktual atau berbagai klaim atasnya, seperti deposito bank, atau surat sanngup bayar yang diperdagangkan. 32 Pengertian nilai tukar mata uang menurut FASB adalah rasio antar unit mata uang dengan sejumlah mata uang lain yang bisa diukur pada waktu tertentu. Fluktuasi nilai tukar mata uang biasanya hanya dipengaruhi oleh demand dan suply atas mata uang yang bersangkutan. Namun, belakangan ini nilai tukar rupiah terhadap hard currencies valuta asing yang nilainya kuat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks. Faktor politik misalnya, memberi pengaruh yang signifikan. Kuncoro menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang diperlukan untuk membeli satu US. 33 Ada dua sistem penentuan nilai tukar yang ada di dunia, yaitu sistem kurs tetap dan sistem kurs mengambang. Dalam sistem kurs tetap penguasa moneter menetapkan nilai tukar dengan mempertimbangkan semua aspek perekonomian negara tersebut. Sampai dengan tahun 1996 Indonesia termasuk negara yang menggunakan kurs valuta mengambang yang terkendali dimana penguasa moneter masih campur tangan dalam penetuan nilai tukar, tidak sepenuhnya dilepas kepada pasar. Hubungan secara teoritis antara nilai tukar rupiah dengan harga saham bersifat negatif yaitu apabila terjadi penurunan nilai tukar rupiah terhadap US rupiah terdepresiasi, maka akan 32 Sadono Sukirno, Pengantar Makro Ekonomi Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000 , 358. 33 Mudjarad Kuncoro, Manajemen Keuangan Internasional; Pengantar Ekonomi dan Bisnis Global Yogyakarta: BPFE, 2000 , 129. 98 menurunkan tingkat pengembalian investasi saham. Dengan merosotnya nilai tukar rupiah menunjuk kepada merosotnya kemampuan ekonomi nasional Indonesia, maka kemampuan fundamental perushaan juga cenderung merosot, sehingga menurunkan tingkat pengembalian investasi saham. b. Inflasi 1 Teori dan Definsi Inflasi Ada bebebarap konsep ekonomi dalam menetukan makna inflasi. Sebagian pakar ekonomi menjelaskan makna inflasi berdasarkan sebab yang menimbulakn inlfasi itu sendiri. Namun adapula yang meng-interpretasikan berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh inflasi. Dengan demikian, banyaknya teori-teori yang meng-intepretasikan makna inflasi, membuat definisi inflasi pun ikut bervariasi, sehingga sulit memahaminya apabila hanya melihat kepada satu sisi saja. Dengan demikian, penentuan makna inflasi pun. Secara tepat dan teliti menjadi sulit. 34 Inflasi adalah kenaikan prosentase tahunan dalam tingkat harga umum yang diukur berdasarkan indeks harga konsumen atau indeks harga lainnya. Inflasi sangat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi yang berbentuk fisik maupun investasi yang berbentuk surat-surat berharga seperi saham dan obligasi. Investasi di pasar modal banyak mengandung unsur ketidakpastian dan besar resikonya. Pilihan investasi akan sangat bergantung pada investor dalam memandang resiko. Pada saat inflasi meningkat, banyak investor yang mengalihkan dananya ke sektor yang berisiko rendah dibandingkan di pasar modal, sehingga harga saham menjadi lemahrendah dan nilai perdagangan saham menjadi rendah. Inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus. Venieris and Sebold mendefinisikan inflasi sebagai suatu kecenderungan meningkatnya tingkat harga secara terus menerus sepanjang waktu a sustained tendency for the general level of prices to rise overtime . Berdasarkan definisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali waktu saja tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. 34 Hasan, Ahmad, Mata Uang Islam, Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islam Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005 , 274. 99 Sedangkan Nopirin mengatakan inflasi adalah proses kenaikan harga umum barang-barang secara terus menerus. 