BAB V PEMBAHASAN
5.1 Tingkat  Kesukaan  Panelis  Terhadap  Daya  Terima  Brownies  Tepung
Biji Kecipir Pengujian  organoleptik  oleh  panelis  terhadap  rasa  brownies  tepung  biji
kecipir  menunjukkan  bahwa  panelis  menyukai  rasa  dari  brownies  tepung  biji kecipir  yaitu  sebesar  93,3  .  Rasa  pada  brownies,  dipengaruhi  oleh  tepung  biji
kecipir, gula, mentega, dan coklat. Penggunaan tepung kecipir sebagai pengganti tepung terigu memberikan rasa yang berbeda pada brownies dibandingkan dengan
brownies pada umumnya yang menggunakan tepung terigu. Menurut Gracia 2009 dalam penelitiannya dikatakan bahwa penambahan
mentega,  gula,  dan  telur  dalam  pembuatan  bolu  sangat  mempengaruhi  rasa. Semakin  tinggi  nilai  penambahan  bahan-bahan  tersebut  semakin  disukai  karena
rasanya  semakin  enak.  Dikatakan  oleh  Winarno  1997,  bahwa  rasa  banyak melibatkan panca indera yaitu lidah. Agar suatu senyawa dapat dikenali rasanya,
senyawa  tersebut  harus  dapat  mengadakan  hubungan  dengan  mikrovilus  dan impuls  akan  dikirim  ke  pusat  susunan  syaraf.  Rasa  suatu  bahan  makanan
dipengaruhi  oleh  senyawa  kimia,  suhu,  konsentrasi  dan  interaksi  dengan komponen  rasa  lainnya.  Setiap  orang  memiliki  batas  konsentrasi  yang  berbeda
terhadap rasa. Sehingga penilaian setiap panelis terhadap brownies berbeda-beda, karena adanya kemungkinan peningkatan atau penurunan intensitas rasa.
Pada pengujian daya terima terhadap aroma oleh panelis diketahui bahwa panelis menyukai aroma brownies tepung biji kecipir dengan persentase 82,3 .
Universitas Sumatera Utara
44 Aroma  pada  brownies  memiliki  aroma  yang  khas  dari  biji  kecipir.  Biji  kecipir
memiliki  bau  yang  tajam,  namun  hal  ini  bisa  dikurangi  dengan  merendam  dan merebus  biji  kecipir  dalam  pengolahannya  serta  melakukan  penyangraian  pada
tepung  biji  kecipir  Sutomo,  2014.  Selain  itu,  digunakan  tambahan  vanili  pada bahan  pembuatan  brownies  tepung  biji  kecipir  dapat  membuat  aroma  brownies
lebih  harum  dan  mengurangi  bau  langu  yang  alami  pada  tepung  biji  kecipir. Penggunaan mentega dan coklat juga memunculkan aroma pada brownies tepung
biji kecipir. Menurut  Kartika  1988  dikatakan  bahwa  aroma  adalah  bau  yang  sulit
diukur  sehingga  dapat  menimbulkan  perbedaan  pendapat  dalam  penilaian kualitasnya.  Perbedaan  pendapat  setiap  orang  disebabkan  adanya  perbedaan
kepekaan  penciuman  dan  perbedaan  tingkat  selera.  Selain  itu,  kepekaan  indera penciuman  diperkirakan  berkurang  1    setiap  bertambah  umur  1  tahun.  Indera
penciuman  sensitif  terhadap  bau  dan  dapat  mencerna  bau  dalam  waktu  lebih kurang  0,8  detik.  Penerimaan  indera  penciuman  dapat  berkurang  karena  adanya
senyawa tertentu seperti formaldehida Winarno, 1997. Pada  pengujian  secara  organoleptik  oleh  panelis  untuk  warna  diketahui
bahwa  panelis  menyukai  warna  brownies  tepung  biji  kecipir  sebesar  88,9  . Warna  pada  brownies  tepung  biji  kecipir  didapat  dari  penggunaan  pasta  coklat.
Menurut  Winarno  1997,  warna  memiliki  fungsi  yang  sangat  penting  karena dapat membangkitkan selera. Warna makanan yang menarik dapat mempengaruhi
dan  meningkatkan  selera  makan.  Warna  juga  mempunyai  peran  dan  arti  pada komoditas  pangan  karena  dapat  mempengaruhi  penerimaan  konsumen  pada
komoditas  tersebut.  Betapapun  lezatnya  makanan  apabila  penampilannya  tidak
Universitas Sumatera Utara
menarik  saat  dihidangkan,  maka  tidak  akan  membangkitkan  selera  orang  yang akan  memakannya.  Warna  memegang  peranan  yang  utama.  Contohnya,  saat
warna  sayur  berubah  pucat  maka  tidak  menarik  lagi  untuk  disantap  serta  dapat menghilangkan selera, hal ini diungkapkan oleh Moehyi 1992.
Untuk  pengujian  organoleptik  terhadap  tekstur  brownies  tepung  biji kecipir oleh panelis didapatkan bahwa panelis menyukai tekstur brownies dengan
persentase  96,7  .  Tekstur  dari  brownies  tepung  biji  kecipir  ini  lembut  dan mengembang.  Hal  ini  juga  dipengaruhi  oleh  pengolahan  dengan  cara  dikukus.
Dibandingkan dengan brownies panggang, brownies kukus memiliki tekstur yang lebih mengembang dan lembut. Brownies yang dipanggang memiliki tekstur yang
padat dan tidak mengembang. Dalam Gracia 2009, Fellows mengatakan bahwa tekstur pada brownies meliputi kekerasan dan kelembutan. Tekstur pada makanan
sangat dipengaruhi oleh kadar air, kadar lemak, jumlah dan jenis karbohidrat serta protein yang menyusunnya.
Pada  brownies  biji  kecipir,  komposisi  bahan  berpengaruh  terhadap  rasa, aroma,  warna,  dan  tekstur  brownies.  Penggunaan  gula  yang  berlebih  dapat
membuat  tekstur  brownies  menjadi  lebih  lembek  dan  basah.  Selain  itu,  rasanya menjadi  terlalu  manis.  Penggunaan  tepung  biji  kecipir  yang  terlalu  banyak  dan
terlalu  sedikit  dapat  mempengaruhi  tekstur  dari  brownies.  Apabila  tepung digunakan  terlalu  banyak  maka  adonan  menjadi  keras  atau  tidak  mengembang,
sedangkan  tepung  yang  terlalu  sedikit  akan  membuat  adonan  menjadi  lembek. Selain  itu,  tepung  biji  kecipir  dapat  juga  mempengaruhi  aroma  brownies  karena
secara alami tepung kecipir memiliki bau langu yang khas. Warna pada brownies
Universitas Sumatera Utara
didapat dengan menggunakan pasta coklat. Penggunaan pasta yang terlalu banyak membuat warna terlalu pekat dan rasa menjadi pahit.
5.2 Kandungan Gizi Brownies Tepung Biji Kecipir