Zona Hambat Ekstrak Kulit Manggis terhadap S. dysentriae

26 dilakukan dengan cara merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut. 24 Sedangkan pelarut etanol 96 dipilih karena merupakan pelarut organic dan bersifat polar, serta berdasarkan penelitian Santhi 2008 membuktikan hasil ekstrak menggunakan etanol memiliki efek antimikrobial terhadap bakteri S. dysentriae dan E. coli lebih tinggi dibandingkan hasil ekstrak menggunakan pelarut aquades, metanol dan eter. Hal ini dikarenakan zat yang terkandung dalam kulit buah manggis yaitu xanthone dan tanin larut dalam etanol. 25 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi agar dengan cakram kertas. Setelah bakteri S. dysentriae dan E. coli diinokulasi pada Mueller-Hinton agar, setiap satu agar ditanami enam cakram kertas yang terdiri dari empat buah cakram yang telah direndam dalam berbagai konsentrasi ekstrak kulit buah manggis berbeda yaitu konsentrasi 1 grml; 0,75 grml; 0,5 grml; 0,25 grml; kontrol negatif yang hanya terdiri dari pelarut etanol 96; dan cakram uji amoksisilin sebagai kontrol positif kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Amoksisilin digunakan pada penelitian ini dikarenakan sifatnya yang sama dengan kandungan senyawa yang terdapat dalam kulit buah manggis yaitu mempengaruhi dinding sel bakteri yang menyebakan bakteri ini lisis. 30 Percobaan dilakukan secara triplo. Setelah diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam, terbentuklah zona terang di sekeliling cakram kertas yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak.