35 Sebagian ahli ekonomi telah berusaha memberi penekanan dengan memberi istilah “inflasi” terhadap kenaikan harga tingkat harga yang berlangsung secara berkepanjangan, dan menggunakan istilah “kenaikan tingkat harga” untuk kenaikan yang terjadi dalam satu kurun waktu temporeri. Tingkat inflasi presentasi pertambahan kenaikan harga berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda dari satu negara ke negara lainnya. Adakalanya tingkat inflasi adalah rendah yaitu mencapai dibawah 4-6 persen. Tingkat inflasi yang moderat mencapai diantara 5-10 persen. Inflasi yang sangat serius dapat mencapai tingkat bebrapa ratus atau beberapa ribu persen dalam setahun. Sebagian pakar ekonomi berpendapat bahwa kalimat inflasi mengandung banyak makna konsep: 36 a Inflasi pada harga. Ini terjadi kenaikan harga di luar kebiasaan. b Inflasi pada income. Ini terjadi apabila munculnya fenomena kenaikan pada pasokan income uang pada perindividuan, di luar standar normal. c Inflasi pada biaya. Ini termasuk kenaikan yang terjadi pada unsur-unsur produk yang berlaku di pasar komoditi. Mulia Nasution menyatakan inflasi yang disebabkan oleh dorongan biaya dapat dibedakan dari unsur penyebabnya, karena inflasi ini terjadi dari berbagai unsur penyebab didalam perekonomian, sehingga dapat dikelompokkan jenis-jenis inflasi sebagai berikut: 37 a Cost Push Inflation Inflasi ini terjadi karena produsen menaikkan harga pokok penjualannya akibat naiknya biaya produksi. Kenaikan biaya produksi yang dibebankan kepada konsumen dengan menaikkan tingkat harga akan menyebabkan inflasi. Dengan kenaikan harga, 35 Nopirin, Ekonomi Moneter Yogyakarta: BPFE, 1990 , 25. 36 Hasan, Ahamd, Mata Uang Islam, Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islam Jakarta: PT Raja Grasindo Persada, 2005 , 276. 37 Mulia Nasution, Ekonomi Moneter: Uang dan Bank Jakarta: Djambatan, 1998 , 21 . 100 serikat pekerja akan kembali menuntut kenaikan upah karena naiknya biaya hidup. Hal ini akan dapat memperbesar inflasi akan saling susul-menyusul. b Price Push Inflation Penyebab inflasi adalah kekuatan monopoli yang dimiliki produsen, sehingga kekuatan monopoli yang dimiliki produsen dapat mengatur tingkat produksi untuk menaikkan tingkat harga yang sesuai dengan keinginannya. c Import Cost Push Inflation Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan tingkat harga barang-barang impor impor barang modal dan bahan baku yang penting. Karena barang-barang impor tersebut meningkat, maka didalam negeri juga akan mengalami kenaikan. Ada tiga teori utama mengenai inflasi yaitu: 38 a Teori Kuantitas Mengatakan bahwa penyebab inflasi adalah pertambahan jumlah uang beredar dan psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga-harga dimasa mendatang. Tambahan jumlah uang beredar sebesar x bisa menumbuhkan inflasi kurang dari x , sama dengan x , atau lebih besar dari x , tergantung kepada apakah masyarakat tidak mengharapkan harga naik lagi, akan tetapi lebih buruk dari masa sekarang atau lampau, atau akan naik cepat dari sekarang ata masa lampau. b Teori Keynes Mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini menarik karena menyoroti peranan distribusi pendapatan dalam proses inflasi, dan menyarankan hubungan antara inflasi dan faktor-faktor non ekonomis. c Teori Strukturalis Teori inflasi jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekuatan struktur ekonomi, khususnya suplai bahan makanan dan barang-barang ekspor. Inflasi semacam ini tidak bisa hanya diobati dengan misalnya mengurangi jumlah 38 Muana Nanga, Makro Ekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001 , 252. 101 uang beredar, tetapi dengan pembangunan sktor bahan makanan dan ekspor. Inflasi cenderung memperendah tingkat bunga riil yang menyebabkan terjadi ketidakseimbangan di pasar modal. Hal ini akan menyebabkan penawaran dana untuk investasi menurun, dan sebagainya akibatnya investor sektor swasta tertekan sampai ke bawah tingkat keseimbangannya, yang disebabkan oleh terbatasnya penawaran dana yang dapat dipinjamkan loanable founds . Karena, sejauh inflasi menuntun kearah tingkat bunga riil yang rendah dan ketidakseimbangan pasar modal, inflasi memperkecil investasi dan pertumbuhan. Inflasi menimbulkan akibar buruk kepada individu, masyarakat dan kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Prospek pembangunan jangka panjang akan menjadi semakin buruk jika inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi yang bertambah serius cenderung mengurangi investasi yang produktif. Kecenderungan ini mengakibatkan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menurunnya kinerja perusahaan yang mengakibatkan turunnya tingkat pengembalian investasi saham. Awal munculnya fenomena inflasi disebabkan tersebanya dinar dan dirham yang tidak murni. Itu disebabkan karena sebagian dari kekuatan nilai belinya tidak berasal dari logam itu sendiri. Dari sini maka nilai angkanya jauh lbih besar dari nilai harga sesungguhnya. Padahal jika bernaung dibawah sistem standar emas maka harga lebih stabil. Itu disebabkan karena sistem emas adalah sistem yang lahir secara spontan. 