Gambar 3. Buah Padi dan Bagiannya.  Sumber : Saenong, 1993
2.2 Syarat Tumbuh Padi
Pertumbuhan padi dipengaruhi oleh iklim dan tanah. Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan lembab. Pengertian iklim
menyangkut curah hujan, temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan musim AAK, 1990.
Tanaman   padi   membutuhkan   curah   hujan   yang   baik,   rata-rata   200 mmbulan  atau lebih, dengan distribusi selama empat bulan. Curah hujan yang
dikehendaki   per   tahun   sekitar   1500-2000   mm.     Tanaman   padi   dapat   tumbuh dengan   baik   pada   suhu   23
C.   Padi   yang   tumbuh   di   daerah   lahan   kering memerlukan   curah   hujan   antara   1000-1500   mm   per   tahun   selama   3-4   bulan
dengan   penyebaran   tidak   teratur.   Menurut   Junghun,  dalam  AAK   1990, hubungan antara tinggi tempat dengan tanaman padi adalah sebagai berikut yaitu
1   daerah   0-650   m  dpl   diatas   permukaan   laut   dengan  suhu   22.5 C   –   26.5
C termasuk 96 dari luas tanah di Jawa, cocok untuk tanaman padi; 2 daerah 650-
1500 m dpl dengan suhu 18.7 C – 22.5
C masih cocok untuk tanaman padi AAK, 1990.
Tanah   merupakan   bagian   dari   permukaan   bumi   yang   dapat   digunakan sebagai tempat tumbuh suatu tanaman. Penggunaan dan pemanfaatan tanah oleh
manusia mencakup sifat fisik tanah yang terdiri dari struktur tanah, air serta udara dalam tanah. Di Pulau Jawa, padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan
ketebalan   lapisan   atasnya   antara   18-22   cm,   sedangkan   lapis   olah   tanah   sawah menurut IRRI ialah dengan kedalaman 18 cm AAK, 1990.
2.3 Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi
Salinitas  adalah   tingkat   keasinan   atau   kadar  garam  terlarut   dalam  air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Salinitas secara
sederhana dapat diartikan sebagai suatu keadaan dengan garam-garam yang dapat larut   dalam  jumlah   berlebihan   dan  berakibat   buruk   bagi  pertumbuhan  tanaman
Castro,   1980,  dalam  Dinata,   1985.   Salinitas   merupakan   salah   satu   masalah penting dalam mengusahakan tanaman padi Oryza sativa  L. di daerah pasang
surut,   delta,   dan  estuari  Suwarno,   1985.   Di   Indonesia,   tanah-tanah   yang mempunyai potensi salinitas tinggi sering dijumpai di daerah dataran rendah dekat
pantai   dan   daerah   yang   dipengaruhi   oleh   gerakan   pasang   surut   air   laut,   yang luasnya diperkirakan 39.4 juta ha Adhi, 1986.
Kerusakan berbagai jenis tanaman di daerah  yang berkadar garam tinggi disebabkan   oleh   dua   aspek   yaitu   osmotik   dan   komposisi   unsur   hara.   Gejala
kerusakan   tanaman   padi   mulai   terjadi   pada   salinitas   dengan   kadar  garam   yang memberikan daya hantar listrik lebih dari 8 mmhoscm dimana pertumbuhan akan
terhambat dan akhirnya akan mati atau mengering Castro, dalam Dinata, 1985. Salinitas juga mempengaruhi serapan dan keseimbangan hara tanaman. Perlakuan
dengan NaCl dapat menurunkan kadar K dan meningkatkan kadar Na, Ca, Mg dan Cl dalam jaringan tanaman Hassan, 1970; IRRI, 1978, dalam Dinata, 1985.
Menurut   Bumbla   dan   Abrol,   1978,  dalam  Dinata   1985,   tanah   yang terpengaruh garam ditunjukkan oleh adanya pertumbuhan tanaman tidak seragam,
tanaman   terhenti   pertumbuhannya   dan   beberapa   tanaman   menunjukkan   gejala daun   terbakar   dan  khlorosis.  Garam-garam   klorida,   sulfat   dan  bikarbonat   yang
merupakan anion utama  dan natrium, kalsium serta magnesium yang  merupakan kation dalam larutan dan masing-masing kandungan garam ini akan memberikan
berbagai tingkat salinitas. Unsur-unsur Na
+
dan Cl
-
merupakan unsur esensial dan dikelompokkan ke dalam   unsur   mikro   yang   diperlukan   bagi   pertumbuhan   dan   produksi   tanaman.
