Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka Konsep

ada di RSU Pirngadi. Maka peneliti menfokuskan penelitian kepada pasien yang dirawat inap bagian penyakit dalam. Adapun alasan penulis mengambil pasien yang dirawat inap bagian penyakit dalam, karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa pasien yang berada dibagian penyakit dalam ini sangat membutuhkan perhatian perawat, karena pasien yang menderita penyakit dalam rata-rata pasien yang sudah berumur tua, sehingga kepercayaan dirinya kurang untuk sembuh dan tidak bersemangat. Oleh karena itu perawat berperan untuk memberikan motivasi kepada pasien dan perawat juga mau mendengarkan keluhan pasien, menghibur dan memberikan semangat kepada pasien untuk menjalankan peraturan yang diberikan oleh dokter dan minum obat yang teratur guna penyembuhan pasien. Disinilah komunikasi interpersonal Terapeutik sangat diperlukan dalam berkomunikasi dengan pasien.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Sejauhmana Hubungan Komunikasi Interpersonal Antara Perawat Dengan Pasien terhadap Penyembuhan Pasien di RSU Pirngadi?” Universitas Sumatera Utara

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka penulis membuat pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yamg diteliti adalah: 1. Penelitian ini bersifat korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui, sejauhmana terdapat hubungan antara Perawat dan Pasien terhadap penyembuhan pasien. 2. Penelitian ini bertujuan mengetahui peranan dari komunikasi interpersonal perawat dan pasien terhadap penyembuhan pasien. 3. Objek penelitian adalah pasien yang rawat inap yang berada di RSU Pringadi bagian penyakit dalam yang dirawat inap minimal tiga hari, di RSU Pirngadi Medan.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan antara komunikasi antar pribadi perawat dan pasien terhadap penyembuhan pasien. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan komunikasi interpersonal perawat dan pasien terhadap penyembuhan pasien. 3. Untuk mengetahui dan mengukur tingkat korelasional komunikasi antar pribadi dan penyembuhan pasien dibagian penyakit dalam di RSU Pirngadi. Universitas Sumatera Utara

1.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya di Departemen Ilmu Komunikasi. 2. Secara teoritis, penelitian ini dapat diharapkan memberikan masukan bagi RSU Pirngadi untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan komunikasi antar pribadi antara perawat dan pasien dalam proses penyembuhan pasien, meningkatkan kesehatan pasien dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. 3. Penelitian ini sebagai syarat menyelesaikan studi di FISIP USU dan penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan bagi penulis.

1.5. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka berfikir yang mendukung pemecahan masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disusun - kerangka teori yang akan memuat pokok-pokok pikiran yang dapat menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas Nawawi, 1995:39. Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan tujuan dan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penalitian ini adalah: 1. Komunikasi Antar Pribadi Interpersonal Communication 2. Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien Terapeutik 3. Penyembuhan. Universitas Sumatera Utara

1.5.1. Komunikasi Antar Pribadi Interpersonal Communication

Komunikasi berasal dari bahasa latin Communicatio, yang artinya sama. Maksudnya adalah komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Salah satu tujuan komunikasi adalah mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang sebagaimana yang dikehendaki komunikator, agar isi pesan yang disampaikan dapat dimengerti, diyakini serta pada tahap selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Carl I Hoveland Effendy, 1995:10 “Komunikasi adalah proses dimana seorang komunikator menyampaikan peransang untuk merubah tingkah laku orang lain”. Menurut Mulyana 2002:73, komunikasi antar pribadi Interpersonal Communication adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan adanya reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Komunikasi antar pribadi Interpersonal Communication adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui medium, misalnya telepon sebagai perantara. Sifatnya dua arah atau timbal balik Effendy, 1986:61. Effendy juga menambahkan bahwa komunikasi antar pribadi ini dikatakan efektif dalam merubah perilaku orang lain, apabila terdapat kesamaan makna mengenai apa yang disampaikan. Komunikasi interpersonal yang efektif dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan komunikator dan diterima oleh komunikan. Komunikasi interpersonal juga dilakukan oleh perawat dengan pasien, komunikasi yang dilakukan antara perawat dengan pasien dilakukan dengan saling pengertian. Universitas Sumatera Utara Komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, oleh karena itu kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Jalaludin Rakhmat 1994:80 meyakini bahwa komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh: 1. Persepsi interpersonal 2. Konsep diri 3. Atraksi interpersonal 4. Hubungan interpersonal Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi. Disinilah seorang perawat melakukan komunikasi interpersonal dengan pasien, dengan menjalin sikap saling percaya, perawat memberikan dan membangkitkan rasa percaya diri kepada pasien, memberikan semangat untuk sembuh, dan saling bersikap terbuka antara perawat dan pasien, serta perawat mau mendengarkan keluhan dari pasien.

