16
usus halus yang berbeda bila dibandingkan dengan disentri basiler klasik, dimana yang terkena adalah usus besar. Beberapa pen elitian men unjukkan p eranan
entero toksin p ada disentri basiler belum jelas. Beberapa mutan S. dysenteriae tipe 1 yang nontoksigenik tetapi mempunyai daya invasi dapat menimbulkan penyakit.
Kemungkinan enterotoksinlah yang berperan atas terjadinya watery diarrhea pada tahap dini dan kemudian timbullah gejala disentri basiler setelah organisme
meninggalkan usus halus dan masuk ke dalam usus besar.
22
Eksotoksin S. dysenteriae tipe 1 memproduksi eksotoksin tidak tahan panas yang dapat
mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan saraf pusat. Eksotoksin merupakan protein yang bersifat antigenic merangsang produksi antitoksin dan mematikan
hewan percobaan. Sebagai eksotoksin, zat ini dapat meninbulkan diare, sebagaimana halnya eksootoksin E. coli yang tidak tahan panas, kemungkinan dengan mekanisme
yang serupa. Pada manusia, eksotoksin ini juga menghambat abrobsi gula dan asam amino pada usus kecil. Sebagai neurotoksin, zat ini ikut berperan dalam
menyebabkan keparahan penyakit.
22
2.1.6 Antibiotik
Antimikroba adalah suatu jenis obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, khususnya untuk jenis mikroba yang merugikan manusia patogen. Zat
yang berfungsi sebagai antimikroba dapat berasal dari senyawa alami, sintesis atau semisintesis yang pada dasarnya digunakan untuk memastikan mikroba secara
langsung atau dengan menghambat pertumbuhannya.
29
Salah satu antimikroba adalah antibiotik. Antibiotik adalah suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi yang dapat menghambat pertumbuhan atau
membasmi mikroba jenis lain seperti bakteri.
5
Antibiotik mengganggu bagian-bagian yang peka didalam sel, yaitu :
30
Antibiotika yang mempengaruhi dinding sel
30
Sel kuman dikelilingi oleh suatu struktur kaku yang disebur dinding sel, yang melindungi membran protoplasma dibawahnya terhadap trauma, baik osmotik
17
maupun mekanik. Karena itu, setiap zat yang mampu merusak dinding sel atau mencegah sintesisnya, akan menyebabkan terbentuknya sel-sel yang peka
terhadap tekanan osmotik. Diantara antibiotik yang mempengaruhi dinding sel adalah penisilin, amoksisilin, fosfomisin, sikloserin, ristosetin, vankomisin
dan basitrasin.
30
Antibiotika yang mengganggu atau merusak membran sel
30
Membran sel merupakan pembatas osmotik bagi bebasnya difusi antara lingkungan luar dan dalam sel. Ia mempengaruhi konsentrasi metabolit dan
bahan gizi didalam sel dan merupakan tempat berlangsungnya pernafasan dan aktifitas biosintetik tertentu. Beberapa antibiotik mampu merusak atau
memperlemah satu atau lebih dari fungsi ini. contohnya polimiksin dan poliene.
30
Antibiotika yang mengganggu fungsi DNA
30
Sejumlah obat-obat antimikroba berfungsi terutama mengganggu atau merusak struktur dan fungsi DNA, akan tetapi karena toksik, maka hanya
beberapa saja yang dapat dipakai di klinik. Struktur molekul DNA erat kaitannya dengan dua peran utama yaitu duplikasi dan transkripsi. Oleh
karenanya, struktur zat yang mampu mengganggu struktur double helix DNA tersebut akan mampu pula mempengaruhi seluruh fase pertumbuhan dan
metabolisme kuman. Contohnya mitosin dan asam nalidiksat.
30
Antibiotika yang menghambat sintesis protein
30
Sintesis protein merupakan hasil akhir dari dua proses utama yaitu: a. Transkripsi atau sintesis asam ribonukleat yang DNA-dependentdan
b. Translasi atau sintesis protein yang RNA-dependent Antibiotika yang mampu menghambat salah satu proses ini, akan
menghambat sintesis protein. Tergolong dalam antibiotika ini adalah aktinomisin,
rifampisin, streptomisin,
tetrasiklin, eritromisin
dan klindamisin.
30
18
Antagonisme metabolik
30
Enzim-enzim sering dihambat oleh senyawa-senyawa yang mempunyai struktur mirip dengan substrat asalnya. Penghambat-penghambat seperti ini
menyatu bergabung dengan enzim sedemikian rupa sehingga mencegah kombinasi substrat enzim dan reaksi-reaksi katalitik. Contohnya sulfonamida
dan isoniazid.
30
2.2 Kerangka Konsep