39 Ketika masyarakat mulai menggunakan mata uang kertas, pada mualnya tidak terjadi inflasi seperti sekarang ini. Akan tetapi inflasi melonjak ketika tidak diisyaratkan backign emas dan perak sehingga muncul fenomena inflasi di seluruh dunia. 40 Oleh karena itu sebagiam spesialis ekonomi islam menyimpulkan definisi inflasi sebagai kelebihan yang terjadi pada kuantitas mata uang kertas yang tidak diimbangi dengan kelebihan backing emas dan perak. 39 Ahmad Hasan, Mata Uang Islam, Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islam Jakarta: PT. Raja Granfindo Persada, 2005 , 277. 40 Khairat al-Baidhawi, al-Tad}akhum wa Âsâruhu fi al- ‘Alam al-Tsalits Beirut: Institut al- Inma‟, al-„Arabi 1976, 24. 102 Definisi ini tidak disetujui oleh pakar ekonomi, mereka berpendapat definisi tersebut sudah tidak relevan pada masa sekarang. Sebab, mata uang kertas tidak lagi mempunyai hubungan dengan emas, tetapi kekuatan belinya hanya diambil dari produk negara dan keseimbangannyadengan komoditi, dan layanan yang berikan. Andaikata penolakan ini benar, seharusnya negara-negara industri maju tidak akan mengalami inflasi. Dimasa sekarang, fenomena inflasi ini semakin bertambah karena bertumpu pada sistem standar mata uang kertas, sehingga mendatangkan dampak yang sangat berbahaya. Sejak dahulu, ulama telah memperingatkan kerusakan yang ditimbulkan oleh fenomena inflasi ini. Bahkan Imam Syafi,î r.a adalah orang pertama yang berbicara dampak yang di timbulkan oleh inflasi. Sebagaimana uang diungkapkan oleh Imam al-Nawawi mengutip perkataan imam Syafi,î: “Imam Syafi,î beserta ashab murid-muridnya, melarang pemimpin untuk mencetak dirham yang tidak murni, berdasarkan hadist shahih, bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Barang siapa yang menipu kami kaum muslimin, maka tidaklah termasuk golongan kami ”. HR. Muslim Disamping itu, pencetakan dirham yang tidak murni juga akan merusak nilai mata uang, merugikan terhadap hak orang lain, menyebabkan naiknya harga, sulitnya mendapatkan pemasukan serta kerusakan-kerusakan lainnya. 41 Adam Isa malah memandang Inflasi mata uang sangat berpengaruh negatif terhadap akhlak seseorang. Sebab akan menyebabkan kerugian pada masyarakat. Oleh sebab itu, ketika terjadinya kenaikan pada harga barang, dan anjloknya pada nilai beli mata uang-sementara gaji pegawai pemerintahan pada level yang ada-biasanya mereka terpaksa untuk memenuhi kebutuhan 41 Ahmad Hasan, Mata Uang Islam, Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islam Jakarta: PT. Raja Granfindo Persada, 2005 , 282. 103 material dengan cara mengeksploitasi tugas mereka, sehingga terjadi istilah sogok-menyogok. 42 Syahatah menawarkan solusi untuk menimalisir tingkat inflasi . Solusi tersebut dirumuskan sebagai berikut: 43 a. Reformasi terhadap sistem moneter yang ada sekarang, dan menghubungkan antara kuantitas uang dengan kuantitas produksi. b. Mengarahkan belanja dan melarang terlalu berlebihan, mubazir dan belanja yang tidak bermanfaat. c. Larangan menimbun harta dan mendorong untuk menginvetasikannya. d. Meningkatkan produksi dengan memberikan dorongan terhadap unsur manusia secara moral dan material. Menurut Ahmad Hasan, pengetahuan secara benar tentang sebab terjadinya inflasi akan memberikan solusi yang tepat untuk mengatasinya . Yang di maksud adalah peredaran mata uang kertas melebihi backing emas dan perak. Oleh karena itu hubungan erat antara mata uang kertas dengan emas dan perak harus dikembalikan seperti sedia kala, disamping mendorong masyarakat untuk menyimpan deposito dalam bentuk emas dan perak. 44 2 Interest-based Economy dan Interest-Free Economy dalam kaitannya dengan Inflasi a Interest-based Economy M. Anwar mengatakan, sistem suku bunga Interest-based Economy akan mengakibatkan investasi yang modalnya berasal 42 Musa Adam Isa, Âsar al-Taghayyurât fi Qîmati al-Nuq ȗd wa Kaifiyya h Mu’ allijâtihâ fi al-Iqtishâd al-islâmy Jeddah: Majm d Dâllah al- Barâ kah, 1993 , 118. 