Sebelum Revolusi Islam Iran 1979

31 Pada tahun 1984 Iran kembali melanjutkan proyek pengembangan teknologi nuklirnya. Karena tidak lagi bisa bekerjasama dengan Amerika Serikat, Jerman, maupun Prancis, maka Iran mencari alternatif negara lain. China dan Rusia menjadi negara pilihan Iran untukbekerjasama dalam melanjutkan proyek pengembangan teknologi nuklirnya yang sempat terhenti Cordesman dan Al- Rodhan 2006:25. Selain Rusia dan China, Pakistan juga merupakan pihak yang sangat berperan dalam proses pengembangan teknologi nuklir Iran. Melalui jaringan Mr. Khan, ahli nuklir asal Pakistan, Iran mendapatkan desain mesin centrifuge P-1 dan P-2 yang merupakan mesin utama yang digunakan untuk proses pengayaan uranium Smith dan Warrick 2010. Setelah terus berusaha untuk mengembangkan kemampuan teknologi nuklirnya, akhirnya Iran mulai memiliki kemampuan yang sangat mumpuni, bahkan banyak pihak seperti Amerika Serikat dan Israel menyebut bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir. Pada masa-masa awal pengembangannya, Iran hanya memiliki teknologi pembangkit listrik nuklir, dan bahan bakar yang dibutuhkan untuk menjalankan pembangkit listrik itu, yang berupa uranium yang sudah diperkaya U-235 antara 3-5, di datangkan dari luar terutama dari China dan Rusia IAEA 2003. Seiring dengan perkembangan teknologi nuklir yang dicapai Iran, akhirnya Iran mulai mampu untuk memproduksi sendiri seluruh proses yang diperlukan. Mulai dari proses tambang uranium mentah, hingga proses akhir berupa proses 32 pengayaan uranium sampai bisa digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga nuklir. Negara-negara barat khawatir dengan kemampuan nukir Iran yang terus berkembang, bahkan Iran sudah mampu dan mulai memproduksi uranium yang diperkaya sampai level 20 pada Februari 2010 Kerr 2012:17.

B. Respon Dunia Internasional Terhadap Program Nuklir Iran

Program pengembangan nuklir Iran mulai menjadi perhatian dunia internasional secara luas sejak tahun 2002 ketika National Council of Resistance of Iran NCRI, sebuah kelompok oposisi di Iran, mengungkapkan kepada publik internasional dalam sebuah konferensi pers di Washington DC tentang 2 fasilitas nuklir rahasia Iran yang selama ini tidak diketahui oleh publik. Fasilitas tersebut yaitu fasilitas nuklir di Natanz yang dibangun untuk fasilitas pengayaan uranium, dan Heavy Water Research Reactor di Arak Nuclear Control Institut 2006. Selain mengungkapkan fasilitas Natanz dan Arak, pada 20 Februari 2003 NRCI juga mengungkapkan proyek rahasia Iran di Kayale Electric Company, sebuah perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan pembuat jam. Berita itu di muat di media-media besar internasional seperti Washington Post dan Reuters Nuclear Control Institut 2006.Menanggapi hal ini, IAEA kemudian melakukan kunjungan ke Iran untuk melakukan inspeksi tentang laporan tersebut. Dari hasil inspeksi tersebut IAEA menemukan 2 tipe uranium yang sudah diperkaya saat melakukan penelitian dari sampel lingkungan yang diambil di fasilitas Natanz.Menanggapi hasil temuan ini, IAEA kemudian menerbitkan sebuah resolusi pada tanggal 12 September 2003.IAEA juga menekan Iran agar 33 melaporkan semua aktifitas pengayaan uraniumnya, baik itu berupa pembangunan fasilitas, pengadaan bahan yang berhubungan dengan aktifitas tersebut, hingga berbagai aktifitas terkait yang belum dilaporkan ke IAEA.Dalam resolusi ini juga IAEA menekan Iran agar menangguhkan semua aktifitas yang berhubungan dengan pengayaan uranium.IAEA memberikan waktu kepada Iran hingga 31 Oktober 2003 untuk melaksanakan resolusi tersebut IAEA 2003:2-3. Menanggapi resolusi tersebut, Iran menyatakan bahwa langkah yang diambil oleh IAEA tersebut merupakan langkah unilateral yang berbungkus multilateralisme.Secara resmi Iran menolak resolusi yang dikeluarkan oleh IAEA tersebut Aghazadeh 2003: 1-2. 1. Terbentuknya EU3 dan P5+1 EU3 merupakan kelompok negara yang terlibat dalam perundingan dengan Iran terkait dengan program nuklirnya.Terdiri dari tiga negara, yaitu Jerman, Prancis, dan Inggris.EU3 terbentuk pada September 2003, saat para pembuat kebijakan di negara tersebut menilai Iran tidak kooperatif dengan inspeksi serta perundiangan dengan IAEA Cordesman Al-Rodhan 2006:35.Ketiga negara tersebut berinisiatif untuk bergabung dalam upaya melakukan negosiasi untuk mencari jalan keluar dari persoalan nuklir Iran.Walaupun pada awalnya Iran menolak keberadaan EU3 sebagai negosiator penyelesaian masalah nuklirnya, namun pada akhirnya Iran mau untuk untuk melakukan perundingan dengan menteri luar negeri ke 3 negara tersebut Cordesman dan Al-Rodhan