2.3.3 Patologis Asam Urat
Pada manusia, asam urat merupakan produk buangan akhir dari degradasi senyawa purin. Zat tersebut tidak memiliki kegunaan fisiologis sehingga dapat
dianggap bahan buangan. Karena ketidakberadaan enzim urikase pada manusia, maka terdapat kemungkinan adanya timbunan asam urat yang apabila melewati
batas tertentu akan menimbulkan gangguan patologis. Pada kondisi normal kadar asam urat pada laki-laki 3,4-7,0 mgdl
sedangkan pada perempuan antara 2,4-5,7 mgdl. Jika kelebihan produksi ataupun penurunan eksresi asam urat dalam tubuh akan meningkat yang disebut
hiperurisemia. Keadaan hiperurisemia tersebut dapat menimbulkan penyakit gout sebagai akibat adanya penimbunan kristal natrium urat pada persendian yang
disertai rasa nyeri Howkin et al, 1997. A.
Hiperurisemia Hiperurisemia adalah suatu keadaan dimana kadar asam urat dalam darah
meningkat dan mengalami kejenuhan. Berdasarkan definisi tersebut konsentrasi asam urat yang melebihi dari 7,0 mgdl sudah dianggap
hiperurisemia dan beresiko terkena gout Howkin et al, 1997. Hiperurisemia juga dapat dibedakan berdasarkan kenyataan apakah pasien
mengeksresikan asam urat dengan jumlah total atau berlebihan lebih dari 600 mg24 jam. Hiperurisemia dapat disebabkan oleh adanya kelainan
ginjal yang menyebabkan kenaikan asam urat serum. Selain itu peningkatan produksi asam urat akibat suatu penyakit seperti kanker dan
adanya kelainan enzim yang berperan dalam metabolisme senyawa purin.
Beberapa sistem enzim berperan dalam pengaturan metabolisme senyawa purin. Ketidaknormalan pada sistem tersebut dapat meningkatkan
kenaikan produksi asam urat. Terdapat dua enzim yang berperan dalam pengaturan
metabolisme asam urat yang berhubungan dengan
hiperurisemia. Yang pertama yaitu peningkatan aktifitas enzim fosforibosil pirofosfat PRPP. Fosforibosil pirofosfat PRPP adalah salah satu zat
kunci dalam pembentukan nukleotida purin dan juga pembentukan asam urat. Semakin tingginya konsentrasi fosforibosil pirofosfat PRPP yang
terbentuk maka asam urat yang diproduksi semakin meningkat. Yang kedua yaitu defisiensi dari hipoxantin guanin fosforibosi transferasi
HGRPT. Hipoxantin
guanin fosforibosi
transferasi HGRPT
bertanggung jawab dalam pengubahan guanin menjadi guanosin monofosfat GMP dan hipoxantin menjadi inosin monofosfat IMP.
Pengubahan tersebut memerlukan PRPP sebagai kosubstrat. Defisiensi enzim HGRPT dapat meningkatkan metabolisme guanin dan hipoxantin
menjadi asam urat dan juga lebih banyak PRPP yang berinteraksi dengan glutamin pada langkah pertama metabolisme senyawa purin Howkin et al.
1997. B.
Gout Kata gout berasal dari bahasa latin “Gutta” yang berarti “tetes”. Kata
tersebut mulai digunakan sekitar tahun 1270 dan dipercaya bahwa gout di
sebabkan oleh tetesan cairan yang beracun “noxa” pada persendian Weatheral DJ et al, 1987, Garreth et al, 1995. Penyakit gout merupakan
suatu proses inflamasi yang terjadi karena penumpukan kristal asam urat
pada sekitar jaringan sendi akibat kadar asam urat serum yang melebihi kelarutannya. Kristalisasi natrium urat dalam jaringan lunak dan
persendian akan membentuk endapan yang dinamakan tofus. Proses ini menyebabkan suatu reaksi inflamasi akut, yaitu artritis akut gout, yang
dapat berlanjut menjadi artritis kronis gout. Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya terpolarisasi memperlihatkan kristal natrium urat yang
terbentuk jarum dan bersifat berefringen negatif tampak berwarna kuning jika sumbu memanjangnya sejajar dengan bidang cahaya terpolarisasi
dalam cairan sendi merupakan tanda diagnostik penyakit gout. Keadaan klinis yang khas dengan artritis gout adalah serangan yang
mendadak dari sendi, terutama pada sendi metatarsophalangeal jari pertama ibu jari. Serangan pertama kali sangat sakit dan sering dimulai
pada tengah malam. Sendi tersebut cepat membengkak, panas, pembesaran vena-vena superfisial. Meskipun serangan pertama terjadi pada
metatarsophalangeal ibu jari, tetapi sendi-sendi perifer yang besar seperti lutut, tumit, pergelangan kaki dan tangan, sering juga terkena.
2.3.4 Obat-Obat Anti Hiperurisemia Ganiswarna, 1995; Tjay et al, 2002