43 Husein Syatahah, al-Fâidah al-Ribawiyah Wuq ȗdu al-Tadhakhum al- Naqdî wa Laisat Ta’wîdhan ‘Anhu Bank Dubai Islami: Majalah al-Iqtishâd al- Islami, Jumadi al- lâ 1402H , 8. 44 Ahmad Hasan, Mata Uang Islam, Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islam Jakarta: PT. Raja Granfindo Persada, 2005 , 287. 104 dari dana pinjaman, akan diperhitungkan biaya inflasi atau disebut tingkat inflasi yang diantisipasi pada waktu pengembalian. 45 b Interest-Free Economy Menurut M. Anwar, interest-free economy tipikalnya adalah bagi hasil profit sharing. Kenaikan profit sharing suatu perusahaan ditentukan oleh tingkat aktual inflasi. Kesimpulannya, dalam sistem interest-free economy ekonomi bebas bunga, tingkat ril return yang diperoleh pemodal tidak diakibatkan oleh inflasi. Sebab tingkat ril return yang didapatkan seorang pemodal dapat diproteksi pada saat terjadi inflasi, dan inflasi tidak mungkin mempengaruhi keputusan dia untuk mempertahankan aset. Oleh karen itu, pada sistem bunga, kelesuan kondisi ekonomi dihubungkan dengan inflasi, baik diantisipasi maupun tidak. Dan hal ini tidak terjadi pada sistem interest-free economy . Dan yang peling utama, profit sharing yang didalamnya merepresentasikan nilai-nilai keadilan serta lebih manusiawi. c Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS SBIS merupakan kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. SBIS mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut: 1. menggunakan akad jualah Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia, SBIS juga dapat diterbitkan dengan menggunakan akad mudharabah, musyarakah, wadiah, qardh, dan wakalah 2. satuan unit sebesar Rp.1.000.000,00 satu juta rupiah; 3. berjangka waktu paling kurang 1 satu bulan dan paling lama 12 dua belas bulan; 4. diterbitkan tanpa warkat scripless; 5. dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan 6. tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. 45 Muhammad Anwar, Modelling Interest-based Economy; A Study in Macro-economics and Development Grove st., Herndon: The International Institute of Islamic Thought, 1987 , 67. 105 Pengaturan SBIS sendiri ada pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 1011PBI tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. SBIS didefinisikan Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. 46 SBIS memiliki 2 karakterisrik utama, yaitu diterbitkan dan ditatausahakan tanpa warkat dan bersifat tidak dapat diperjualbelikan non negotiable, jadi SBIS bukan merupakan surat berharga seperti obligasi, surat tagihan dll. Atas penitipan tersebut, BI dapat memberikan bonus. Fatwa DSN lebih lanjut menjelaskan bahwa bonus yang diberikan BI tidak boleh dipersyaratkan atau dengan kata lain bersifat sukarela. Apabila ada perubahan tingkat SBIS maka akan berpengaruh terhadap harga saham. Perubahan tingkat Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS dapat mempenagruhi harga saham melalui tiga cara: 1 Perubahan tingkat SBIS mempengaruhi kondisi perusahaan secara umum dan profitabilitas perusahaan yakni dividen dan harga saham biasa. 2 Perubahan tingkat SBIS mempengaruhi antara perolehan dari obligasi dan perolehan dividen dari saham-saham, oleh karena itu terdapat daya tarik yang relatif antara saham dan obligasi. 3 Perubahan tingkat SBIS mempengaruhi psikologi para investor sehubungan dengan investasi kekayaan, sehingga mempengaruhi harga saham. Bila tingkat SBIS mengalami kenaikan maka hal tersebut akan membuat para investor akan menarik dananya dan menginvestasikanya ke deposito. Sedangkan bila tingkat SBIS mengalami penurunan maka dana yang ditanamkan tersebut akan ditarik dan para investor akan menginvestasikan dananya tersebut ke aspek yang lebih menguntungkan lainnya seperti ke pasar modal dengan membeli saham. 46 Peraturan Bank Indonesia Nomor 1011PBI tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. 