Respon PBB Terhadap Program Nuklir Iran

40 masuk atau transitnya sejumlah individu yang telah disebutkan dalam resolusi terlibat dalam pengayaan uranium Iran kedalam wilayah negara mereka. Selain itu, DK PBB juga mendorong seluruh negara untuk memeriksa kargo yang berasal dan akan ke Iran yang menggunakan berbagai moda transportasi baik udara, darat, maupun laut yang menggunakan persahaan transportasi milik Iran. Pemeriksaan tersebut boleh dilakukan apabila ada indikasi dan bukti bahwa kargo tersebut dicurigai berhubungan dengan program pengayaan uranium Iran.Selain itu dalam resolusi ini juga menambah daftar individu yang dikenakan sanksi pembekuan aset dan larangan perjalanan Davenport 2012. Masih di tahun yang sama, tepatnya pada 27 September 2008 DK PBB mengeluarkan Resolusi 1835. Tidak seperti tiga resolusi sebelumnya yang menerapkan sanksi baru terhadap Iran, pada Resolusi 1835 ini DK PBB hanya menegaskan kembali kepada Iran agar mematuhi semua resolusi yang telah dikeluarkan sebelumnya, yaitu Resolusi 1969, Resolusi 1737, Resolusi 1747, serta Resolusi 1803 Security Council 2008:1. Dari semua resolusi yang telah dikeluarkan tersebut, tidak ada satupun yang dipatuhi oleh Iran, hingga kemudian hal ini memicu DK PBB untuk mengeluarkan Resolusi 1929 pada 9 Juni 2010. Resolusi ini resmi dikeluarkan setelah melalui proses voting dengan 12 jumlah negara pendukung, 2 negara menolak, dan satu negara Abstain. Turki dan Brazil merupakan negara yang menolak, dan Lebanon sebagai negara yang Abstain. 41 Selain menegaskan kembali resolusi yang telah dikeluarkan sebelumnya, Resolusi 1929 juga menerapkan sanksi tambahan terhadap Iran. Sanksi tambahan tersebut berupa embargo senjatan secara penuh terhadap Iran, sanksi finansial berupa larangan untuk membuka cabang di negara Iran bagi perusahaan finansial seperti bank, serta sebaliknya dilarang untuk memberikan izin kepada bank-bank serta perusahaan Iran untuk membuka cabang di negara lain. Negara di dunia juga dilarang untuk melakukan kegiatan penyediaan jasa keuangan, baik itu berupa transfer, maupun asuransi dari dan ke Iran, apabila hal tersebut berkaitan dengan proyek pengayaan uranium Iran Security Council 2010:4-7. Dalam menyelesaikan permasalahan nuklir Iran, dunia internasional yang diwakili oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa dalam P5+1 menerapkan dual-track approach.Dual-track approach tersebut berupa proses diplomasi yang dilakukan oleh EU3 dan kemudian P5+1 dengan berbagai tawaran insentif terhadap Iran dengan harapan Iran mau untuk bekerjasama dengan IAEA dan menghentikan proses pengayaan uraniumnya. Serta tekanan dunia internasional berupa sanksi yang dikenakan terhadap Iran melalui resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

C. Penolakan Turki Terhadap Resolusi 1929 DK PBB

Pada 9 Juni 2010, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa DK PBB kembali mengeluarkan resolusi untuk permasalah nuklir Iran. Resolusi tersebut bernama Resolusi 1929, dan resmi dikeluarkan setelah melalui proses voting oleh 5 anggota tetap DK PBB dan juga 10 negara anggota tidak tetap. 42 Resolusi 1929 berisi penegasan kembali terhadap resolusi-resolusi yang telah dikeluarkan sebelumnya serta penambahan sanksi baru berupa Embargo senjata secara penuh, pelarangan investasi dalam segala hal yang berkaitan dengan pengayaan uranium dan teknologi misil, serta sanksi finansial dan larangan perjalanan terhadap entitas serta individu yang diduga berkaitan dengan program nuklir Iran Davenpot 2014. Turki yang pada saat dikeluarkannya resolusi tersebut termasuk anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB memiliki hak untuk menerima ataupun menolak. Pada saat voting yang dilakukan oleh negara-negara anggota DK PBB dengan tegas Turki menolak Resolusi 1929 yang dikeluarkan DK PBB tersebut. Selain Turki, Brazil juga ikut menolak Resolusi 1929. Serta ada satu negara yang abstain, yaitu Lebanon. Dengan adanya penolakan dari Turki dan Brazil, maka Resolusi 1929 ini merupakan resolusi yang dikeluarkan DK PBB untuk Iran dengan dukungan terendah bila dibandingkan dengan 5 resolusi yang telah dikeluarkan sebelumnya. Sikap Turki menolak Resolusi 1929 ini menunjukan pandangan yang berbeda antara Turki dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan Eropa dalam menghadapi permasalahan nuklir Iran. Apabila AS dan Eropa lebih menekankan penerapan sanksi terhadap Iran untuk menekan Iran agar menghentikan pengayaan uraniumnya, Turki justru lebih mengutamakan penyelesaian melalui jalur perdamaian, terutama jalur perundingan dan kerjasama.Turki menganggap bahwa negaranya merupakan negara yang ideal 43 sebagai Channel bagi P5+1 dalam melobi Iran untuk lebih kooperatif dalam upaya menyelesaikan persoalan nuklirnya. Sikap Turki yang menolak Resolusi 1929 ini bukan berarti Turki setuju dengan upaya Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. Terkait pengembangan senjata nuklir, baik Turki maupun pihak Barat memiliki pandangan yang sama tentang ketidak setujuan mereka. Hanya saja Turki memiliki pandangan yang berbeda tentang upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. 44

BAB IV ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN

TURKI MENOLAK RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB 1929 TERKAIT NUKLIR IRAN Ada empat faktor yang menjadi penyebab Turki menolak Resolusi 1929 yang dikeluarkan PBB terkait nuklir Iran pada tahun 2010. Keempat faktor tersebut adalah: Kebijakan luar negeri zero problem policy yang dianut Turki dalam masa pemerintahan AKP; Kerjasama Nuclear Fuel Swap yang dilakukan oleh Iran, Turki, dan Brazil tiga minggu sebelum Resolusi 1929 dikeluarkan; Kebutuhan energi Turki yang besar; Serta kedekatan hubungan bilateral antara Turki dan Iran.

A. Kebijakan Luar Negeri Zero Problem Policy Pada Masa AKP

Kebijakan luar negeri Turki pada masa kepemimpinan AKP merupakan buah pemikiran dari salah seorang akademisi Turki, Ahmet Davutoglu, yang kemudian diangkat menjadi Menteri Luar Negeri saat AKP mulai berkuasa. Konsep Strategic Depth yang kemudian dianut oleh pemerintahan AKP mengacu pada pemikiran Ahmet Davutoglu dalam karyanya yang berjudul Stratejik Derinlik, Türkiye’nin Uluslararasý Konumu Strategic Depth, Turkey’s International Position, yang pertama kali diterbitkan dalam bahasa Turki pada tahun 2001 Dzakirin 2012: 154-159.