Pelacuran Menurut Hukum Positif

memenuhi gaya hidup yang semakin tinggi, maka banyak kalangan kelas bawah yang menjual dirinya kepada laki- laki hidung belang. Para pelaku pria biasanya memberikan uang setelah melakukan hubungan seks kepada para wanita ekonomi lemah dan berpendidikan rendah seperti dilokalisasi wanita tuna susila WTS atau dihotel- hotel. 40 Tetapi tidak menutup kemungkinan juga, wanita- wanita kaya yang membayar laki- laki hanya sekedar untuk memuaskan nafsu seksnya saja dan bahkan parahnya, wanita- wanita kaya itu melakukan perzinaan dan membayar pelacur laki- laki untuk menunjukan harga dirinya didepan teman- temannya. Motivasi mereka melakukan perbuatan pelacuran adalah : 41 1. Mencari uang pada umumnya. 2. Kecewa ditinggal suaminya begitu saja. 3. Mula- mula cari kerja sebagai tukang masak, tukang cuci. Lalu dibujuk atau dipaksa oleh germo untuk menjadi WTS.

2. Pelacuran Menurut Hukum Positif

Dalam prakteknya, pelacuran juga dipandang sebagai kerja seksual dalam suatu sistem produksi- reproduksi masyarakat. Pelacuran dilakukan dari kelas bawah, dipinggir- pinggir jalan, rumah bordil, sampai kelas menengah. Dengan kata lain, memberikan tempat pada gagasan tentang seks dalam pembangunan kerja. 42 40 Ibid, 75 41 Ibid, 81 Dalam KUHP maupun RUU- KUHP, pelacuran tidak dilarang. Ketentuan ini tidak terlepas dari pendapat tentang pengertian zina dalam perspektif hukum barat. Menurut mereka, apabila persenggamaan itu dilakukan atas dasar suka sama suka oleh orang- orang dewasa yang tidak terikat dalam perkawinan yang sah dengan siapapun juga, maka perbuatan persenggamaan itu merupakan hak dan masalah pribadi mereka. 43 Mengenai sanksi hukuman yang dikenakan dalam KUHP, sesuai dengan pasal 287 ayat 1 : ”Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum mencapai lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.” Ketentuan dalam pasal ini, bukan menghukum wanitanya sebagai anak yang masih dibawah umur, tetapi lebih kepada laki- laiknya yang melakukan perbuatan itu. Lalu, apabila wanita itu yang mau untuk disetubuhi, dan mengharapkan imbalan dari perbuatannya itu, bagaimana dengan sanksinya. Dalam rangka menanggulangi dan memberantas perbuatan asusila yang terjadi di Indonesia, terutama yang terjadi diwilayah Kabupaten Tangerang sendiri, maka Pemerintah Kabupaten Tangerang membuat secara khusus ketentuan pidana mengenai perbuatan pelacuran, yang menjadi suatu ketentuan pidana Peraturan 42 Harry Wibowo, Kerja Sosial Dalam Industri Wisata. Prisma, 1991. H. 100. 43 Neng Djubaedah. Pornografi Pornoaksi Ditinjau Dari Hukum Islam. Bogor : Prenada Media, 2003. h. 202. Daerah Perda. Ketentuan Pidana Didalam Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005, Pasal 19 ayat 1 : ”Barang siapa melanggar ketentuan Pasal 2 ayat 1 dan ayat 2 Peraturan Daerah ini, diancam kurungan paling lama 3 tiga bulan atau denda setinggi- tingginya Rp. 15.000.000,- lima belas juta rupiah.” Sebagaimana isi dari Pasal 2 ayat 1 : ”Siapapun di Daerah dilarang baik secara sendiri ataupun bersama- sama untuk melakukan perbuatan pelacuran.” Terlihat bahwa, Perda Tangerang sudah menunjukan kearah yang lebih baik, dibandingkan dengan peraturan yang secara umum telah diberlakukan didalam KUHP, yang mana secara nasional telah mengikat. Namun, tidak dapat memberikan sanksi secara jelas untuk pelacuran diluar kawin. KUHP tidak melarang prostitusi, tetapi hanya melarang mucikari germo. Larangan melakukan profesi mucikari terdapat dalam pasal 296 KUHP. Yang menentukan bahwa :”Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul dengan orang lain dan menjadikannya sebagai pencaharian atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu.” 44

B. ANAK DIBAWAH UMUR

Dokumen yang terkait

Hak Asuh Anak Dibawah Umur Akibat Perceraian Orangtua(Studi Kasus 4 (empat) Putusan Pengadilan di Indonesia)

18 243 107

Analisis Yuridis Pengurusan Harta Kekayaan Anak Angkat Dibawah Umur pada WNI Keturunan Tionghoa (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2161 K/PDT/2011)

2 91 130

Pertanggungjawaban Pidana Anak Menurut Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam

4 75 126

Tindak Pidana Narkotika anak dibawah umur dalam perspektif Hukum Islam Positif : (studi analisis putusan Pengadilan..)

1 10 83

Sanksi pidana pelecehan seksual antar anak di bawah umur menurut hukum islam dan hukum positif

0 13 61

PERLINDUNGAN ANAK HASIL ZINA MENURUT PERSEPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

0 3 84

BAB III PENGAKUAN NASAB DAN STATUS HUKUM ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Menurut Hukum Islam 1. Pengakuan Nasab Anak Temuan (Al-Laqith) - STUDI KOMPARATIF TENTANG ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

0 0 32

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF - STUDI KOMPARATIF TENTANG ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF - Raden Intan Repository

0 0 6

ANALISIS TINDAK PIDANA PERAMPASAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM - eprint UIN Raden Fatah Palembang

0 1 107

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG LAHIR DARI PERKAWINAN DIBAWAH TANGAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF - Unissula Repository

0 0 12