106 6 Analisis Industri dan Perusahaan a. Price Earning Ratio PER PER merupakan suatu intuitif statistik yang menghubungkan harga yang dibayar terhadap current earnings dan menunjukkan seberapa besar investor bersedia membayar setiap rupiah yang dihasilkan. PER yang tinggi menunjukkan kepercayaan investor bahwa perusahaan memiliki pendapatan yang cukup tinggi. Price Earning Ratio PER merupakan indikator yang dapat digunakan apakah harga saham tertentu dinilai tinggi atau rendah. Menurut Ricahrd B. dan Stewart M, PER yang tinggi dapat menunjukkan: 47 1 Investor mengharapkan pertumbuhan deviden yang tinggi maka akan menarik minat para investor untuk membeli saham sehingga permintaan saham akan meingkat. Peningkatan permintaan saham akan menyebabkan harga saham meningkat. 2 Saham berisiko rendah sehingga investor tertarik dengan pengembalian yang rendah. Dengan demikian permintaan saham yang berisiko rendah akan meningkat yang menyebabkan harga saham tersebut naik. 3 Perusahaan diharapkan mampu mencapai pertumbuhan rata- rata sementara di pihak lain mampu membagikan laba dalam proporsi yang besar. Pertumbuhan dan pembagian laba yang tinggi menimbulkan minat para investor untuk membeli saham dan pada akhirnya akan menaikkan harga saham. Dari ketiga hal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa PER yang tinggi akan menyebabkan harga saham yang tinggi pula, begitu pula sebaliknya jika nilai PER rendah maka akan menyebabkan harga saham rendah. PER dapat dirumuskan sebagai berikut: 48 47 Richard B. Stewart M., Principles of Cooperate Finance New York: MCGtaw-Hill, 1991 , 56. 48 Darmaji T. dan M. Fakhruddin, “Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab Jakarta: Salemba Empat, 2006 , 134. PER= �� �� ��ℎ� �฀�� � �� � ��� � ℎ� � 107 Beberapa keuntungan penggunaan PER dalam penilaian ekuitas, yaitu: 49 a Modelnya relatif sederhana dan mudah dihitung. b Data PER untuk setiap perusahaan tersedia sehingga memudahkan perbandingan antar perusahaan. c Menghubungkan harga saham dengan earning. d Sebagai alat ukur dalam mengukur karakterisktik perusahaan termasuk risiko dan pertumbuhannya. e PER merefleksikan persepsi dan sentimen pasar. Apabila investor merasa optimis terhadap saham industri tertentu, maka akan meningkatkan harga saham tersebut. PER saham tersebut akan meningkat karena optimisme tersebut. Demikian pula sebaliknya PER akan menurun apabila pasar membuat kesalahan sistematis. PER memiliki kelemahan karena keterbatasannya yang dimilikinya: 50 1. Perhitungan didasarkan atas laporan akuntansi dengan metode penyusunan yang berbeda antara satu perusahaan dengan yang lainnya sehingga perbandingan rasio satu perusahaan dengan yang lain bisa mengakibatkan interpretasi yang berbedamisalnya dalam hal perbedaan metode penyusunan, metode penghapusan piutang dan pembagian bonus. 2. Diperlukan analisis yang lebih mendalam tentang kinerja perusahaan untuk mengatakan bahwa suatu perusahaan lebih bagus dibandingkan perusahaan lainnya, tidak cukup hanya dngen membandingkan PER saja. 3. Karena sifat analisis rasio adalah jangkan pendek, manajemen perusahaan dalam menyajikan PER bisa memanipulasi dengan syah yaitu dengan menggeser angka-angka yang diperkanan secara akuntasi, misalnya melalui penghapusan, penyusutan dna cadangan. 49 Domadaran, Domadaran on Valuation Singapore: Jhon Wiley Sons, Inc., 1996 , 291. 50 Domadaran, Domadaran on Valuation Singapore: Jhon Wiley Sons, Inc., 1996 , 307. 108 4. PER tidak dapat digunakan apabila EPS negatif. Walaupun hal ini bisa diatasi secara partial dengan normalisasi atau rata-rata EPS , masalah ini tidak dapat dieliminir seluruhnya. 5. Volatilitas pendapatan earning bisa menyebabkan PER berubah secara drastis dari periode ke periode. Secara siklus, earning akan bergerak mengikuti pergerakan ekonomi sedangkan harga merefleksikan pengharapan di masa yang akan datang. Jadi PER dari suatu perusahaan akan bergerak mengikuti siklus sehingga akan tinggi pada masa kritis dan rendah pada masa booming. Nilai PER bisa dibandingkan antar perusahaan dan antar industri dengan pendekatan comparable perbandingan antar perusahaan dalam industri yang sama dan pendekatan regresi secara croos sectional. PE ratio menggambarkan optimisme market terhdaap pertumbuhan perusahaan. Dengan PE maka dapat diketahui apakah investor merasa optimis atau perimis terhadap saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika mereka merasa