1994 dalam Zam, 2006; Barnet et al 1974 dalam Noviana 1998. Mikroorganisme yang memiliki afinitas tinggi terhadap hidrokarbon dapat menggunakan minyak
baik dalam bentuk tetesan besar droplet maupun dalam bentuk tetesan sangat kecil submikron. Sedangkan mikroorganisme yang memiliki afinitas rendah
terhadap hidrokarbon lebih efektif mendegradasi hidrokarbon dalam bentuk submikron daripada bentuk droplet Buhler Schindler, 1984 dalam Pikoli,
2000. Proses biodegradasi pada setiap hidrokarbon tidak sama, karena setiap
hidrokarbon memiliki tingkat kesulitan yang berbeda untuk dapat didegradasi oleh mikroba Udiharto dan Sudaryono, 1999. Senyawa hidrokarbon alifatik lebih
mudah didegradasi dibandingkan senyawa hidrokarbon aromatik dan naftalen. Hidrokarbon jenuh lebih mudah didegradasi dibandingkan hidrokarbon tidak
jenuh, dan hidrokarbon alifatik rantai lurus lebih mudah didegradasi dibandingkan hidrokarbon alifatik rantai bercabang Akbar, 2004; Udiharto,1999.
2.5. Crude Gliserol Limbah Biodiesel
Biodiesel ester metil merupakan bahan bakar alternatif yang dibuat dari minyak nabati. Dalam proses pembuatan biodiesel menghasilkan biodiesel juga
menghasilkan produk samping air limbah. Kandungan dalam air limbah biodiesel merupakan campuran dari metanol, asam lemak, minyak dan ester metil
yang terlarut. Air limbah yang dihasilkan memiliki kandungan organik yang cukup tinggi. Proses pembuatan biodiesel yang lazim dilakukan adalah melalui
reaksi transesterifikasi. Pada reaksi ini, trigliserida bereaksi dengan metanol
menghasilkan ester metil dan gliserol. Dalam proses transesterifikasi dihasilkan 80 ester metal dan 20 crude gliserol sebagai produk samping. Crude Gliserol
terdiri dari gliserol, air, methanol, residu katalis dan sabun Syafilla et al., 2007; Syah, 2006.
Gliserol termasuk dalam golongan derivat lipid. Derivat lipid yaitu senyawa lipid yang dihasilkan dari proses hidrolisis lipid. Gliserol merupakan
suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi, tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua atau tiga
molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserid, digliserid atau trigliserid. Gliserol larut baik dalam air dan tidak larut dalam eter. Gliserol
merupakan senyawa yang tidak berwarna, tidak berbau dan berbentuk cairan kental yang terasa manis. Rumus kimia gliserol yaitu: C
3
H
8
O
3
. Gliserol merupakan derivat lipid yang dapat larut dalam air water-soluble Poedjiadi,
1994. Biosurfaktan tipe rhamnolipid oleh genus Pseudomonas dapat diproduksi
dengan substrat gliserol, glukosa, manitol, dan etanol sebagai sumber karbon Desai Banat, 1997. Sebagian besar penelitian diketahui bahwa sintesis
biosurfaktan oleh mikroorganisme selain dapat ditumbuhkan pada hidrokarbon tidak larut air, tetapi beberapa juga dapat diproduksi dalam substrat larut air
seperti glukosa, gliserol dan etanol Abu-Ruwaida et al., 1991. Berdasarkan hasil penelitian Rismani et al 2006 diketahui bahwa pada konsentrasi 0,5
sumber karbon gliserol, molasse, heksan, dan crude oil merupakan substrat yang
terbaik bagi pertumbuhan Bacillus licheniformis dan produksi biosurfaktan dengan penurunan tegangan permukaan surface tension yang terbaik.
Zhang et al 2005 menyebutkan bahwa P. aeroginosa mampu memproduksi rhamnolipid lebih banyak ketika ditumbuhkan pada substrat gliserol
dengan konsentrasi 3 sebagai sumber karbon dibandingkan dengan substrat yang lain glukosa, minyak nabati, dan paraffin cair. Samadi et al 2007 dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa Bravibacterium mampu tumbuh maksimum dan memproduksi glikolipid dengan penurunan tegangan permukaan terbaik
ketika ditumbuhkan pada susbtrat gliserol dengan konsentrasi 5.
2.6. Biosurfaktan