Pertumbuhan Bakteri L. sphaericus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pertumbuhan Bakteri L. sphaericus

Pola pertumbuhan bakteri L. sphaericus pada medium perlakuan crude gliserol 2, 4, 6, dan kontrol menunjukkan pola yang hampir sama Gambar 1, yaitu tidak menunjukkan adanya fase adaptasi atau pertumbuhan langsung memasuki fase eksponensial. Hal ini terjadi karena bakteri L. sphaericus ditumbuhkan dalam medium utama pertumbuhan yang sama dengan medium perlakuan, yaitu pada medium Bushnell-Haas+yeast ekstrak dengan penambahan crude gliserol 2, sehingga sel sudah siap tumbuh dalam medium yang baru tanpa melalui fase adaptasi. Seperti yang dijelaskan oleh Purwoko 2007 bahwa sel tidak memerlukan fase adaptasi ketika ditumbuhkan dalam medium dan lingkungan pertumbuhan yang sama dengan medium dan lingkungan sebelumnya. Gambar 1. Pertumbuhan Bakteri L. sphaericus pada Medium Perlakuan Crude Gliserol 2, 4, 6, Dan Kontrol. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tabel 9 dalam lampiran 4 diketahui bahwa pertumbuhan sel dalam medium dengan penambahan crude gliserol lebih besar secara nyata dibandingkan dengan pertumbuhan sel dalam medium kontrol. Hal ini artinya pertumbuhan sel dalam medium dengan penambahan crude gliserol lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sel dalam medium kontrol. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa crude gliserol sebagai sumber karbon dapat memacu pertumbuhan L. sphaericus. Samadi et al 2007 menyebutkan bahwa gliserol merupakan hidrokarbon larut air yang mudah diurai. Oleh karena itu crude gliserol dapat dengan mudah digunakan oleh L. sphaericus sebagai sumber karbon dan pembentukan energi bagi pertumbuhannya sehingga pertumbuhan sel dalam medium dengan penambahan crude gliserol lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sel dalam medium kontrol. Pertumbuhan L. sphaericus dalam medium kontrol tampak mengalami kenaikan pada hari ke-1 kultivasi. Dalam hal ini sel memanfaatkan yeast ekstrak yang terkandung dalam medium kontrol sebagai sumber karbon bagi pertumbuhannya dan pembentukan energi. Budiarti 2001 menyebutkan bahwa yeast ekstrak selain berperan sebagai sumber nitrogen juga dapat digunakan sebagai sumber karbon dalam pembentukan energi bagi pertumbuhan bakteri. Populasi sel pada medium kontrol sesudah hari ke-1 kultivasi mulai terjadi penurunan hingga mencapai fase kematian. Penurunan populasi sel dapat disebabkan oleh berkurangnya sumber karbon atau sumber nutrisi lain yang terkandung dalam medium. Namun, hal ini tidak terjadi pada pertumbuhan L. sphaericus dalam medium yang ditambahkan dengan crude gliserol. Pertumbuhan L. sphaericus pada medium perlakuan yang ditambahkan dengan crude gliserol sesudah hari ke- 1 kultivasi masih menunjukkan kenaikan hingga mencapai puncaknya. Dalam hal ini L. sphaericus menggunakan crude gliserol sebagai sumber karbon bagi pertumbuhannya secara langsung setelah suplai yeast ekstrak dalam medium sudah habis tanpa melalui fase adaptasi. Hal ini ditandai dengan terjadinya penurunan populasi sel dalam medium kontrol sesudah hari ke-1 kultivasi sedangkan populasi sel dalam medium dengan penambahan crude gliserol masih naik. Pertumbuhan L. sphaericus dalam medium yang ditambahkan dengan crude gliserol tampak berada pada fase eksponensial sesudah hari ke-0 sampai hari ke-3 kultivasi. Pada fase eksponensial sel melakukan konsumsi nutrien dan proses fisiologis lainnya. Pertumbuhan L. sphaericus dalam medium dengan penambahan crude gliserol tampak memasuki fase stasioner sesudah hari ke-3 hingga hari ke-7 kultivasi, hal ini ditandai dengan jumlah populasi sel yang tetap. Hal ini terjadi dapat disebabkan oleh suplai nutrisi dalam medium sudah habis. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terhadap metabolisme L. sphaericus diketahui bahwa L. sphaericus dapat melakukan metabolisme diantaranya yaitu glikolisis, siklus krebs, biosintesis asam lemak, metabolisme asam lemak, metabolisme gliserolipid, metabolisme gliseropospolipid http:www.genome.jpkegg.. Dalam hal ini gliserol dimanfaatkan oleh L. sphaericus sebagai sumber karbon dan energi dalam proses metabolismenya, antara lain sintesis biomassa, sintesis produk ekstraseluler, dan energi pertumbuhan. L. sphaericus memanfaatkan gliserol sebagai sumber energi dalam proses metabolismenya dan memproduksi berbagai jenis biosurfaktan yang kemungkinan dapat dihasilkannya. Disamping faktor nutrisi, pertumbuhan sel juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti pH, suhu dan ketersediaan oksigen yang mendukung pertumbuhan Purwoko, 2007. pH medium pertumbuhan pada awal inkubasi berada pada pH 7, suhu medium pertumbuhan berada pada suhu kamar, dan suplai oksigen dalam medium diperoleh dari pengocokan rotary shaker kultur selama inkubasi dengan kecepatan konstan. Sandri 2009 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa L. sphaerichus mampu tumbuh pada kisaran pH 8 sampai 6 dan tumbuh optimum pada pH 6. Menurut Ahmed et al 2007 golongan Lysinibacillus tumbuh pada kisaran nilai pH 9,5 – 5,5. Kondisi pH kultur medium kontrol dan medium yang ditambahkan crude gliserol selama inkubasi memiliki pola yang hampir sama Gambar 2. pH medium selama inkubasi berada pada kisaran pH 7,3 - 5,6. Penurunan pH yang terjadi selama proses degradasi disebabkan sumber karbon yang terkandung dalam medium merupakan sumber karbon yang sederhana. Seperti yang dijelaskan oleh Nugroho 2006b bahwa sumber karbon sederhana yang terkandung dalam medium kultur dapat langsung digunakan oleh bakteri untuk metabolismenya sehingga menghasilkan asam – asam organik yang merupakan sisa dari metabolismenya dan hal ini cenderung menyebabkan pH medium menurun. Gambar 2. Kondisi pH Kultur Medium Perlakuan Selama Masa Inkubasi. Berdasarkan hasil analisis duncan tabel 15 dalam lampiran 4 diketahui bahwa pertumbuhan sel pada medium dengan penambahan crude gliserol 2, 4, dan 6 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan crude gliserol pada konsentrasi 2 - 6 sebagai sumber karbon tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan L. sphaericus. Hal ini terjadi karena sebagian crude gliserol pada konsentrasi 4 dan 6 dalam medium kultur tidak terpakai untuk pertumbuhan sel. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa konsentrasi crude gliserol yang optimal bagi pertumbuhan L. sphaericus yaitu pada konsentrasi 2. Dengan demikian dapat disarankan untuk penelitian mendatang perlu dilakukan pengujian dengan menurunkan konsentrasi crude gliserol dibawah 2 guna mengetahui sejak konsentrasi berapa pertumbuhan sel mulai mengalami kenaikan.

4.2. Aktifitas Emulsifikasi