2.3.1 Sifat Fisika dan Kimia Asam Urat
Asam urat dikenal dengan nama kimia sebagai 2,6,8-trioksipurin merupakan asam lemah organik dengan berat molekul 169. Asam urat merupakan
senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa purin yang paling mudah dioksidasi. Oksidasi asam urat dalam bentuk larutan netral dan alkalis
menghasilkan karbondioksida serta terbentuknya alantoin dan produksi degredasi
lainnya pada suasana asam, asam urat teroksidasi menjadi aloksan Kasper et al,
2004. Asam urat yang bersifat asam lemah disebabkan dari mudah terionisasinya
atom hidrogen pada posisi 9 pK
1
= 5,71 dan posisi 3 pK
2
= 10 dari molekul tersebut. Hanya disosiasi proton pertama yang perlu dipertimbangkan, karena pK
2
yang bernilai 10,3 berada diatas nilai pada cairan fisiologik yang memilki pH 14. Jadi hanya asam urat dan garam natrium urat yang terdapat dalam cairan tubuh.
Garam natrium urat jauh lebih larut dalam air bila dibandingkan dengan asam urat. Namun kelarutan garam tersebut memiliki batas tertentu pada cairan plasma.
Serum darah akan jenuh dengan garam natrium urat pada konsentrasi 6,4 mg100 ml. Pada konsentrasi tersebut, larutan akan menjadi tidak stabil dan garam natrium
urat akan mengendap dengan cepat membentuk kristal natrium urat yang
tertimbun pada persendian Kasper et al, 2004.
2.3.2 Metabolisme Asam Urat
Gambar 2. Metabolisme purin menjadi asam urat
Manusia mengubah nukleosida purin yang utama, adenosin dan guanosin menjadi asam urat yang dieksresikan keluar setelah mengalami beberapa kali
reaksi. Adenosin pertama-tama mengalami deaminasi menjadi ionosin oleh enzim adenosin deaminase. Fosforisasi ikatan N-glikosidat, akan melepas senyawa
ribosa-1-fosfat dan basa purin. Hipoxantin dan guanosin selanjutnya membentuk xantin dalam reaksi yang dikatalisasi masing-masing oleh enzim xantin oksidase
dan guanase. Kemudian xantin teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi kedua yang dikatalisasi oleh enzim xantin oksidase. Dengan demikian, xantin oksidase
merupakan lokasi yang esensial untuk intervensi farmakologis pada penderita
hiperurisemia dan penyakit gout Rodwell et al, 1998.
Eksresi keseluruhan asam urat pada manusia yang normal berkisar rata- rata 400-600 mg24 jam. Duapertiga asam urat yang terbentuk dieliminasi melalui
ginjal, sedangkan sepertiganya melalui saluran pencernaan.
Banyak senyawa yang terdapat secara alami dan digunakan dalam farmakologi mempengaruhi absorpsi dan sekresi natrium urat pada ginjal. Sebagai
contoh, pemberian aspirin dengan dosis tinggi secara kompetitif akan menghambat reabsorpsi asam urat sehingga berdampak pada peningkatan eksresi
zat tersebut Rodwell et al, 1998; Weatheral DJ et al, 1987. Pada mamalia yang tingkatannya lebih rendah, enzim urikase akan
memecah asam urat dengan membentuk produk akhir alantoin yang bersifat sangat larut air. Namun demikan, karena manusia tidak mengandung enzim
urikase, maka produk katabolisme senyawa purin pada manusia adalah asam urat. amfibi, burung, dan reptil juga tidak memiliki enzim urikase dan mengeksresikan
asam urat serta guanin sebagai produk akhir katabolisme senyawa purin.
2.3.3 Patologis Asam Urat