14
pencernaan dan dapat memasuki aliran darah dan berpindah ke ginjal dan hati. Menyebabkan perdarahan pada usus, yang dapat mematikan anak-anak dan orang tua.
E. coli dapat menyebar ke makanan melalui konsumsi makanan dengan tangan kotor, khususnya setelah menggunakan kamar mandi. Solusi untuk penyebaran bakteri ini
adalah mencuci tangan dengan sabun.
22
Koloni terlihat basah, mengkilat, tidak bening, bulat dan dengan tepi yang terlihat halus dan rata. Koloni muda terlihat granuler halus dan makin tua menjadi
granuler kasar. E. coli menghasilkan asam dan gas dari glukosa, laktosa, fruktosa, maltosa, arabinosa, xylosa, rhamnosa dan manitol. E. coli menghasilkan katalase,
tidak mencairkan gelatin, membentuk indol, mereduksi nitrat, mengoksidasi dan mengasamkan air susu tanpa peptonisasi, mengoksidasi kentang sehingga berwarna
coklat gelap, tidak menghasilkan gas H2S.
5
Ada beberapa jenis E. coli, dan sebagian besar dari mereka yang tidak berbahaya. Tetapi ada yang dapat menyebabkan diare berdarah. Ini disebut
enterohemorrhagic E. co li EHEC. Pada beberapa orang, jenis E. coli juga dapat menyebabkan anemia berat atau gagal ginjal, yang dapat mengakibatkan
kematian. E. coli juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Dari berbagai penelitian menunjukkan beberapa strain dari E. coli juga dapat
menyebabkan wabah diare, terutama pada anak-anak. Bakteri penyebab penyakit yang cukup berbahaya ini diklasifikasikan berdasarkan karakteristik sifat-sifat
virulensinya. Setiap kelompok menyebabkan penyeakit diare melalui mekanisme yang berbeda-beda.
22
2.1.5. Bakteri Shigella dysenteriae
S. dysenteriae adalah Gram-negatif, berbentuk batang bacillus, non-motil, tidak membentuk spora, bakteri anaerob fakultatif yang tidak berkapsul.
5
Sistematika S. dysenteriae :
5
Kingdom : Monomychota Divisio : Schizomycetea
15
Class : Schizomycetes Order : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae Genus : Shigella
Species : Shigella dysenteriae Ciri khas organisme ini adalah bakteri Gram-negatif ramping, bentuk
kokobasil, dan tidak berflagel. Shigella sp bersifat fakultatif anaerob tetapi paling baik tumbuh secara aerob. Koloni pada media diferensial SS agar, EMB, Endo Agar
dan MacConkey: bulat, kecil, halus transparan dengan pinggir-pinggir utuh, diameter koloni kira-kira 2 mm pada pembiakan setelah 24 jam. Semua Shigella sp meragikan
glukosa. Bakteri ini tidak meragikan laktosa, kecuali Shigella sonnei. Ketidakmampuannya untuk meragikan laktosa membedakan bakteri-bakteri Shigela
sp pada perbenihan diferensial. Bakteri ini membentuk asam dari karbohidrat, tetapi jarang menghasilkan gas. Bakteri ini dapat juga dibagi menjadi bakteri yang
meragikan manitol dan yang tidak. Semua Shigela sp mempunyai susunan antigen O, beberapa strain tertentu memiliki antigen K. Terdapat tumpang tindih dalam hal sifat
serologik berbagai spesies ini dan sebagian besar kuman mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh bakteri enterik lainnya. Antigen somatik O Shigella tarsusun atas
lipopolisakarida. Spesifisitas serologiknya bergantung pada polisakarida itu.
5
Shigela sp masuk ke dalam tubuh manusia bisa melalui berbagai cara, diantaranya adalah :
22
Daya Invasi Bakteri menembus masuk ke dalam lapisan sel epitel permukaan mukosa usus
di dareah ileum terminal kolon. Pada lapisan epitel tersebut kuman Shigela sp memperbanyak diri, sebagai reaksi tubuh terjadilah peradangan diikuti dengan
kematian sel dan mengelupasnya lapisan tersebut sehingga terjadilah nyeri di daerah perut. Bakteri Shigela sp tidak invasif.
22
Enterotoksin Enterotoksin yang dih asilkan Shigela sp ad alah termo lab il dan
menyeb abkan penggumpalan cairan di ileum. Aktivitas enterotoksin terutama pada
16
usus halus yang berbeda bila dibandingkan dengan disentri basiler klasik, dimana yang terkena adalah usus besar. Beberapa pen elitian men unjukkan p eranan
entero toksin p ada disentri basiler belum jelas. Beberapa mutan S. dysenteriae tipe 1 yang nontoksigenik tetapi mempunyai daya invasi dapat menimbulkan penyakit.
Kemungkinan enterotoksinlah yang berperan atas terjadinya watery diarrhea pada tahap dini dan kemudian timbullah gejala disentri basiler setelah organisme
meninggalkan usus halus dan masuk ke dalam usus besar.
22
Eksotoksin S. dysenteriae tipe 1 memproduksi eksotoksin tidak tahan panas yang dapat
mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan saraf pusat. Eksotoksin merupakan protein yang bersifat antigenic merangsang produksi antitoksin dan mematikan
hewan percobaan. Sebagai eksotoksin, zat ini dapat meninbulkan diare, sebagaimana halnya eksootoksin E. coli yang tidak tahan panas, kemungkinan dengan mekanisme
yang serupa. Pada manusia, eksotoksin ini juga menghambat abrobsi gula dan asam amino pada usus kecil. Sebagai neurotoksin, zat ini ikut berperan dalam
menyebabkan keparahan penyakit.
22
2.1.6 Antibiotik