37 jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
tidak terjadi heteroskedasitas. Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala heterokedasitas antara lain: metode grafik, Uji
Park Glajser
, Uji
Rank Spearman,
dan
Barlett
.
3.10.3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu
time-series
atau ruang
cross section
. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Uji Durbin-Watson Uji D-W untuk
menguji ada tidaknya masalah
autokorelasi
dari model empiris yang diestimasi Suliyanto, 2011:125.
3.10.4. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam metode regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel
bebas atau tidak. Pengujian terhadap multikolinieritas dapat dilakukan dengan: a.
Tolerance
dan
Variance Inflation Factor
VIF Nilai VIF yang semakin besar menunjukan masalah multikolinier yang
semakin serius. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Bila nilai tolerance diatas 0,1 maka
dikatakan tidak terjadi kolinearitas yang berarti. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari
tolerance value
atau nilai
variance inflation factor
VIF. Batas
tolerance value
adalah 0,1dan batas VIF adalah 5. 1
Tolerance value
0,1 atau VIF 10 = terjadi multikolinearitas
Universitas Sumatera Utara
38 2
Tolerance value
0,1 atau VIF 10 = tidak terjadi multikolinearit Menurut Ghozali 2001:95 gejala Multikolinearitas ini dapat dideteksi
dengan beberapa cara antara lain: 1.
Menghitung koefisien korelasi sederhana
simple correlation
antara sesama variabel bebas, jika terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau
melebihi 0,8, hal tersebut menunjukkan terjadinya masalah multikolinearitas dalam regresi.
2. Menghitung nilai Toleransi atau VIF
Variance Inflation Factor
, jika nilai Toleransi kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10 maka hal tersebut
menunjukkan bahwa multikolinearitas adalah masalah yang pasti terjadi antar variabel bebas.
3. Lakukan regresi antar variabel bebas dan menghitung masing-masing R2,
kemudian melakukan uji –F dan bandingkan dengan Ftabel a;k-2,n-k+1. Jika
nilai F
hit
melebihi nilai F
tabel
berarti dapat dinyatakan bahwa X
i
kolinier dengan X yang lain. Apabila dalam penelitian terjadi multikolineritan, maka
dapat diatasi dengan beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah sebagai berikut:
1 Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang
tinggi. 2
Menambah jumlah observasi. 3
Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural, akar kuadrat atau bentuk
first difference delta
.
Universitas Sumatera Utara
39 4
Dalam tingkat lanjut dapat digunakan metode regresi bayessian yang masih jarang sekali digunakan.
3.11.Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan koefisiean determinasi, secara serempak Uji-F dan secara parsial Uji-t.
3.11.1. Uji-F Uji Serempak