optimis maka mereka akan memutuskan untuk membeli saham tersebut. PER dapat dihubungkan dengan faktor-faktor fundamental yang menentukan nilai dalam DDM yaitu tingkat pertumbuhan yang diharapkan payout ratio dan risiko. Banyak perbedaan menyangkut PER, risiko dan return menyimpulkan bahwa nilai PER berhubungan dengan size perusahaan dan risiko tidak sistematis. Keown, Pinkerton dan Chen pada tahun 1987 mengindikasikan bahwa pemilihan portofolio dapat didasarkan pada PER namun Fardfield di tahun 1994 menyatakan bahwa banyak faktor selain PER yang perlu dianalisa. Dengan semakin terintegrasinya pasar modal, analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap PER pada setiap industri mempunyai arti penting bagi investor sebelum mengambil keputusan investasi. 109 b. Book to market Beberapa studi telah menunjukkan hubungan antara book to market dengan excess return dimana excess return merupakan selisih antara portofolio return dengan risk fire rate. Rosenberg, Reid dan Lanstein 1985 menemukan bahwa rata-rata return pada saham-saham di bursa Amerika mempunyai hubungan positif dengan rasio nilai buku dan nilai pasarnya harga. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Fama dan French 1992 dengan meneliti return saham antara tahun 1963 sampai 1990 dan menunjukkan adanya hubungan positif antara rasio nilai buku harga dengan return. Mereka kemudian mengklasifikasikan perusahaan berdasarkan rasio nilai buku harga dalam 12 portofolio. Portofolio perusahaan-perusahaan yang mempunyai rasio book to market tinggi memberikan return yang lebih rendah daripada portofolio dengan rasio book to market rendah. Fama dan French menunjukkan pula bahwa saham dengan book to market ratio yang lebih rendah memberikan indikasi risiko yang lebih tinggi, karena perusahaan yang harga sahamnya dibawah nilai buku biasanya sedang mengalami masalah dalam perusahaanya. Oleh karena itu, sebaiknya investor harus mempertimbangkan apakah tambahan return yang akan diperoleh seimbang dengan peningkatan risiko yang dihadapi. Hubungan antara price dan book menarik perhatian investor. Book to market merupakan rasio yang menghubungkan nilai buku saham dengan harga saham perusahaan tersebut. Saham yang dijual dibawah Book menjadi menarik untuk dibeli dan akan dijual kembali jika nilainya menjadi naik nantinya. Nilai dari Book biasanya dihasilkan melalui perhitungan akuntasni, berupa ekuitas. Ekuitas tersebut diperoleh dari perbedaan antara nilai buku aktiva dengan nilai buku kewajiban. Nilai buku dari aktiva umumnya ditentukan berdasarkan aturan akuntasni dan dengan bertambah umurnya maka nilai buku aktiva tersebut berkurang sedangkan nilai dari kewajiban tersebut menggambarkan nilai pada saat terjadinya kewajiban tersebut. Hal ini yang membedakannya dengan market value, karena menurut Reilly, market value 110 merupakan nilai yang ditetapkan berdasarkan kekuatan suply dan demand . 51 Beberapa keuntungan menggunakan book to market relatif stabil sehingga dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam melakukan perbandingan dengan market value. 52 1. Melalui standar akuntansi yang konsisten sehingga dapat digunakan untuk membandingkan antar perusahaan yang menggunakan metode akuntansi yang sama. 2. Walaupun perusahaan mengalami negative earning, investor dapat menggunakan book to market dalam menilai perusahaan. Tetapi terdapat beberapa kelemahan dalam menggunakan book to market : 1. Dipengaruhi oleh sistem akuntansi yang berbeda-beda sehingga tidak dapat diperbandingkan antar perusahaan atau antar negara yang mempunyai standar akuntansi yang berbeda. 2. Karena perusahaan satu dengan yang perusahaan yang lain belum tentu mempunyai sistem akuntansi yang sama maka book to market tidak bisa dijadikan sebagai suatu perbandingan Dari hasil penelitian Fama dan French menghasilkan bahwa efek beta tidak dapat digunakan untuk menjelaskan return saham melainkan efek size dan book to market lebih mampu memprediksi return . Namun untuk memilih suatu investasi, Nickel dan James pada tahun 1990 menyarankan 5 kriteria yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Risiko investasi, yang menjelaskan kemungkinan bahwa investasi dan akumulasi yield hasil dari investasi tersebut tidak memilik nilai pada suatu periode. 