metode ekstraksi dengan pelarut kloroform-metanol, diklorometan-metanol, butanol, etil asetat, pentana, hexana, asam asetat, eter, dan lain-lain. Sebagian
besar biosurfaktan dikeluarkan dalam medium dan diisolasi dari kultur filtrat atau supernatan Desai Banat, 1997; Gautam dan Tyagi, 2006.
Glikolipid dari P. aeroginosa dan U. zeae diekstraksi dengan presipitasi asam pada suhu rendah. Glikolipid yang lain berasal dari populasi mikroba dan
rhamnolipid berasal dari kedua bakteri P. aeroginosa dan C. lipolitica berhasil
diekstraksi dengan pelarut kloroform-metanol Desai Banat, 1997. Diantara
ketiga pelarut kloroform-metanol, etil asetat pada kondisi asam pH 2, dan diklorometan dengan ultrasonik, pelarut kloroform-metanol 1:1 vv merupakan
pelarut yang efisien dalam ekstraksi bioemulsi yang melekat pada sel dari suspensi sel Myroides sp Maneerat Dikit, 2007.
Biosurfaktan merupakan molekul amphipatik yang bisa diekstraksi menggunakan pelarut organik. Variasi tiap pelarut organik bisa digunakan baik
secara tunggal maupun kombinasi. Daud et al 2007 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dengan menggunakan pelarut kombinasi kloroform:methanol
2:1 diperoleh crude biosurfaktan sebanyak 7 gl dan hasil ini memberikan hasil yang lebih banyak dibandingkan dengan crude biosirfaktan yang diperoleh
menggunakan pelarut MTBE:kloroform.
2.7. Indeks Emulsifikasi IE
24
Indeks Emulsifikasi IE
24
merupakan aktifitas emulsifikasi yang terjadi pada hidrokarbon uji dan ditetapkan sebagai persentase tinggi lapisan emulsi
mm dibagi dengan total tinggi dari cairan kolom Kumar et al., 2008. Emulsifikasi minyak oleh biosurfaktan terjadi karena adanya ikatan antara gugus
hidrofobik dari tetes minyak dengan gugus hidrofilik dari biosurfaktan dengan membentuk struktur misel yang berukuran mikron sehingga menyebabkan minyak
terdispersi dalam larutan dan terjadi emulsifikasi antara minyak-biosurfaktan dan air Suryatmana et al., 2006. Menurut Barnet et al 1974 dalam Noviana 1998
misel adalah agregat molekul aktif permukaan yang membentuk fase non-polar dalam larutan air yang akan mengikat konsentrasi molekul hidrokarbon yang lebih
besar daripada fase air itu sendiri, sehingga misel dapat dikatakan bekerja sebagai paket transport bagi hidrokarbon.
Fathimah 2007 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa biosurfaktan yang dihasilkan oleh Pseudomonas sp. dalam kultur dengan substrat glukosa
memiliki aktivitas emulsifikasi yang lebih baik dibandingkan dengan biosurfaktan yang dihasilkan dengan substrat yang lain. Biosurfaktan yang dihasilkan memiliki
kemampuan dalam mengemulsi beberapa jenis hidrokarbon uji yaitu solar, minyak pelumas, dan heksadekan. Besarnya kemampuan biosurfaktan dalam
mengemulsi hidrokarbon bergantung pada jenis biosurfaktan dan minyak uji yang digunakan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni – November 2009 di Laboratorium Mikrobiologi Balai Teknologi Lingkungan – BPPT, Serpong.
3.2. Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar air flow cabinet
Panasonic, rotary shaker Multi Shaker PSU 20 Boeco, inkubator Memmert, sentrifuge Sorvall
®
RMC 14, spektrofotometer UV-Vis V-530 Jasco, pH meter WTW 82362 Weilheim, Vortex Yellow Line, timbangan
analitik Sartorius – CP224 S, autoklaf All American Model No. 25 X, hot plate Cimarec
®
2, rotary evaporator Heidolph, labu distilasi Iwaki Pyrex, corong pisah Iwaki Pyrex, oven Memmert, Microwave Panasonic, Mikropipet,
erlenmeyer Iwaki Pyrex 500 ml dan 250 ml, cawan petri Iwaki Pyrex, tabung reaksi Iwaki Pyrex, botol Schott Duran, glass beker Iwaki Pyrex, mikrotip,
mikrotube, ose lup, bunsen, penggaris cm, dan kamera digital. Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat bakteri
Lysinibacillus spaerichus , medium Bushnell-Haas per liter akuades Atlas,
1994: 0,2 gram MgSO
4.
7H
2
O; 1 gram K
2
HPO
4;
1 gram KH
2
PO
4;
0,05 gram FeCl
3;
1 gram NH
4
NO
3;
0,02 gram CaCl
2.
2H
2
O; dan ditambahkan 1,2 gram yeast ekstrak. Bushnell-Haas Agar, crude gliserol limbah biodiesel sebagai sumber