terbaik bagi pertumbuhan Bacillus licheniformis dan produksi biosurfaktan dengan penurunan tegangan permukaan surface tension yang terbaik.
Zhang et al 2005 menyebutkan bahwa P. aeroginosa mampu memproduksi rhamnolipid lebih banyak ketika ditumbuhkan pada substrat gliserol
dengan konsentrasi 3 sebagai sumber karbon dibandingkan dengan substrat yang lain glukosa, minyak nabati, dan paraffin cair. Samadi et al 2007 dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa Bravibacterium mampu tumbuh maksimum dan memproduksi glikolipid dengan penurunan tegangan permukaan terbaik
ketika ditumbuhkan pada susbtrat gliserol dengan konsentrasi 5.
2.6. Biosurfaktan
2.6.1. Definisi, Sifat, dan Klasifikasi
Biosurfaktan adalah produk metabolit yang diproduksi oleh bakteri, ragi, dan jamur sebagai produksi ekstraseluler atau bagian dari dinding sel.
Biosurfaktan meruapakan senyawa aktif permukaan dalam bentuk senyawa amphipatik terdiri dari bagian hidrofilik dan hidrofobik. Bagian hidrofilik
merupakan molekul polar dapat berupa karbohidrat, asam amino, atau kelompok fosfat. Bagian hidrofobik umumnya merupakan karbon rantai panjang atau rantai
hidrokarbon dari asam lemak. Oleh karena itu biosurfaktan mampu mengikat molekul hidrokarbon, menurunkan tegangan permukaan pada ruang antar air dan
minyak dan membentuk mikroemulsi sehingga membantu degradasi hidrokarbon. Al-Araji, et al., 2007; Van dyke, 1991 dalam Budiarti, 2001; Vater, et al., 2002
dalam Suryatmana 2006; Desai Banat, 1997; Suryatmana et al., 2006.
Biosurfaktan mempunyai kapasitas sebagai enzim seluler yang dapat melarutkan, sebagai reseptor, dan protein Kitamoto, 1993. Biosurfaktan
memiliki beberapa perbedaan dibandingkan dengan surfaktan sintetik seperti toksisitas rendah, kemampuan biodegradasi yang tinggi, memiliki sifat emulsifier
yang lebih stabil dibandingkan dengan surfaktan sintetik sehingga proses degradasi lebih optimal, lebih ramah lingkungan, buih yang banyak, mempunyai
gugus molekul yang spesifik terhadap suatu reaksi dan aktifitas yang spesifik pada kondisi lingkungan yang ekstrim temperatur, pH, dan salinitas Desai Banat,
1997; Rahman Gakpe, 2008. Biosurfaktan dapat diproduksi dari bahan baku yang murah yang
dihasilkan dalam jumlah besar, dapat menggunkan sumber karbon yang berasal dari hidrokarbon, karbohidrat, dan atau lipid yang digunakan terpisah atau
dikombinasikan dengan yang lain, bernilai ekonomis karena biosurfaktan juga dapat diproduksi dari limbah industri, dapat berfungsi sebagai pengontrol
lingkungan – digunakan untuk menangani emulsi industri, kontrol tumpahan minyak, dan bioremediasi pada tanah tercemar Kosaric, 2001; Makkar
Cameotra, 1999. Desai Banat 1997 mengklasifikasikan biosurfaktan menjadi 5
kelompok berdasarkan komponen kimianya yaitu: glikolipid, lipopeptida dan lipoprotein lipid biosurfaktan yang mengandung asam amino, fosfolipid dan
asam lemak, surfaktan polimerik, dan surfaktan partikulat. Glikolipid merupakan karbohidrat dengan rantai alifatik panjang atau asam hidroksialifatik. Diantara
glikolipid yang cukup diketahui dengan baik antara lain rhamnolipid, trehalolipid,
dan sophorolipid. Rhamnolipid merupakan satu atau dua molekul rhamnose dihubungkan pada satu atau dua molekul asam -hidroxidekanoik. Trehalolipid
kebanyakan diperoleh dari genus Mycobacterium disebabkan ester trehalolipid berada pada permukaan sel. Trehalolipid mengandung disakarida trehalose yang
dihubungkan pada C-6 dan C-6’ pada asam mikolik. Asam mikolik merupakan rantai panjang asam lemak - -hidroksi. Sophorolipid terdiri dari sebuah gula
sophorose dan sebuah asam lemak hidroksil yang dihubungkan dengan sebuah ikatan -glikosidik. Asselineau Asselineau, 1978 dalam Rahman Gakpe,
2008; Desai Banat, 1997; Rahman Gakpe, 2008; Karanth et al, 2005; . Lipopeptida disebut juga surfaktin, terdiri dari tujuh asam amino yang
diikat pada sebuah gugus karboksil dan hidroksil pada 14 asam karbon. Biosurfaktan asam lemak terdiri dari gugus OH dan cabang alkil. Emulsan,
liposan, mannoprotein,
dan komplek
polisakarida-protein merupakan
biosurfaktan polimerik. Emulsan yaitu bioemulsifier polianionik amphipatik heteropolisakarida. Liposan merupakan emulsifier ekstraseluler yang larut dalam
air. Liposan terdiri dari 83 karbohidrat dan 17 protein dengan bagian karbohidrat merupakan heteropolisakarida yang terdiri dari glukosa, galaktosa,
galaktosamin, dan asam galaktoronik. Jenis polimerik lainnya antara lain biodispersan, bioemulsifier makanan, komplek protein, dan insektida emulsifier.
Biosurfaktan polimerik disusun oleh protein, phospolipid, dan lipopolisakarida Desai Banat, 1997; Rahman Gakpe, 2008. Disamping itu Ron dan
Rosenberg 2001 juga mengelompokkan biosurfaktan menjadi 2 kelompok berdasarkan berat molekulnya, yaitu :
1. Biosurfaktan dengan berat molekul BM rendah, yaitu glikolipid, seperti soforolipid, trehalosa lipida, fosfolipid, dan asam lemak, yang semuanya
memiliki bagian hidrofilik dan hidrofobik. Berfungsi dalam menurunkan tegangan permukaan dan antar muka.
2. Biosurfaktan dengan berat molekul BM tinggi, yaitu lipoprotein, lipopolisakarida dan polisakarida amphipatik, tidak memiliki bagian
hidrofilik dan hidrofobik serta lebih efektif pada stabilisasi minyak dalam emulsi air.
2.6.2. Biosintesis Biosurfaktan