Tabel 1. Pembagian kelompok hewan uji
Kelompok Jumlah Tikus
Perlakuan
I 4
Kontrol normal, diberi air larutan Na-CMC 0,5 II
4 Kontrol perlakukan, diberi kafeina 27 mg200 g BB
dalam larutan Na-CMC 0,5 III
4 Diberi kafeina 27 mg200 g BB dalam larutan Na-
CMC 0,5 dan alopurinol 36 mg200 g BB dalam larutan Na-CMC 0,5 Pembanding
IV 4
Diberi kafeina 27 mg200 g BB dalam larutan Na- CMC 0,5 dan bahan uji dosis rendah
V 4
Diberi kafeina 27 mg200 g BB dalam larutan Na- CMC 0,5 dan bahan uji dosis sedang
VI 4
Diberi kafeina 27 mg200 g BB dalam larutan Na- CMC 0,5 dan bahan uji dosis tinggi
Berarti dengan jumlah kelompok percobaan sebanyak 6 kelompok maka tikus yang terdapat pada tiap kelompok yaitu 4, sedangkan pada penelitian kali
ini saya menggunakan tikus pada tiap kelompok yaitu 4 tikus, berikut perhitungannya : n-1.t-1 = 6-1.4-1 = 15, jadi hasil ini sudah dapat diterima,
karena berdasarkan rumus Federer jumlah yang dihasilkan 15.
4.4.6 Pembuatan Sediaan Uji dan Dosis.
A. Dosis ekstrak kental herba tapak liman
Dosis Rendah = 175 mg200 g BB Dosis Sedang = 350 mg200 g BB
Dosis Tinggi = 700 mg200 g BB Lampiran 8
Volume larutan ektsrak uji yang diberikan kepada setiap kelompok uji dibuat dalam konsentrasi 350 mg ml Lampiran 9.
B. Dosis alopurinol sebagai kontrol pembanding
Dosis alopurinol yang digunakan adalah 200 mghari untuk manusia. Faktor konversi dari manusia ke tikus adalah 0,018 Paget Barnes,
1964 dan faktor farmakokinetika yang digunakan adalah 10 Mandel et al,1979. Dosis untuk tikus = 200 mg x 0,018 x 10 = 36 mg200 g BB.
C. Dosis Kafeina
Dosis Kafeina yang digunakan adalah 150 mghari untuk manusia. Faktor konversi dari manusia ke tikus adalah 0,018 Paget Barnes, 1964 dan
faktor farmakokinetika yang digunakan adalah 10 Mandel et al,1979. Dosis untuk tikus = 150 mg x 0,018 x 10 = 27 mg200 g BB.
4.4.7 Penyiapan larutan uji
A. Pembuatan sediaan ekstrak kental herba tapak liman Lampiran 9.
B. Pembuatan suspensi alopurinol Lampiran 9.
C. Pembuatan suspensi kafeina Lampiran 9.
4.4.8 Percobaan
Pada uji ini dilakukan upaya peningkatan kadar asam urat darah dengan menginduksi tikus dengan kafeina 27 mg200 g BB. Setelah penginduksian
tersebut, kadar asam urat darah tikus dikontrol dan diukur pada hari ke-6 untuk meyakinkan bahwa kafeina dengan dosis tersebut menyebabkan hiperurisemia.
Pada hari ke-7 dilakukan pemberian perlakuan berdasarkan kelompoknya masing-masing setiap hari dan kafeina tetap diberikan juga pada semua kelompok
kecuali kelompok normal. Pengukuran kadar asam urat darah selanjutnya pada hari ke-9, ke-12 dan ke-15 Azizahwati et al, 2005 Lampiran 7.
4.4.9 Cara Pengambilan Darah
Darah diambil melalui ekor dengan metode memotong ekor dengan gunting. Darah yang keluar pada ekor tikus yang telah digunting diteteskan pada
tes strip asam urat dan menunggu selama dua puluh detik maka kadar asam urat darah telah terukur. Untuk menghentikan darah ekor tikus yang telah digunting
diberi alkohol 70 dan sedikit ditekan.
4.4.10 Pengukuran Kadar Asam Urat Darah