Teknik Pembiakan Secara In Vitro

2.5 Teknik Pembiakan Secara In Vitro

Perbaikan sifat tanaman padi secara in vitro mempunyai beberapa keuntungan: 1 Memperpendek waktu untuk memperoleh sifat unggul tanaman ke arah yang diinginkan; 2 Penggabungan metode kultur jaringan dengan pemuliaan mutasi akan memperluas keragaman genetik; dan 3 Kultur jaringan akan memberikan variasi somaklonal akibat mutasi spontan selama proses kultur jaringan. Perbaikan sifat tanaman padi secara in vitro akan memberikan nilai tambah dalam prospek ketersediaan pangan secara berkesinambungan Ishak dan Soeranto, 1994. Teknik kultur jaringan adalah suatu metode perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti protoplas, sel, sekelompok sel atau jaringan dan organ, kemudian menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap Gunawan, 1992. Cara ini sering disebut in vitro, karena bagian tanaman tersebut ditumbuhkan dalam tabung gelas di dalam laboratorium dalam kondisi aseptik dan teknik ini juga disebut propagasi mikro sebab tanaman yang dihasilkan berupa tanaman kecil Kyte, 1990. Teknik in vitro juga sangat memperhatikan penggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan ZPT zat pengatur tumbuh, serta kondisi ruang kultur yang suhu dan pencahayaannya terkontrol Yusnita, 2003. Keuntungan yang diperoleh melalui teknik kultur in vitro adalah multiplikasi tinggi, siklus pendek, tidak bergantung musim, hemat ruangan, menghasilkan bibit bebas penyakit, mudah dalam pengangkutan dari satu tempat ke tempat lain Wattimena dan Ansori, 1991. Manfaat dari teknik kultur jaringan adalah mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu relatif singkat, mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis atau serupa dengan tanaman induknya, serta memperoleh tanaman baru yang unggul Sriyanti dan Wijayani, 1994. Kemajuan yang dicapai dalam meregenerasikan tanaman secara in vitro, dari sel atau bagian tanaman ternyata berdampak luas bagi kemajuan bidang pertanian. Salah satu keberhasilan pada teknik in vitro sangat bergantung pada media yang digunakan dan komponennya. Komponen media kultur ini tidak hanya mengandung unsur hara makro dan mikro tetapi juga mengandung gula umumnya sukrosa, akuades, vitamin, asam amino, ZPT Zat Pengatur Tumbuh dan pemadat media umumnya agar-agar Yusnita, 2003. Keberhasilan teknik kultur jaringan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: genotip bahan tanaman yang dikulturkan, substrat yaitu media dan zat pengatur tumbuh, lingkungan yaitu kondisi fisik tempat kultur ditumbuhkan dan fisiologi jaringan tanaman yang digunakan sebagai eksplan George dan Sherrington, 1984. Perpaduan teknik kultur jaringan dan teknik nuklir akan didapat modifikasi genetik sehingga mampu mendapatkan sifat tanaman yang diinginkan Dwimahyani, 1997. Oleh karena itu perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan umumnya dilakukan untuk tanaman yang sulit tumbuh karena adanya kendala seperti sulitnya mendapatkan bibit dalam jumlah besar yang seragam secara kontinyu, bebas hama dan penyakit. Media kultur jaringan dibedakan menjadi media dasar dan media perlakuan. Beberapa contoh media dasar yang banyak digunakan antara lain, Murashige dan Skoog MS, B5, White, Vacin dan Went, Nitsch, Schenk dan Hildebrandt, Woody Plant Medium WPM dan N6, Miller. Media dasar yang paling sering digunakan untuk berbagai tujuan kultur adalah media MS karena media MS mengandung 40 mM nitrogen N dalam bentuk NO 3 - dan 29 mM dalam bentuk NH 4 + yang kandungan N-nya, 5 kali lebih tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau Hildebrant dan 19 kali lebih tinggi dari media White Gunawan, 1987.

2.6 Pemanfaatan Radiasi dalam Kultur Jaringan