Mekanisme Harga Saham dalam Pasar Modal Syariah

61 adalah sesuatu yang keberhasilannya diragukan apakah akan tercapai atau tidak. Dengan demikian, transaksi yang mengandung gharar berarti transaksi yang bisa menimbulkan kerugian besar bagi salah satu pihak yang melakukan transaksi. Ahmad Musthafa al- Zarqa‟, pakar hukum Islam kontemporer asal Syira, menyatakan bahwa jual beli gharar itu adalah memperjualbelikan sesuatu yang masih bersifat spekulatif, di mana eksistensi dan tolok ukurnya tidak jelas. 49

C. Mekanisme Harga Saham dalam Pasar Modal Syariah

Ada beberapa prinsip dasar untuk membangun sistem pasar modal yang sesuai dengan ajaran Islam, antara lain, tidak diperkenankan penjualan dan pembelian secara langsung. Saat ini, jika seseorang ataupun sebuah perusahaan ingin menjual atau membeli saham, dia akan menggunakan jasa broker atau pialang. Kemudian broker tersebut akan menghubungi jobbers dan menyampaikan maksud untuk bertransaksi, baik dalam pembelian maupun dalam penjualan saham. Kemudian para jobber ini menawarkan dua rate harga yaitu, rate harga yang akan dibelinya yang biasanya lebih rendah dan rate harga yang akan dijualnya yang biasanya lebih tinggi. Selanjutnya para jobber berkewajiban untuk membeli saham tersebut. Transaksi model ini memberikan dua implikasi. Yang pertama, para jobber akan melakukan pembelian saham meskipun mereka belum tentu membutuhkannya. Mereka membeli saham dengan harapan akan dapat menjualnya kembali kepada pihak yang memerlukan. Hal ini akan membuka pintu spekulasi. Para spekulan mengetahui bahwa mereka dapat membeli saham yang menguntungkan dari pasar karena para jobber ini mampu menyediakan ready stock. Begitu pula bila saham tersebut ternyata kurang menguntungkan, mereka secara cepat pula melepasnya. Implikasi selanjutnya adalah perubahan harga hanya ditentukan oleh kekuatan pasar, dimana tidka ada perubahan yang berarti dari nilai intrinsik saham. Dalam ajaran Islam, aturan pasar modal harus dibuat sedemikian rupa untuk menjadikan tindakan spekulasi sebagai 49 Mustafa Ahmad az- Zarqa‟, al-Madkhal al-Fiqhi al-„Am: al-Fiqh al- Islami fi Tsaubihi al-Jadid Beirut: Dar al-Fikr, 1968, 96. 62 sebuah bisnis yang tidak menarik. Untuk itu prosedur pembelianpenjualan saham secara langsung tidak diperkenankan. Prosedurnya, setiap perusahaan yang memiliki kuota saham tertentu memberikan otoritas kepada agen di lantai bursa, untuk membuat deal atas sahamnya. Tugas agen ini adalah mempertemukan perusahaan tersebut dengan calon investor, dan bukan membeli atau menjualnya secara langsung. Saham-saham tersebut dijual ataupun dibeli jika memang tersedia. Jika banyak pihak yang menginginkan saham tertentu, maka mereka terlebih dahulu harus terdaftar sebagai applicant, dan saham tersebut kemudian dijualdibeli dengan prinsip first-come- first-served siapa datang dahulu dia dilayani. Saat ini, harga saham ditentukan oleh kekuatan supply dan demand . Sedangkan dalam aturan Islam, penentuan harga saham berbeda dengan penentuan harga seperti yang terjadi pada saat ini. Jika kita melihat balance sheet dari joint stock company, maka terlihat bahwa aset sama dengan modal saham ditambah dengan kewajiban. Aset tersebut merupakan representasi dari modal, dimana kewajiban diasumsikan dengan nol. Sehingga, sertifikat sahamnya memiliki nilai tertentu, dimana nilainya akan sama dnegan nilai asetnya. Setiap harga saham yang di atas atau di bawah nilai asetnya, tidak menunjukkan kondisi sesungguhnya. Tetapi kekuatan pasar mampu membuat harga saham tersebut di atasdi bawah nilai asetnya. Dalam pandangan Islam, untuk mencegah terjadinya distorsi ini, harga saham harus sesuai dengan nilai intrinsiknya. Adapun formula perhitungannya adalah: harga saham sama dengan modal saham + keuntungan – kerugian + akumulasi keuntungan – akumulasi kerugian, yang kesemuanya dibagi dengan jumlah saham. 