1.5.2. Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien Komunikasi

Terapeutik. Komunikasi interpersonal yang disebut juga komunikasi terapeutik, merupakan komunikasi yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kegiatannya dipusatkan untuk penyembuhan pasien. Wijaya, dkk, 1996:53. Universitas Sumatera Utara Adapun fungsi komunikasi interpersonal yang dilakukan perawat dengan pasien adalah mendorong dan menganjurkan untuk menjalin kerjasama antara perawat dengan pasien. Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, menjalankan tugas, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan. Adapun tujuan komunikasi interpersonal yaitu membantu pasien, mengurangi beban perasaan, fikiran dan sakit yang dideritanya. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri. Menurut Uripni 2002:56, ada beberapa tahap komunikasi interpesonal terapeutik yang dilakukan oleh perawat, yaitu : 1 Prainteraksi Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan pasien. Perawat diharapkan tidak memiliki prasangka buruk kepada pasien, karena akan menggangu dalam hubungan saling percaya. Seorang perawat profesional harus belajar peka terhadap kebutuhan-kebutuhan pasien dan mampu menciptakan hubungan komunikasi interpersonal yang baik, agar pasien merasa senang dan merasa dihargai. 2 Perkenalan Perkenalan merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh perawat terhadap pasiennya yang baru memasuki rumah sakit. Pada tahap ini, perawat dan pasien mulai mengembangkan hubungan komunikasi interpersonal yaitu, dengan memberikan salam, senyum, memberikan keramah-tamahan kepada pasien, memperkenalkan diri, menayakan nama pasien, dan menayakan keluhan pasien, dll. 3 Orientasi Tahap orientasi dilaksanakan pada awal pertemuan sampai seterusnya selama pasien berada di rumah sakit. Tujuan tahap orientasi adalah memeriksa keadaan pasien, memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan pasien saat itu, dan mengevaluasi hasil tindakan. Universitas Sumatera Utara 4 Tahap Kerja Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat dengan pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan komunikasi interpesonal. Perawat menfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus yaitu tentang keadaan pasien, keluhan-keluhan pasien. Selain itu hendaknya perawat juga melakukan komunikasi interpersonal yaitu dengan seringnya berkomunikasi dengan pasien, mendengarkan keluhan pasien, memberikan semangat dan dorongan kepada pasien, serta memberikan anjuran kepada pasien untuk makan, minum obat yang teratur dan istirahat teratur, untuk mencapai kesembuhan. 5 Tahap terminasi Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari pertemuan antara perawat dengan pasien. Dalam tahap akhir ini, pasien sudah dinyatakan sembuh dan keluar dari rumah sakit, hendaknya perawat tetap memberikan semangat dan mengingatkan untuk tetap menjaga dan meningkatkan kesehatan pasien. Sehingga komunikasi interpersonal perawat degan pasien terjalin dengan baik. Menurut De Vito 1997:233, hubungan komunikasi interpersonal terbina melalui tahap-tahap pengembangan yaitu: a. Kontak, pada tahap ini alat indera sangat diperlukan untuk melihat, mendengar dan membaui seseorang. Bila pada tahap kontak terbina persepsi yang positif, maka akan membawa seseorang pada hubungan yang lebih erat yaitu persahabatan, saling terbuka dan penuh kehangatan. b. Keterlibatan, adalah tahap pengenalan lebih jauh, mengikatkan diri kita untuk mengenal orang lain dan mengungkapkan diri. c. Keakraban, tahap ini kita mengikat diri lebih jauh lagi, dimana seseorang dapat menjadi sahabat yang baik. d. Pengrusakan, tahap ini terjadi penurunan hubungan, dimana ikatan diantara kedua pihak melemah. e. Pemutusan, tahap ini terjadi pemutusan ikatan yang mempertalikan keduanya. Apabila komunikasi interpersonal terjalin tidak baik, maka akan terjadi pemutusan. Misalnya perawat tidak melayani pasien dengan baik, maka akan terjadi pemutusan, dan pasien tersebut tidak akan mau berobat kerumah sakit tersebut. Oleh karena itu diharapkan perawat menjalin komunikasi interpersonal yang baik kepada pasien. Universitas Sumatera Utara