4.2. Zona Hambat Ekstrak Kulit Manggis terhadap S. dysentriae

Sampel kulit buah manggis diperoleh dari penjual buah di daerah Bogor. Kemungkinan sampel buah mangis yang digunakan adalah sampel yang sering digunakan oleh masyarakat. Sampel tersebut akan diuji efeknya terhadap pertumbuhan bakteri S. dysentriae dan E. coli. Pada hasil pengamatan pertumbuhan bakteri S. dysentriae yang diuji menggunakan metode difusi agar dengan bahan ekstrak kulit buah manggis didapatkan hambatan pertumbuhan pada gambar 4.2 27 5 10 15 20 25 30 35 40 45 1 grml 0.75 grml 0.5 grml 0.25 grml kontrol + kontrol - z o n a h a m b a t m m konsentrasi esktrak kulit buah manggis zona hambat Dengan standar deviasi untuk ekstrak kulit buah manggis terhadap pertumbuhan bakteri S. dysentriae pada konsentrasi 1 grml = 0,024, konsentrasi 0,75 grml = 0,026, konsentrasi 0,5 grml = 0,055, konsentrasi 0,25 grml = 0,072, kontrol positif amoksisilin = 0,01 dan kontrol negatif etanol 96 = 0 Pada hasil pengamatan pertumbuhan bakteri S. dysentriae yang diuji dengan kontrol positif amoksisilin didapatkan hambatan pertumbuhan bakteri S. dysentriae amoksisilin - 1 grml 0,75 grml 0,25 grml 0,5 grml Gambar 4.2 Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis terhadap Pertumbuhan S. dysentriae Gambar 4.3 Zona Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis terhadap Pertumbuhan Bakteri S. dysentriae 28 paling besar diameter zona hambatnya dibandingkan yang lain dengan diameter rata- rata 40,2 mm dengan standar deviasi 0,01. Dari penelitian ini karena data yang didapatkan tidak memnuhi syarat untuk melakukan uji One-way ANOVA, maka digunakan uji Kruskall-Wallis dan didapat bahwa paling tidak terdapat perbedaan zona hambat pada setiap konsentrasi ekstrak pada pertumbuhan bakteri S. dysentriae. Kemudian setelah diketahui bahwa terdapat perbedaan bermakna antar konsentrasi maka perlu dilakukan analisis Post Hoc melalui uji Mann-Whitney. Dan hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Menggunakan Uji Mann – Whitney pada Bakteri S. dysentriae Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Rerata X,‾ 1 X,‾ 2 X,‾ 3 X,‾ 4 X,‾ 5 X,‾ 6 1 X,‾ 1 - - - - - - 2 X,‾ 2 1 mm - - - - - 3 X, ‾ 3 3 mm 2 mm - - - - 4 X,‾ 4 5 mm 4 mm 2 mm - - - 5 X, ‾ 5 32 mm 33 mm 35 mm 37 mm - - 6 X,‾ 6 11 mm 10 mm 8 mm 6 mm 43 mm - Keterangan : p0,05 p0,01 Dari hasil statistik analisis Post Hoc melalui uji Mann-Whitney didapatkan terdapat perbedaan yang bermakna antar konsentrasinya dengan Indeks Kepercayaan IK 95. Akan tetapi terdapat beberapa konsentrasi yang tidak mengalami perbedaan bermakna yaitu antar konsentrasi 1 grml dan 0,75 grml, konsentrasi 0,75 grml dan 0,5 grml, konsentrasi 0,5 grml dan 0,25 grml, serta konsentrasi 0,5 grml dan kontrol positif. Dapat dikatakan bahwa kulit buah manggis ini efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri S. dysentriae. Efek hambat ekstrak kulit buah manggis terhadap pertumbuhan bakteri S.dysentriae sangat efektif pada beberapa konsentrasi yang memiliki perbedaan zona hambat. Menurut penelitian Gopalakrishnan 2009 kulit buah manggis Garcinia mangostana mempunyai beberapa manfaat seperti antinflamasi, antitumor, 29 antioksidan, dan menghambat aktifitas atau pertumbuhan bakteri yaitu Staphylococcus aureus, Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, Escherichia coli, Vibrio cholerae dan Helicobacter pyroli. Kulit buah manggis juga dilaporkan mengandung mangostin, tannin, xanthone, chrysanthemin, garcinon, gartanin, Vitamin B1, B2, C dan substansi bioaktif lainnya. 8 Akan tetapi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri adalah senyawa xanthone. Xanthone merupakan sekumpulan molekul biologi yang sangat aktif di dalam kulit buah manggis yang berwarna ungu. Struktur berbentuk cincin segi enam dengan ikatan karbon kembar untuk memberikan kestabilan. Lebih dari 200 jenis xanthone terdapat di alam, dan 40 jenis xanthone diantaranya terdapat dalam buah manggis, terutama dibagian kulit buah manggis. Kulit buah dan daun manggis memiliki senyawa xanthone, salah satunya alpha-magostin yang tergolong kedalam senyawa polyphenol. Senyawa polyphenol ini dapat menghambat kerja enzim bakteri dengan mengoksidasi senyawa, karena bereaksi dengan kelompok sulfhydryl atau interaksi nonspesifik dengan protein. 26 Kulit buah manggis juga memiliki senyawa triterpen yang tergolong senyawa terpenoid. Senyawa terpenoid aktif melawan bakteri dengan cara mengganggu atau merusak membran sel bakteri. 26 Itulah yang terjadi pada penghambatan bakteri S. dysentriae sehingga menghasilkan zona hambat yang besar. Xanthone yang terdapat di buah manggis merupakan substansi kimia alami yang tergolong senyawa zat polyphenolic phytonutrisi yaitu bioflavonoid . Mekanisme bioflavonoid sebagai anti bakteri adalah dengan meracuni protoplasma, merusak dan menembus dinding sel serta mengendapkan protein sel bakteri meskipun pada konsentrasi yang sangat rendah. Pelczar menyatakan bahwa flavonoid dapat menyebabkan kerusakan pada sel bakteri, denaturasi protein sel, menginaktifkan enzim dan menyebabkan kebocoran sel. 28 Efek hambat dari flavonoid yang berpengaruh pada penghambatan pembentukan zona hambat adalah kemampuannya untuk menhambat fungsi membran sitoplasma bakteri. Mekanisme penghambatan fungsi membran sitoplasma bakteri ini adalah dengan terjadinya pengurangan fluiditas dari membran dalam dan membran luar sel bakteri. Akhirnya terjadi kerusakan membran dan membran tidak berfungsi 30 sebagai mestinya, termasuk untuk melakukan perlekatan dengan substrat. Senyawa polifenol dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara menurunkan pertumbuhan sel bakteri pada konsentrasi tinggi, dan menurunkan interaksi antar sel pada konsentrasi yang lebih rendah. Selain itu senyawa polifenol secara umum dapat merusak substrat dan menghambat enzim sehingga bakteri tidak dapat tumbuh. 28 Selain itu kulit buah manggis memiliki senyawa kimia tannin yang memiliki aktivitas antibakteri. Tannin dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan pengikatan ion metal terutama ikatan yang kuat dengan Fe besi dan kemudian membentuk chelate. Chelate, bersifat toksik terhadap membran mikroorganisme. Ketika tannin membentuk komplek chelate dengan Fe pada medium, aksi ini membuat tidak tersedianya Fe bagi mikroorganisme untuk tumbuh dibawah kondisi aerobik. Pertumbuhan bakteri dihambat dalam hal malfungsi untuk pembentukan heme, pembentukan energi, dan berbagai mekanisme penting lainnya. Selain itu mekanisme antibakteri dari tannin yaitu menginaktifkan protein dan menghilangkan fungsinya. Target dari tannin yaitu merusak atau mempengaruhi dinding sel bakteri. 27

4.3. Zona Hambat Ekstrak Kulit Manggis terhadap E. coli

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) pada bakteri Streptococcus mutans sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar dengan Metode Dilusi In Vitro

6 111 48

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Bakteri Salmonella Typhi, Escherichia Coli dan Shigella Dysenteriae

3 46 92

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59