50 Formula ini akan memberikan nilai sebenarnya dari sertifikat saham, dan akan menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk membeli atau menjual pada berbagai level harga kecuali berdasarkan regulasi harga yang telah ditetapkan. Prinsip dasar lainnya adalah penelitian account books secara cermat. Praktek standar manajemen bisnis dan akunting 50 Muhammad Akram, Issues in Islamic Economics Michigan: Islamic Publication, 1983 63 harus diterapkan pada semua perusahaan yang telah memiliki kuota saham tertentu. Kemudian, perlu ada proses audit dan investigasi secara mendadak untuk meneliti kebenaran dari balance sheet suatu perusahaan. Selain itu, tiap perusahaan harus diminta untuk mengumumkan posisi keuangannya setiap tiga bulan sekali, sehingga publik akan mengetahui berapa berapa seseungguhnya nilai intrinsik dari sahamnya minimal 4 kali dalam setahun. Tentu saja tanggal penutupan suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lainnya, sehingga tanggal pengumuman posisi keuangannya pun akan berbeda-beda. Dengan demikian, hampir setiap minggu sepanjang tahun, akan ada penutupan dan pengumuman posisi keuangan, dan hal ini akan tetap membuat pasar aktif sepanjang tahun. Prinsip dasar ini juga melarang perusahaan untuk menjual saham mereka sendiri. Perusahaan selanjutnya dilarang untuk menjual sahamnya sendiri di pasar tanpa ada izin dari pencatatpendaftar Joint Stock Company . Sudah seharusnya harga efek syariah mencerminkan nilai valuasi ril dari aset yang menjadi dasar penerbitan efek tersebut. Skenario bentukan harga saham syariah seharusnya mampu mencerminkan rambu syariah, dimana harga pasar tidak berbeda secara signifikan dengan nilai riil saham. Karena nilai pasar merupakan cerminan dari kondisi riil perusahaan dan kalkulasi ekspetasi perkembangannya. Pasar yang dikenal dalam aturan main syariah menganut sistim kompetisi bebas dan terbuka – walaupun tidak mutlak, dengan begitu nilai pasar sebagai akibat dari tindakan spekulasi maupun intervensi seharusnya tidak terjadi dalam pasar modal syariah. Konsep kepemilikan aset dalam Islam menegaskan bahwa syariah melarang umatnya untuk memiliki atau mendapatkan keuntungan dengan cara-cara yang tidak sehat, seperti spekluasi gambling, monopoli, mencuri, ghas{ab dan riba karena dalam setiap kegiatan tersebut terkait dengan unsur kedzaliman. Etika kepemilikan Islam juga melarang umatnya untuk melakukan manipulasi informasi al- ghashi, gharar dan Kizb. Hal ini yang kemudian menjadi alasan syariah untuk menetapkan sejumlah 64 syarat dalam setiap transaksi. 51 Aturan umum rambu syariah berkenaan dengan mekanisme harga da lam pasar modal syari‟ah yang sehat, menurut pengamatan penulis paling tidak harus berporos kepada pencerminan sejumlah nilai berikut ; a. Konsep „an tarad{in, artinya harga saham benar-benar mencerminkan harga equilibrium yang dihasilkan dari proses titik temu antara penawaran dan permintaan yang wajar. Sebagaimana yang disinyalir dalam al-Quran dalam surat An Nisa ayat 29, sebagai berikut : “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta kamu di antara kamu dengan jalan yang batil dengan melanggar ketentuan agama atau persyaratan yang disepakati… al-Nisa‟4: 29. 