BAB III PELACURAN ANAK DIBAWAH UMUR
A. Pengertian Dan Gambaran Umum Pelacuran Anak Dibawah Umur.
Pengertian mengenai pelacuran telah dijelaskan dan dipaparkan didalam bab sebelumnya, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dengan mengharapkan
imbalan berupa uang dan sebagainya, yang biasanya diberikan setelah melakukan pekerjaannya, dan dilakukan secara terus menerus. Tindakan prostitusi atau pelacuran
dapat dilihat pada orang- orang yang telah dewasa maupun anak- anak, khususnya anak- anak remaja yang memiliki libido yang masih sangat tinggi dan belum mampu
mengendalikan hawa nafsu seksualnya.
63
Istilah anak yang dilacurkan merupakan terjemahan dari ”prostituted children”, yang digunakan sebagai pengganti istilah
pelacur anak atau ”child prostitutes”. Istilah ini diperkenalkan sejalan dengan berkembangnya kampanye internasional anti pelacuran anak dalam pariwisata Asia
ECPAT yang dicanangkan tahun 1990.
64
Prostitusi pelacuran anak dibawah umur, merupakan tindakan mendapatkan atau menawarkan jasa seksual dari seorang anak yang belum mencapai 18 delapan
belas tahun oleh seseorang atau kepada orang lainnya dengan imbalan uang atau imbalan lainnya. Seperti yang telah dikemukakan, prostitusi tidak dilarang dalam
KUHP maupun RUU- KUHP, terutama pelacuran yang dilakukan ditempat- tempat tertutup. Pasal 434 RUU- KUHP hanya melarang orang yang bergelandangan dan
berkeliaran di jalan- jalan umum dan ditempat- tempat umum dengan maksud melacurkan diri, diancam dengan pidana denda setinggi- tingginya sebesar Kategori I,
yaitu, menurut Pasal 75 RUU- KUHP sebesar Rp. 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah. Terhadap para pelacur yang berkeliaran di hotel- hotel, meskipun hotel
merupakan tempat umum, namun unsur bergelandangan dan berkeliaran tidak terpenuhi, maka bagi mereka tidak dilarang melacurkan diri.
65
Namun disini tidak ada satupun ketentuan yang melarang anak dibawah umur dalam melakukan
63
Neng Djubaedah, Pornografi pornoaksi Ditinnjau Dari Hukum Islam. Jakarta : Prenada Media, 2003, cet. ke-2., h. 184.
64
http:odishalahuddin.wordpress.comtagprostitusi-anak
65
Djubaedah. Pornografi pornoaksi., cet. ke-2., h. 195.
pelacuran. Penjelasan hanya dipusatkan secara umum mengenai larangan prostitusi menurut hukum islam dan RUU- KUHP.
Di Indonesia, mereka yang sudah menikah atau sudah pernah menikah tidak lagi diklasifikasikan sebagai ‘anak’ baik secara sosio-kultural maupun secara yuridis
formal. Padahal, menurut seorang peneliti yang baru-baru ini memperoleh gelar doktor dengan tesis mengenai pelacuran, diperkirakan sekitar 60-70 persen dari antara
mereka yang masuk ke dunia pelacuran yang berasal dari lima wilayah pengirim terbesar di Jawa yakni Indramayu, Pati, Jepara, Wonogiri dan Banyuwangi,
memulai ‘kariernya’ sebelum berumur 18 tahun, walaupun kebanyakan dari mereka sudah menjanda atau masih dalam status perkawinan.
Menurut data yang penulis dapat dari sebuah situs diinternet, bahwa diperkirakan, 30 persen pelacur atau pekerja seks komersial PSK di Indonesia
dijalani oleh anak-anak di bawah umur atau di bawah usia 18 tahun. Hal itu ditandaskan Deputi Perlindungan Anak pada Kementrian Negara Pemberdayaan
Perempuan, Dr Surjadi Soeparman MPH. Secara nasional memang tidak ada angka pasti jumlah anak di bawah umur yang dilacurkan. Namun diperkirakan jumlah itu
sekitar 30 persen. Surjadi mengungkapkan, persebaran pelacur anak di bawah umur hampir merata di tiap daerah. Mereka mudah ditemukan di kantong-kantong
kemiskinan.
66
66
http:www.matabumi.comberita3025-psk-indonesia-anak-di-bawah-umur.
Menurut aktivitasnya, pelacuran pada dasarnya terbagi menjadi dua jenis, antara lain :
67
1. Prostitusi yang terdaftar dan memperoleh perizinan dalam bentuk lokalisasi
dari pemerintah daerah melalui Dinas Sosial dibantu pengamanan kepolisian dan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan. Umumnya mereka di lokalisasi
suatu daerah area tertentu. Penghuninya secara periodik harus memeriksakan diri pada dokter atau petugas kesehatan dan mendapatkan pelayanan
kesehatan berupa pengobatan seperti pemberian suntikan untuk menghindari penyakit-penyakit berkenaan dengan prostitusi.
2. Prostitusi yang tidak terdaftar bukan lokalisasi. Adapun yang termasuk
kelompok ini adalah mereka yang melakukan kegiatan prostitusi secara gelap dan licin, baik perorangan maupun kelompok terorganisir.
B. Faktor Penyebab Terjadinya Pelacuran Anak Dibawah Umur.