Unsur   Na
+
dan   Cl
-
dapat   menekan   pertumbuhan   tanaman   dan   mengurangi produksi   bila   jumlahnya   berkurang,   sebaliknya   akumulasi   Na
+
dan   Cl
-
yang berlebihan juga akan menekan pertumbuhan dan mengurangi produksi tanaman
Soepardi, 1979, dalam Bintoro, 1985. Peranan Na
+
dan Cl
-
pada proses fisiologi tanaman   diduga  mempengaruhi   pengikatan   air   oleh   tanaman   sehingga   tanaman
menjadi   tahan   kekeringan,   sedangkan   Cl
-
diperlukan   untuk   reaksi   fotosintesis yang bertalian dengan produksi oksigen Prawiranata, Haran dan Tjondronegoro,
1981, dalam Bintoro, 1985. Menurut   Bajwa  dalam  Suwarno   1985,   pengaruh   salinitas   terhadap
tanaman   mencakup   tiga   aspek   yaitu   tekanan   osmotik,   keseimbangan   hara   dan keracunan.   Kadar   garam   yang   tinggi   dalam   larutan   media   di   daerah   perakaran
tanaman menyebabkan tekanan osmotik yang tinggi sehingga ketersediaan unsur K bagi tanaman berkurang akibatnya akar tanaman mengalami kesukaran dalam
menyerap   air   dan   pembentukan   akar   baru   terhambat   Bernstein,   1981,  dalam Dinata, 1985.
Menurut   Carter,   Bondurant   dan   Robinson,   1971,  dalam  Dinata   1985, faktor lain yang menyebabkan salinitas adalah air drainasi yang melewati daerah
berkadar   garam   tinggi.   Kemampuan   tanaman   menyerap   air   pada   lingkungan bergaram   akan   berkurang   sehingga   gejala   yang   ditimbulkan   mirip   seperti
kekeringan.   Gejala   yang   tampak   yaitu   daun   cepat   menjadi   layu,   terbakar, berwarna   biru   kehijau-hijauan,   pertumbuhan   daun   kecil   dan   akhirnya   tanaman
mati kekeringan Doorenbos dan Pruitt, 1977, dalam Dinata, 1985. Salinitas yang tinggi   juga  menyebabkan   daun  padi   menggulung  kemudian   mengering   dimulai
dari   bagian   ujung   daun.   Meningkatnya   salinitas   akan   menekan   pertumbuhan tanaman yang ditandai dengan menurunnya bobot kering tanaman, ukuran daun,
tinggi   tanaman,   jumlah   anakan,   panjang   malai,   dan   bobot   gabah   Akbar   dan Ponnamperuma,   1980,  dalam  Suwarno,   1985   selain   itu   juga   dapat   terjadi
penebalan lapisan kutikula dan lilin di permukaan daun Dinata, 1985. Selanjutnya   menurut   Poljakof-Mayber,   1975,  dalam  Dinata   1985,
salinitas   juga   berpengaruh   terhadap   waktu   dan  kecepatan   perkecambahan   serta ukuran tanaman percabangan dan ukuran daun. Kelembaban udara yang tinggi
akan   meningkatkan   pengaruh   salinitas   terhadap   pertumbuhan   tanaman,   terlihat pada ukuran daun kecil, total luas daun rendah dan kecilnya nilai Laju Tumbuh
Relatif LTR.
Toleransi   tanaman   padi   terhadap   salinitas   dipengaruhi   oleh   beberapa faktor   antara   lain   iklim,   fase   pertumbuhan   tanaman   dan   varietas.   Adanya
keragaman   toleransi   antar   varietas   menunjukkan   adanya   kemungkinan   untuk mendapatkan   varietas   unggul   yang   toleran   terhadap   salinitas   melalui   program
pemuliaan   Suwarno,   1985.   Varietas   padi   yang   toleran   salinitas   dapat mempertahankan   keseimbangan   hara   di   dalam   tanaman,   yaitu   dengan
mempertahankan serapan K dan menekan serapan Na
+
dan Cl
-
Dinata, 1985. Umumnya   tanaman   padi   lebih   tahan   terhadap   salinitas   pada   fase
perkecambahan,   tetapi   menjadi   sangat   peka   pada   awal   fase   bibit.   Ketahanan tanaman   padi   terhadap   salinitas   akan   meningkat   selama   pembentukan   anakan,
kemudian menurun  selama fase pembungaan dan meningkat kembali  pada saat pemasakan biji Dinata, 1985.
Gambar 4. Penampilan toleransi varietas padi yang bervariasi terhadap salinitas Sumber : Anonim. 2005. padi. http:id.wikipedia.orgwikiPadi.5 Agustus 2007
2.4 Pemuliaan Mutasi