52 Kemudian dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim dari Nizhami Abbas R.A, Rasulullah Saw bersabda: Dari Thawus dari Abdullah ibn Abbas ra. dia berkata: “Rasulullah bersabda: Jangan kamu menyokong para pedagang dari dusun dan jangan pula orang pedagang kota mendatangi orang- orang pedagang dusun” Lalu Thawus bertanya kepada Ibn Abbas tentang maksud pedagang kota mendatangi orang pedagang dusun? Ibn Abbas berkata: “yang bertindak sebagai perantara dagang dengan unsur penipuan harga sebenarnya di pasar”. HR. Bukhari dan Muslim Dari kedua nas{ di atas, dapat disimpulkan bahwa syari‟ah melarang perlakuan distorsi pasar dengan adanya manipulasi penawaran maupun permintaan melalui sejumlah tindakan spekulatif tertentu. Padahal praktek spekulatif adalah salah satu satu fenomena yang kerap terjadi dalam perdagangan 51 Yusuf Kamal, al-Islam wa al-Mazahib al-Iqtis}adiyah al- Mu‟akhirah Mansȗrah-Mesir: Dar al-Wafa‟ li al-T}aba‟ah wa al-Nas}r wa al-Tauzî, 1990, 32 52 Quraisy Shihab, al- Qur‟an Maknananya Jakarta: Lentera Hati, 2010, 83 65 saham di pasar sekunder, sehingga mengakibatkan fluktuasi harga saham yang sama sekali tidak berkaitan dengan keadaan ataupun kegiatan ekonomi perusahaan dimaksud. Dalam hal ini J.M Keynes mensinyalir Tingkat investasi tertentu dikuasai oleh tingkat rata-rata harapan pihak-pihak yang terlibat dalam bursa efek, dan bukan dipengaruhi oleh perkiraan para pengusaha, pencerminan kecenderungan ini dapat dilihat dari pergerakan harga saham. 53 b. Prinsip pelarangan Ikhikar penimbunanmonopoli yaitu melakukan pembelian secara besar-besaran suatu efek agar dapat mempengaruhi secara signifikan terjadinya perubahan harga. Hal ini telah disinyalir oleh Nizhami Taimiyah bahwa: 54 “Penjual dilarang dengan sengaja untuk tidak menjual sesuatu kecuali dengan harga yang mereka dapat temukan sendiri”. Perilaku seperti ini tidak bisa diterima oleh logika syari‟ah, dimana disebutkan dalam hadist Rasulullah Saw, bahwasanya: “Barang siapa berupaya melakukan tindakan untuk mempengaruhi harga pasar orang muslim, sehingga harga menjadi naik, maka adalah hak Allah untuk menempatkannya di dalam api neraka pada hari kiamat nanti”. HR Abu Daud dan Tarmidzi Imam Malik menyatakan bahwa: “Tindakan monopolistik tidak dapat dibenarkan karena dapat menaikkan h arga dan merusak pasar…”. 55 Lebih tegas lagi Rasulullah Saw bersabda : 53 Metwally, M.M., Teori dan Model Ekonomi Islam Jakarta: Bangkit Daya Insani, 1995, 176 54 Nizhami Taimiyyah, al-Hisbah fî al-Islâm Mansurâh-Mesir: Dâr elWafa‟, 1967, 18 55 Ali Abdurrasul, Al- Mabâdi‟ al-Iqtishâdiyyah fî al-Islâm Kairo: Dâr el-Nashr, 1989, 62 66 “Barang siapa melakukan tindakan monopolistik maka ia telah bersalah berdosa ”. HR Muslim c. Konsep Islam yang menegaskan pelarangan intervensi pemerintah dalam menentukan harga pasar atas barang tertentu. Jika dilihat dari kaca mata Islam, perkembangan harga juga didasarkan atas hukum supply and demand, yaitu semakin banyak permintaan semakin tinggi harga sutu komoditi. Dalam konsep ekonomi Islam istilah ini dikenal juga dengan hukm al- „arad{ wa al-t{alab. Dalam persoalan harga, pemerintah tidak boleh ikut campur menentukannya, hal ini sesuai dengan Hadist yang diriwayatkan dari Anas bahwasanya pada kondisi normal Nabi menolak untuk menetapkan harga, walaupun pada saat itu terjadi kenaikan harga yang signifikan akibat dari titik temu permintaan dan penawaran, Nabi bersabda: Dari Anas ibn Malik berkata: “Telah melonjak harga di pasar pada masa Rasulullah saw. Mereka para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, tetapkanlah harga bagi kami.” Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya Allah-lah yang menguasai, yang memberi rezeki, yang memudahkan, dan yang menetapkan harga. Saya sungguh berharap bertemu dengan Allah dan tidak seorangpun boleh meminta saya untuk melakukan suatu kezaliman dalam persoalan jiwa dan dalam persoalan harta.” H.R Abu Daud Menurut Ibn Qayyim al Jauziyyah, tokoh fikih dari kalangan Hanafi, hadist ini disabdakan Rasulullah saw., ketika para sahabat memintanya untuk menetapkan harga tas‟ir komoditas yang diperjual belikan di pasar, sedangkan harga barang dalam keadaan normal. Kenaikan harga ketika itu adalah disebabkan oleh permintaan yang banyak, sementara stok barang menipis. Dalam keadaan seperti ini, sebagaimana diterangkan dalam hadist diatas, intervensi penetapan harga 67 oleh pemerintah merupakan tindakan zalim; dan berbuat zalim hukumnya haram. 56 Berdasarkan uraian diatas maka agio, kelebihan harga saham yang berhasil di jual di pasar perdana dari harga nominal saham, merupakan sesuatu yang dibolehkan syara‟, karena kelebihan harga itu didasarkan atas hukum kebebasan pasar suply and demand. Penjualan saham di pasar perdana itu dianggap sebagai objek jual beli al- sil‟ah, yang sudah barang tentu mempunyai harga jual di pasar, atas kesepakatan antara pemilik dan penjual; yaitu kesepakapatan harga emiten dengan penjamin emisi dikaitkan dengan permintaan pasar. Oleh sebab itu, penjualan saham di pasar perdana dengan adanya agio, merupakan sistem transaksi yang normal dalam hukum Islam. 57 Namun demikian, apabila kondisi tidak normal, misalkan terjadi praktek monopoli terhadapa suatu komoditi secara besar-besaran, maka pemerintah atau badan otoritas tertentu dapat melakukan intervensi untuk mencegah terjadinya distosri pasar. Ini merupakan salah satu fungsi dari konsep al-hisbah fungsi pengawasan pasar; Amar ma‟ruf dan nahi munkâr dalam Islam. Intervensi tersebut dapat berupa penghentian penjualan efek atau menentukan harga tertentu melalui ketentuan harga rata-rata tertimbang dari transaksi pada hari terakhir penutupan pasar sebelum terjadinya distorsi atau manipulasi dari pelaku pasar. d. Konsep pelarangan al-jahalah dan ghurur asymetrik information dalam proses transaksi jual beli, artinya setiap informasi yang berkaitan dengan saham ataupun value of the firm yang mengeluarkan saham tersebut harus terdistribusikan secara merata dan transaparan. Hal ini mengingat bahwa biasanya hitungan rasio keuangan, nilai penjualan sales, produktivitas dan lainnya adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham. Dalam hal ini imam al-Qurafi 56 Ibnu Qayyim, Al Thuruq al Hukmiyyah fîî al Siyâsah al syar‟iyyah Kairo: Mu‟assasah al „Arabiyyah li al Thibâ‟ah wa al Nasyr, 1961, 285 57 Nasrun Haroen, Perdagangan Saham di Bursa Efek ; Tinjauan Hukum Islam Jakarta: Yayasan Kalimah, 2000,81 68 menegaskan bahwa berkenaan dengan konsekuensi hukum al- jahalah dan ghurur dapat dikategorikan menjadi tiga tahapan; Pertama, apabila al-jahalah dan ghurur yang berlaku itu signifikan maka hal ini jelas dilarang secara syari‟ah. Kedua, apabila tidak terlalu signifikan maka para fuqoha berbeda pendapat, ada membolehkan dan ada pula yang melarang. Ketiga, namun apabila al-jahalah dan ghurur tersebut tidak signifikan maka hal ini dapat ditolerir oleh syari‟ah. 58 Dalam sebuah hadist, Rasulullah Saw bersabda : “Nabi melarang jual beli yang mengandung unsur tipu daya”. H.R Muslim dan Ahmad Selain itu konsep fiqhiyyah juga menegaskan pelarangan para pelaku pasar untuk mempraktekkan sistim kerja dari sejumlah transaksi berikut ; jual beli An-Najasy yaitu adanya kesepakatan antara penjual dengan pihak ketiga untuk melakukan penawaran palsu sehingga dapat mempengaruhi perilaku calon pembeli yang sebenarnya. Kemudian jual beli al-ghabân yaitu suatu transaksi jual beli yang dilakukan di bawah atau di atas harga yang