2. Yield hasil usaha, yang menggambarkan peningkatan nilai investasi untuk jangka waktu tertentu umumnya untuk 1 tahun. 51 Frank Reilly and Brown Keith C., Investment Analysis and Porotfolio Management Orlando: Dryden Press, 1997, 772. 52 Domadaran, Domadaran on Valuation Singapore: Jhon Wiley Sons, Inc., 1996 , 307. 111 3. Duration, mewakili jangka waktu tertentu atas aktiva yang diperjanjikan. 4. Likuiditas, menunjukkan seberapa cepat pengembalian investasi. 5. Pajak, menjelaskan pengaruh pajak investor terhadap investasi. Banyak investor telah menggunakan hubungan antara harga dengan nilai buku sebgai strategi investasinya, dari yang sederhana sampai yang kompleks. Beberapa investor telah menggunakan rasio harganilai buku yang rendah sebagai saham yang undervalued . Beberapa studi yang telah dilakukan terhadap book to market ratio dalam strategi investasi antara lain yaitu book to market ratio dan excess return, dan penggunaan book to market ratio sebagai kriteria investasi. c. Return On Equity ROE Return on equity atau sering disebut rentabilitas modal sendiri menurut Bambang Rianto adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dilain pihak. 53 Laba yang diperhitungkan untuk mengukur ROE adalah laba yang dikurangi beban bunga dan pajak. Definisi ROE menurut R. Agus adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. 54 Pemilik sebagai orang yang sangat bertanggung jawab terhadap keberadaan perusahaan tentunya menginginkan rentabilitas yang tinggi. Untuk itu maka pemilihan untuk sumber- sumber pembelanjaan yang dilakukan hendaknya dapat mempertinggi rentabilitas modal sendiri. Suad Husnan juga lebih mempertegas lagi bahwa ROE adalah laba yang ditahan dan 53 Bambang Rianto, Dasar Pembelanjaan Perusahaan Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada 1995, 44. 54 R. Agus, Manajemen Keuangan teori dan Aplikasi Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1996, 51. 112 diinvestasikan kembali tersebut bisa menghasilkan tingkat keuntungan. 55 Sementara itu Sutrisno menyatakan ROE yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setalah dipotong pajak atau earning after taxes. Sehingga berdasarkan penjelasan sebelumnya yang dimaksud ROE adalah kemampuan perusahaan dalam mengembalikan return yang diharapkan. ROE merupakan salah satu rasio profitabilitas yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba. Return on equity sering disebut juga dengan rate of return on net worth, yaitu: “Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri”. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setalah dipotong pajak atau earning after taxes EAT. 56 Menurut Teodora 2002, Return On Equity yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. Menurut Yarnest, Return On Equity adalah ukuran rasio dari pendapatan bersih setelah pajak dengan modal sendiri yang dinyatakan dalam bentuk presentase. 57 Sedangkan menurut Weston Birgham, Return On Equity adalah rasio laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas saham biasa, rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa. 58 Return On Equity mengukur perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi para pemegang saham perusahaan. ROE yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. Semakin mampu perusahaan memberikan keuntungan bagi pemegang saham, maka 55 Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas Yogakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 1998, 293. 56 Sutrismo, Manajemen Keuangan Yogyakarta: Penerbit Ekonosia FE UII, 2000, 267. 57 Yarnest, Analisis Pengaruh Variabel Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Return Saham ; Studi di BES Jurnal Ekonomi, 2002, 294. 58 Weston, Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan Jakarta: Erlangga, 1993, 305. 113 saham tersebut semakin diinginkan oleh investor. Hal ini menyebabkan permintaan akan saham meningkat dan selanjutnya akan menyebabkan harga saham tersebut naik. Rumus ROE adalah sebagai berikut: 59 7 Debt Equity Ratio DER Debt Equity Ratio DER merupakan bagian dari financial leverage . Menurut Keown, et.al., adalah meningkatnya variabilitas pendapatan pemegang saham sebagai akibat bertambahnya penggunaan hutang, financial leverage juga menimbulkan ancaman dan kebangkrutan. 