pada sekitar jaringan sendi akibat kadar asam urat serum yang melebihi kelarutannya. Kristalisasi natrium urat dalam jaringan lunak dan
persendian akan membentuk endapan yang dinamakan tofus. Proses ini menyebabkan suatu reaksi inflamasi akut, yaitu artritis akut gout, yang
dapat berlanjut menjadi artritis kronis gout. Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya terpolarisasi memperlihatkan kristal natrium urat yang
terbentuk jarum dan bersifat berefringen negatif tampak berwarna kuning jika sumbu memanjangnya sejajar dengan bidang cahaya terpolarisasi
dalam cairan sendi merupakan tanda diagnostik penyakit gout. Keadaan klinis yang khas dengan artritis gout adalah serangan yang
mendadak dari sendi, terutama pada sendi metatarsophalangeal jari pertama ibu jari. Serangan pertama kali sangat sakit dan sering dimulai
pada tengah malam. Sendi tersebut cepat membengkak, panas, pembesaran vena-vena superfisial. Meskipun serangan pertama terjadi pada
metatarsophalangeal ibu jari, tetapi sendi-sendi perifer yang besar seperti lutut, tumit, pergelangan kaki dan tangan, sering juga terkena.
2.3.4 Obat-Obat Anti Hiperurisemia Ganiswarna, 1995; Tjay et al, 2002
A. Obat urikosurik
Obat-obat urikosurik meningkatkan klirens ginjal dari asam urat dengan menghambat reabsorpsi tubular asam urat, memperbesar eksresi dan
mengurangi konsentrasi asam urat di serum. Terapi dengan obat-obat urikosurik sebaiknya dimulai dengan dosis rendah untuk menghindari efek
urikosuria dan terbentuknya endapan asam urat. Aliran urin yang teratur dan cukup serta pembasaan urin dengan natrium bikarbonat pada beberapa
hari pertama terapi dengan obat urikosurik dapat menghilangkan kemungkinan adanya kristalisasi asam urat. Efek samping yang sering
terjadi pada pengobatan dengan terapi urikosurik adalah iritasi saluran pencernaan, ruam kulit, hipersensitivitas, dan kristalisasi asam urat di urin.
Obat-obat urikosurik memiliki kontraindikasi terhadap pasien yang alergi pada masing-masing obat dan pada penderita yang mengalami
ketidaknormalan fungsi ginjal. Obat-obat urikosurik diantaranya adalah 1.
Probenesid Obat ini biasanya diberikan pada dosis 250 mg dua kali sehari selama 1-2
minggu kemudian dilanjutkan 500 mg selama 2 minggu. Setelah itu dosis dilanjutkan 500 mg setiap 1-2 minggu hingga keadaan menjadi normal
atau sampai dosis maksimum 3 g. 2.
Sufinpirazon Suatu urikosurik yang poten yang memiliki efek paradoksal antara eksresi
asam urat untuk menurunkan asam urat dalam plasma dengan hemodilusi. Diberikan dengan dosis mulai dari 50 mg dua kali sehari dan meningkat
secara bertahap setiap 10 hari sekali hingga mencapai dosis pemeliharaan sebesar 100 mg 3-4 kali sehari.
3. Salisilat
Obat ini memiliki efek paradoksikal dari dosis tinggi dan dosis rendah. Dosis kecil 1 g atau 2 g sehari meghambat eksresi asam urat, sehingga
kadar asam urat dalam darah meningkat. Dosis 2 atau 3 g sehari biasanya tidak mengubah eksresi asam urat. Tetapi pada dosis lebih dari 5 g perhari
terjadi peningkatan eksresi asam urat melalui urin, sehingga kadar asam
urat dalam darah menurun. Hal ini terjadi karena pada dosis rendah salisilat menghambat sekresi tubuli sedangkan pada dosis tinggi salisilat
juga menghambat reabsorpsinya dengan hasil akhir peningkatan eksresi asam urat. Efek urikosurik ini bertambah bila urin bersifat basa. Dengan
alkalinasi urin, kelarutan asam urat dalam urin meningkat sehingga tidak terbentuk kristal asam urat dalam tubuli ginjal.
B. Penghambatan sintesis asam urat Alopurinol
Gambar 3. Struktur alopurinol Alopurinol adalah obat yang diakui poten sebagai penghambat sintesis
asam urat. Baik alopurinol maupun metabolit terbesarnya yaitu oksipurinol, keduanya bekerja sebagai penghambat enzim xantin oksidase.
Xantin oksidase merupakan enzim yang berperan dalam pengubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Alopurinol juga
menurunkan konsentrasi intraseluler dari PRPP. Alopurinol mengalami biotransformasi oleh enzim xantin oksidase menjadi aloxantin yang masa
paruhnya lebih panjang daripada alopurinol. Karena itu alopurinol cukup diberikan satu kali sehari. Untuk mencegah timbulnya gout akut,
alopurinol dianjurkan diberikan tiap hari sekali sebesar 100 mg peroral. Dosis untuk penyakit gout ringan 200-400 mg sehari, 400-600 mg sehari
untuk penyakit yang lebih berat. Untuk penderita gangguan fungsi ginjal
dosis cukup 100-200 mg sehari. Dosis untuk hiperurisemia sekunder 100- 200 mg sehari. Efek samping yang sering terjadi adalah reaksi kulit. Bila
timbul kemerahan kulit, obat harus dihentikan karena gangguan mungkin menjadi lebih berat. Reaksi alergi berupa demam, menggigil, dan pruritas
juga pernah dilaporkan. Gangguan saluran cerna juga kadang-kadang terjadi.
2.4 Kafeina Wade A, 1982; Ganiswarna, 1995