1.5.3. Penyembuhan.

Penyembuhan berasal dari kata “sembuh” yang artinya adalah baik atau pulih dari sakit. Sedangkan penyembuhan adalah suatu hal, cara atau usaha untuk pulih dari sakit Kamus Umum Bahasa Indonesia, Dr. J.S Badudu 1996:1263. Penyembuhan adalah proses, cara, perbuatan menyembuhkan, pemulihan Depdikbud, 1999 : 905. Sembuh adalah perubahan keadaan fisik, yaitu fisik dalam keadaan baik dan sembuh dari sakit. Selain perubahan keadaan fisik juga terjadi perubahan keadaan mental yaitu, pikiran yang jernih dan perasaan yang senang serta timbulnya semangat dalam diri pasien. Dalam proses penyembuhan sangat diperlukan pengobatan dari seseorang baik itu dokter maupun perawat. Kegiatan atau interaksi yang selalu dekat dengan pasien adalah perawat. Oleh karena itu komunikasi interpersonal sangat diperlukan dalam menjalin hubungan perawat dengan pasien. Proses komunikasi interpersonal yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan perawat dalam membantu pasien untuk mengatasi persoalan yang dihadapi dan untuk mencapai kesembuhan. Agar komunikasi interpersonal menjadi efektif, maka sikap saling terbuka sangat diperlukan untuk mendorong timbulnya saling pengertian, menghargai, memberikan manfaat bagi motivasi kesembuhan pasien dan sikap pasien untuk mengikuti anjuran dan nasehat perawat. Menurut Parson Hidayat:2006:6, untuk mencapai penyembuhan ada beberapa tahapan proses sakit sampai dengan sembuh yaitu: 1. Tahap gejala, yaitu tahap seseorang mengalami proses dengan ditandai adanya perasaan tidak nyaman dan gejala suatu penyakit yang dirasakan. 2. Tahap asumsi terhadap sakit. Pada tahap ini seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang dialaminya dan akan merasakan keragu- raguan pada kelainan atau gejala yang dirasakan, adanya kecemasan dan Universitas Sumatera Utara ketakutan. 3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan, yaitu melakukan atau mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan. 4. Tahap ketergantungan, yaitu tahap mendapatkan pengobatan dan ketergantungan terhadap obat sampai mendapatkan kesembuhan. 5. Tahap penyembuhan, yaitu tahap terakhir untuk menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi. Dalam proses pengobatan diperlukan tenaga dan bantuan perawat. Perawat berperan penting dalam memberikan perhatian kepada pasien dalam segala hal yang mencakup kesehatan pasien. Jika obat fungsinya mengobati penyakit pasien, sedangkan perawat fungsinya memberikan semangat, dorongan untuk cepat sembuh, mengajak pasien bercerita dan bersenda gurau untuk menghibur dan meringankan beban penyakit yang diderita oleh pasien. Dapat disimpulkan penyembuhan adalah suatu proses untuk kembali atau pulih dari sakit dengan adanya bantuan dari pihak medis dan proses pengobatan. Untuk mencapai proses penyembuhan harus ada sikap saling terbuka sepeti yang diungkapkan oleh Jalaluddin Rakhmat 1994:89, yang menyatakan bahwa dalam melakukan hubungan komunikasi sangat dibutuhkan: 1. Saling percaya 2. Sikap suportif, dan 3. Sikap saling terbuka. Luft juga mengungkapkan Teori Self Disclousure liliweri, 1991:53 yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahuia dan tidak mengetahui tentng dirinya, maupun orang lain. Yang dikelompokkan ke dalam empat macam bidang pengenalan yang disebut dengan “Jendela Johari” Johari Window, seperti dibawah ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 1 Diketahui Sendiri Tidak Diketahui Sendiri Diketahui orang lain Tidak diketahui orang lain Sumber: Komunikasi Antar Pribadi Liliweri, 1991:53. Dalam hal komunikasi, sangat diperlukan keterbukaan seseorang, maka kuadran pertama I sangat diperlukan dalam komunikasi. Kuadran pertama I melukiskan suatu kondisi diantara seorang dengan yang lain, atau antara komunikan perawat dan komunikator pasien mengembangkan suatu hubungan yang saling terbuka, pasien terbuka kepada perawat dan sebaliknya. Pasien mengungkapkan perasaan yang dirasakannya, keluhan-keluhan tentang penyakit yang dideritanya agar perawat mengetahui dan melakukan perawatan dan pengobatan untuk mencapai kesembuhan.

1.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai serta perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian Nawawi, 1995:40. Konsep adalah penggambaran fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial Singarimbun, 1995:11. Adapun variable-variabel yang akan diteliti dalam penelitian yaitu: Terbuka I Buta III Tersembunyi II Tidak dikenal IV Universitas Sumatera Utara

1. Variabel Bebas Independent Variabel X adalah gejala atau

faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau tidaknya muncul gejala atau faktor lainnya, Nawawi, 1995:56. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Komunikasi Interpersonal Komunikasi Terapeutik.

2. Variabel Terikat Dependent Variabel Y adalah sejumlah gejala

atau faktor atau unsur yang ada atau muncul karena dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas, Nawawi, 1995:57. Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah Penyembuhan.

1.7. Model Teoritis

Dokumen yang terkait

Hubungan Faktor-Faktor Kecerdasan Emosi dengan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

3 66 139

Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik Terhadap Perilaku Perawat Saat Berkomunikasi Dengan Pasien Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan

12 66 104

Pengaruh Faktor Personal dan Faktor Situasional terhadap Komunikasi Terapeutik antara Perawat Pelaksana dengan Pasien di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan

2 62 181

Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana Menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

1 42 140

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

3 61 149

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 15

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 2

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 7

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 1 18

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 4