60 Rosyadi menjelaskan DER yaitu menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan perusahaan. Semakin besar DER menunjukkan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutnag-hutang relatif terhadap ekuitas, hal ini tentu saja mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi. 61 DER juga mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan bersih yang tersdia bagi pemegang saham, ternasuk besarnya dividen yang akan diperoleh. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa DER adalah ukuran rasio dari jumlah utang baik utang jangka oendek maupun utang jangka panjang dibandingkan dengan 59 Darmaji T. dan M. Fakhruddin, “Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab Jakarta: Salemba Empat, 2001, 78. 60 Arthur Keown J et al, Dasar-dasar Manajemen Keuangan Jakarta: Salemba Empat, 1991, 259. 61 Rosyadi, Keterkaitan Kinerja Keuangan dengan Perubahan Harga Saham Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 2002, 37. 114 jumlah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Kewajiban meliputi kewajiban lancar dan semua hutang jangka panjang. Makin rendah kewajiban ini makin besar penyangga kerugian yang mungkin timbul pada waktu likuidasi. Dengan demikian, kemampuan melunasi seluruh kewajibannya juga makin besar. Eugene, Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan modal sendiri untuk memenuhi kewajibannya. 62 Debt to Equity Ratio termasuk kelompok rasio leverage. Semakin besar debt menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin besar debt mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi pula. DER dapat dirumuskan sebagai berikut: 63 Sedangkan kondisi baik atau buruk perusahaan dapat dilihat melalui harga atau nilai dari sahamnya. Perusahaan yang memiliki kinerja baik cenderung mempunyai harga saham yang lebih stabil atau bahkan mengalami peningkatan. Oleh karena itu, memaksimumkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga sahamnya merupakan tujuan utama dari manajemen keuangan. 68 Mengingat harga saham selalu berfluktuasi, maka baik bagi pihak perusahaan maupun investor hal ini menjadi masalah yang harus diperhatikan. Mengenai fluktuasi atau pergerakan harga saham, banyak faktor yang mempengaruhinya. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham yang dibahas hanya sekitar ROE, DER, PER, tingkat Sertifikat Wadah Bank Indonesia SBIS, inflasi, kurs mata uang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston dan Bringham adalah proyeksi laba perlembar saham, saat diperolehnya laba, tingkat risiko dari proyeksi laba, 62 Eugene, Fama., Uang dan Bank Jakarta: Erlangga, 1993, 686. 63 Darmaji T. dan M. Fakhruddin, “Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab Jakarta: Salemba Empat, 2006 , 134. 115 proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta pembagian dividen. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham adalah kendala eksternal seperti tingkat kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak, dan keadaan bursa saham. 69 Tingkat rendahnya harga saham benar-benar merupakan penilaian sesaat judgement momental yang dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk faktor psikologis dari penjual atau pembelinya. Kondisi perusahaan, kebijakan direksi, tingkat suku bunga, harga komoditi, investasi lain, kebijaksanaan pemerintah, tingkat pendapatan, laju inflasi, penawaran dan permintaan, dan kemampuan analisis efek adalah sebagian dari hal-hal yang berpengaruh pada penentu harga saham. Harga saham bisa naik dan bisa turun tergantung dari perubahan satu atau lebih faktor yang mempengaruhinya. Pada saat permintaan tinggi terhadap suatu saham harganya bisa naik dan sebaliknya jika permintaan terhadap suatu saham rendah maka harganya akan turun. Pada saat suku bunga naik, umumnya efek menjadi kurang menarik sehingga harganya cenderung turun. Dalam melakukan invesatasi di pasar modal, investor harus benar-benar menyadari bahwa disamping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian, ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisa keadaan harga saham dan kemungkinan turun naiknya harga saham tersebut.

C. Prinsip-prinsip Perdagangan Saham Syariah