sebenarnya. Dalam transaksi jenis ini sangat terbuka lebar untuk terjadinya asymetrik information antara pelaku pasar. Syari‟ah menjamin adanya keterbukaan dalam hal informasi yang menyangkut kinerja perusahaan sehingga penentuan harga melalui mekanisme pasar haruslah berdasarkan prediksi kondisi keuangan riil dari perusahaan tersebut. Terakhir Islam melarang jual beli al- ma‟dum yaitu jenis penjualan efek yang tidak atau belum dimiliki langsung oleh si penjual. Islam menjamin penentuan harga dilakukan melalui mekanisme pasar yang sehat. Transaksi jual beli efek pada pasar modal syari‟ah dilakukan dengan perintah menjual atau perintah membeli tanpa disertai dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya. Ini artinya, harga beli atau harga jual efek harus ditentukan di lantai baursa sesuai dengan harga pasar pada saat dilakukan transaksi harga pasar. Dalam transaksi ini, calon pembeli dan penjual sebelumnya tidak bisa 58 Ahmad al-Qurafi, al-Furuq Kairo: Maktabah al-Azhariyyah, 1974,265 69 ikut andil dalam penentuan hrga. Seorang pialang di perdagangan pasar modal syari‟ah hanya bisa menawarkan kepada investor mereka sesuai dengan harga pasar di lantai bursa pada saat transaksi. Mengenai mekansime seperti di atas, perspektif justifikasi fiqhiyah nya masih dalam tataran perdebatan ikhtilâf. Beberapa pandangan populer dalam hal ini yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut : 1. Al-syarkhasyi menjelaskan bahwa mekanisme seperti ini tidak diperbolehkan. Karena harga suatu barang yang diperjual belikan harus diketahui jumlahnya pada saat transaksi dilakukan. Untuk itu, transaksi efek dengan penentuan harga menurut mekanisme pasar pada saat yang akan datang merupakan transaksi yang tidak diperbolehkan menurut prinsip syari‟ah. 59 2. Ibn Qayyim mengatakan bahwa tidak ada persyaratan yang mengatakan bahwa harga haruslah diketahui dan ditentukan secara rinci, selama penentuan harga pada saat transaksi mengedepankan prinsip an-tarâdlin dan jauh dari perselisihan antara pihak-pihak yang melakukan transaksi. Dari alasan tersebut maka kelompok ini membolehkan transaksi efek dengan harga pasar. 60 Mekanisme jual beli saham yang terkait dengan karakteristik yang diperlukan daalam membentuk pasar modal syariah adalah sebagai berikut: 61 1. Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa saham. 2. Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat diperjualbelikan melalui pialang. 3. Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan di Bursa Efek diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan account keuntungan dan 59 Sholah Jaudah, Burshâh al-Aurâq al-Mâliyyah: Ilmiyyan wa Amaliyyan Kairo: al-Ahram, 6-7 60 Ibn Qayyim, I‟lam al-Muwâqi‟in „an Rabb al-„Alamîn Kairo: Maktabah Kuliyyah al-Azhariyyah, 1968, 5 61 Metwally M.M., Teori dan Model Ekonomi Islam Jakarta: Bangkit Daya Insani, 1995, 178-179 70 kerugian serta neraca keuntungan kepada komite manajemen bursa efek, dengan jarak tidak lebih dari 3 bulan. 4. Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi HST tiap-tiap perusahaan dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali. 5. Saham tidak boleh diperjualbelikan dengan harga lebih tinggi dari HST. 6. Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST. 7. Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang terlibat dalam bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syariah. 8. Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu periode perdagangan setelah menentukan HST. 9. Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode perdagangan, dan dengan harga HST.

D. Pembagian Keuntungan Investasi Saham