mengangkut alat kesehatan yang besar seperti bed ginecolog, lemari instrument, trolley instrument, dll. Namun untuk alat kesehatan yang kecil seperti tensimeter,
partus set, dopler, gunting dan lain sebagainya tidak perlu ambulance karena dapat dibawa langsung oleh petugas pustu dan bidan desa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dari empat puskesmas semua informan mengatakan bahwa sarana pengangkut alat kesehatan adalah
ambulance puskesmas. Apabila puskesmas membutuhkan sarana yang lebih besar untuk pengangkutan maka dapat meminjam mobil box farmasi dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.
5.1.2 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia pengelola logistik alat kesehatan merupakan salah satu unsur pendukung agar tersedianya alat kesehatan dalam jumlah dan kualitas
yang mencukupi. SDM pengelola logistik alat kesehatan telah ada di puskesmas. Berikut ini kutipan dari informan :
“ disetiap puskesmas sudah ada diangkat petugas untuk mengelola logistik alat kesehatan,,, namanya pengurus barang,,, dia bertanggung
jawab bukan hanya untuk alkes saja tetapi untuk semua peralatan bahkan asset yang ada di puskesmas dan jaringannya,, mereka sudah di Diklat
dan sudah puny SK bupati untuk melaksanakan tugasnya….” informan 11
Pernyataan informan tersebut sama dengan informan dari tiga puskesmas lainnya bahwa sudah ada petugas untuk penanggung jawab alat kesehatan, bahkan
informan dari dinas kesehatan juga menyebutkan hal yang sama. Sesuai dengan Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 menyebutkan bahwa
pengurus barang milik daerah adalah pegawai yang diserahi tugas untuk mengurus barang daerah dalam proses pemakaian yang ada di setiap satuan kerja perangkat
daerahunit kerja. Dalam pembahasan ini satuan kerja yang dimaksud adalah puskesmas. Kepala puskesmas mengangkat salah seorang dari staf yang dianggap
memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk menjadi pengurus barang, mengajukan nama tersebut ke Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan
dinas kesehatan meneruskan nama tersebut kepada Bupati Deli Serdang untuk dibuatkan SK Pengurus Barang.
Berdasarkan hasil penelitian keempat puskesmas telah memiliki pengurus barang dan semunya telah memiliki SK sebagai pengurus barang. Pengurus
barang yang ada di puskesmas sebagian besar telah diberikan pendidikan dan pelatihan tentang pengelolaan barang milik daerah, namun ada juga pengurus
barang yang sudah mengikuti Diklat tidak lagi menjadi pengurus barang puskesmas karena kurang mempunyai kemampuan dalam teknologi
menggunakan komputer untuk pengisiaan data secara online sehingga digantikan dengan SDM yang lebih punya kemampuan. Seperti yang dijumpai di
Puskesmas Talun Kenas SDM yang sudah pernah ikut Diklat justru tidak lagi menjadi pengurus barang karena kurang mampu menggunakan internet untuk
pengisian data SIMDA. Pada umumnya pengurus barang di puskesmas mempunyai tugas rangkap seperti di Puskesmas Bandar Dolok pengurus barang
juga pemegang program gizi, pengurus barang di Puskesmas Talun Kenas adalah Bendahara BOK dan di Puskesmas Tanjung Morawa pengurus barangnya juga
petugas laboratorium. Berdasarkan pernyataan dari informan di dinas kesehatan bahwa pengurus
barang di sebagian puskesmas sudah cukup baik dalam melakukan tugasnya
seperti Puskesmas Aras Kabu dan Tanjung Morawa, memang pengurus barang mempunyai tugas lain di puskesmas masing-masing, meskipun demikian mereka
masih dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan terus berupaya untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan kemampuan.
Menurut penelitian terdahulu oleh Puteri Vanya 2010, tidak ada petugas khusus yang mengelola peralatan kesehatan sehingga pengelolaan tidak berjalan
secara maksimal. Dari segi latar belakang pendidikan, petugas yang berlatar pendidikan sebagai analisis kesehatan tidak sesuai untuk melaksanakan tugas
mengelola logistik alat-alat kesehatan.
5.1.3 Metode Pengelolaan