tapak liman, tapak tangan Jawa, talpaktana Madura. Indonesia: tapak liman Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008.
2.1.4 Morfologi
Terna, tegak dengan rimpang yang menjalar, tinggi 10 cm sampai 80 cm, batang kaku, berbulu panjang dan rapat, bercabang. Daun berkumpul dibawah,
membentuk roset, bentuk daun jorong, bundar telur sungsang, panjang 3 cm sampai 38 cm, lebar 1 cm sampai 6 cm, permukaan daun agak berbulu.
Perbungaan berupa bonggol, banyak, bentuk bulat telur dan sangat tajam, daun pelindung kaku, daun pembalut dari tiap bunga kepala berbentuk jorong, lanset,
sangat tajam dan berselaput, 4 daun pembalut dibagian luar panjang 5 mm, tidak berbulu, 4 daun pembalut dibagian dalam panjang 10 mm, berbulu rapat; panjang
mahkota bunga 7 mm sampai 9 mm, berbentuk tabung, berwarna putih, ungu kemerahan, ungu pucat. Buah merupakan buah longkah, panjang 4 mm, berbulu;
papus berbulu kasar 5, kadang-kadang melebar pada bagian pangkalnya, kaku berbulu, panjang 5 mm sampai 6 mm Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990;
Yuniarti, 2008.
2.1.5 Budidaya
Di Indonesia tumbuhan ini belum dibudidayakan. Tumbuhan dapat diperbanyak dengan biji atau dari sobekan tanaman yang tumbuh dari akar
Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008.
2.1.6 Ekologi dan Penyebaran
Diduga tumbuhan ini berasal dari Amerika di daerah tropis. Tumbuhan ini telah lama dimasukkan ke pulau jawa dan sekarang meluas dari daerah rendah
sampai ketinggian tempat kurang dari 1.200 m di atas permukaan laut. Tumbuhan merupakan gulma, pada tempat-tempat tertentu sering ditemukan dalam jumlah
banyak terutama di lapangan rumput Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008.
2.1.7 Bagian Tanaman Yang Digunakan
Daun dan akar Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008.
2.1.8 Kandungan Kimia
Flavonoid luteolin-7 glukosida, epipriedelinol, lupeol, stigmaserin, triacontan-1-ol,
dotria-contan-1-ol, lupeol
acetat, deoxyelephantopin,
isodeoxyelephantopin Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008.
2.1.9 Penggunaan
Daun: Astringen, disentri, laktagoga, obat demam, malaria, batuk, sariawan mulut. Akar: Obat malaria, kurang darah, batuk, mencret, sariawan
mulut Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008.
2.1.10 Keanekaragaman
Keanekaragaman kecil Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008.
2.1.11 Simplisia
A. Pemerian
: Tidak berbau; rasa, mula-mula tidak berasa, lama-lama
agak pahit Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008.
B. Makroskopik : Daun tunggal, warna hijau tua sampai hijau kelabu, rapuh,
bentuk jorong sampai bundar telur sungsang, ujung runcing, pangkal daun
mengecil, panjang daun 5 cm sampai 25 cm, umumnya 20 cm, lebar 2 cm sampai 7 cm, umumnya 5 cm. Tepi daun tidak berlekuk atau berlekuk
tidak beraturan, bergerigi tidak rata, permukaan daun berambut. Pada permukaan bawah, tulang daun lebih menonjol dari pada permukaan atas.
Tangkai daun, panjang kurang lebih 2 cm, berbentuk seperti pelepah, bagian pangkal membungkus batang Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990;
Yuniarti, 2008.
C. Mikroskopik : Epidermis atas, jernih, pada penampang tangensial
berbentuk persegi panjang sampai poligonal dengan dinding samping lurus atau tegak bergelombang. Sel epidermis bawah lebih kecil dari sel
epidermis atas. Stomata tipe anomositik Ranunculaceae terdapat lebih banyak epidermis bawah dari pada di epidermis atas. Rambut penutup
terdiri dari rambut penutup berdinding tebal dan rambut berdinding tipis; rambut penutup berdinding tebal mempunyai sel pangkal lebar dan 1 sel
ujung yang panjang, bentuk kerucut ramping dengan ujung sel tebal, runcing, rongga sel kadang-kadang berwarna kuning kecoklatan; rambut
penutup berdinding tipis terdiri dari 2 sel dengan pangkal lebih dari kecil dan lebih pendek dari sel ujung. Rambut penutup berdinding tebal pada
epidermis atas umumnya lebih panjang dari pada yang terdapat pada epidermis bawah. Panjang rambut penutup 270 μm sampai 1.650 μm,
umumnya 400 μm sampai 550 μm. Rambut kelenjar tipe Asteraceae Compositae, terdapat pada epidermis atas dan bawah. Jaringan polisade
terdiri dari 1 sampai 2 lapis sel silindrik. Jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel bunga karang yang tersusun agak rapat. Di dalam
mesofil dan di dalam jaringan parenkim dari tulang daun terdapat hablur kalium oksalat berbentuk roset dan prisma. Berkas pembuluh tipe kolateral
Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008. 2.2
Ekstrak, Simplisia dan Ekstraksi 2.2.1
Pengertian
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai Depkes RI, 2000. Simplisia adalah bahan yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain
umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan Gunawan, 2004. Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
simplisia nabati, hewani, dan pelikan mineral Gunawan, 2004. A.
Simplisia nabati : simplisia yang dapat berupa tanaman utuh
bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya. B.
Simplisia hewani : simpisia berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni. C.
Simplisia pelikan mineral : simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa bahan kimia murni Ekstrak dikelompokkan atas dasar sifatnya, yaitu Voight, 2005 :
A. Ekstrak encer : sediaan yang memiliki konsistensi semacam madu dan
dapat dituang.
B. Ekstrak kental : sediaan yang liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat
dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30 . Tingginya kandungan air menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat karena cemaran bakteri.
C. Ekstrak kering : sediaan yang memiliki konsistensi kering dan mudah
dituang, sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5. D.
Ekstrak cair : ekstrak yang dibuat sedemikiannya sehingga 1 bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair.
Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang
diisolasi. Umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis Harbone, 1996. Ekstraksi merupakan
kegiatan penarikan kandungan kimia yang terdapat pada simplisia. Karena didalam simplisia mengandung senyawa aktif yang berbeda-beda dan mempunyai
struktur kimia yang berbeda-beda, sehingga metode didalam penarikan senyawa aktif didalam simplisia harus memperhatikan faktor seperti : udara, suhu, cahaya,
logam berat. Proses ekstraksi dapat melalui tahap menjadi : Pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian, dan pemekatan Depkes RI, 2000.
2.2.2 Metode Ekstraksi