18 ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara laba sebelum pajak
terhadap
total assets
.
Total assets
merupakan total aset perusahaan dari awal tahun dan akhir tahun. Total aset yang lazim digunakan untuk mengukur ROA
sebuah bank adalah jumlah dari aset-aset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat berharga. ROA dapat dirumuskan sebagai berikut Pandia, 2012:71:
ROA = x 100
Kriteria yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk sebuah bank yang memiliki ROA
Return On Asset
minimal sebesar 1,5.
2.4.2. Biaya Operasional Terhdap Pendapatan Operasional BOPO
BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional.
Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya
Rivai
et al.,
2007:549.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut
Pandia, 2012:73
:
BOPO = x 100
Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya
yang ada di perusahaan.
Dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar
Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan di Indonesia adalah 75-93.
Universitas Sumatera Utara
19 Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei
2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran nilai BOPO yang dimiliki adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Peringkat Bank Bedasarkan Rasio BOPO
Peringkat Predikat
Besaran Nilai BOPO
1 Sangat Sehat
50-75 2
Sehat 76-93
3 Cukup Sehat
94-96 4
Kurang Sehat 96-100
5 Tidak Sehat
100
Sumber : SE BI No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004
Berdasarkan Tabel 2.1, Bank Indonesia menetapkan peringkat BOPO dari yang sangat sehat sampai yang tidak sehat.
2.4.3
Non Performing Loan
NPL
Menurut peraturan Bank Indonesia No.5 tahun 2003, risiko adalah salah satu potensi terjadinya peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian. NPL adalah
tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPL merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut. NPL diketahui dengan
cara menghitung jumlah kolektabilitas kredit kurang lancar hingga semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin macet. Apabila mengalami
keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPL tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Peningkatan
Non Performing Loans
NPL yang terjadi pada masa krisis secara langsung berpengaruh terhadap menurunnya likuiditas bagi sektor perbankan, karena tidak
ada uang masuk baik yang berupa pembayaran pokok ataupun bunga pinjaman dari kredit-kredit yang macet. Sehingga bila hal ini dibiarkan maka akan
Universitas Sumatera Utara
20 berpengaruh terhadap hilangnya kepercayaan masyarakat. Adapun metode
perhitungan NPL sebagai berikut Pandia, 2012:119
: NPL=
x 100 Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada Tabel 2.2
berikut ini:
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL
Rasio Predikat
NPL ≤ 5 Sehat
NPL 5 Tidak Sehat
Sumber: SE BI No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004
Berdasarkan Tabel 2.2, Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5, apabila bank melebihi batas yang diberikan maka bank
tersebut dikatakan tidak sehat.
2.4.4
Capital Adequacy Ratio
CAR
Modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank dalammengembangkan usahanya Siamat, 2005:99.Permodalan bagi bank
sebagaimana perusahaan pada umumnya selain berfungsisebagai sumber utama pembiayaan terhadap kegiatan operasinalnya juga berperansebagai penyangga
terhadap kemungkinan terjadinya kerugian. Modal yangdimiliki oleh suatu bank pada dasarnya harus cukup untuk menutupi seluruh risikousaha yang dihadapi
oleh bank. Rasio kecukupan modal merupakan rasio yangbertujuan untuk memastikan bahwa bank dapat menyerap kerugian yang timbuldari aktivitas yang
dilakukannya.
Capital Adequacy Ratio
adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
Universitas Sumatera Utara
21 kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung
atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut
Pandia 2012:72
:
CAR
=
x 100 Bank yang termasuk bank sehat, apabila memiliki CAR paling sedikit
sebesar 8 sesuai dengan standar
Bank for International Settlements
BIS. Sesuai dengan penilaian rasio CAR berdasarkan Surat Keputusan DIR BI No.
3012KEPDIR tanggal 30 April 1997 CAR minimal 8. Modal yang dimaksud adalah modal inti dan modal pelengkap. Modal inti
bank terdiri dari modal disetor, agio saham, cadangan umum, laba yang ditahan, dan yang termaksud modal pelengkap adalah cadangan revaluasi aktiva tetap,
cadangan umum PPAP, modal agunanpinjaman subordinasi.
2.4.5.
Loan to Deposit Ratio
LDR
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi LDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank bersangkutan. Hal ini
disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar Dendawijaya, 2009:116.
Loan to Deposit Ratio
LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga DPK yang dapat dihimpun oleh bank.
LDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak
Universitas Sumatera Utara
22 ketiga DPK yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang
diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut
Pandia, 2012:119
:
LDR = X 100
Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia Nomor 265BPPP tanggal 29 Mei 1993 sebagai berikut:
1. Untuk rasio LDR sebesar 110 atau lebih diberi nilai kredit 0,
artinyalikuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat. 2.
Untuk rasio LDR dibawah 110 atau diberi nilai kredit 100, artinyalikuiditas bank tersebut dinilai sehat.
2.4.6.
Net Interest Margin
NIM
Net Interest Margin
NIM dijadikan variabel independen yang mempengaruhi ROA, didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang
bermuara pada profitabilitas bank ROA. Risiko NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut dapat
merugikan bank Hasibuan, 2008:194. Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat bergantung
dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan. Menurut surat edaran BI No. 330DPNP tanggal 14 Desember 2001, NIM diukur dari perbandingan antara
pendapatan bunga bersih terhadap aktiva produktif. Semakin besar rasio NIM
Universitas Sumatera Utara
23 maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola
bank, jika hal tersebut terjadi maka dapat menunjukkan kinerja keuangan bank yang semakin baik. NIM dirumuskan sebagai berikut Pandia, 2012:72:
NIM = x 100
Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan beban bunga dari sumber dana
yang diberikan. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga seperti penempatan pada bank lain, surat berharga,
penyertaan, dan kredit yang diberikan. Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya NIM yang harus dicapai oleh suatu bank adalah di
atas 6.
2.5. Penelitian Terdahulu