komuikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman komunikator dengan bidang bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang
dikomunikasikan. Komunikator akan dapat menyandi dan komunikan akan dapat
mengesandi hanya dalam pengalaman yang dimiliki masing-masing. Biarpun tidak demikian dalam teori komunikasi dikenal dengan istilah empathy, yang
berarti kemampuan memproyeksi diri kepada peranan orang lain. Maka jika komunikator bersifat empatik, maka komunikasi tidak akan gagal.
33
Dalam konteks komunikasi Ustadz Solmed adalah sebagai seorang Da’i
dan komunikator yang baik, dia memiliki program acara televisi sendiri dan Ustadz Solmed memiliki komunikan yakni jamaahnya. Dilihat dari elemen-
elemen tersebut dakwahnya terus berkembang hingga sekarang dan memiliki jam
a’ah-jama’ah yang baik dalam kalangan Islam.
33
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007 cet. Ke-20 h.9
BAB III BIOGRAFI USTADZ SOLEH MAHMOED USTADZ SOLMED
A. Profil Ustadz Soleh Mahmoed Ustadz Solmed
Ustadz Soleh Mahmoed lahir di Jakarta pada tanggal 19 Juli 1983, Ia anak tunggal dari keturuan Bapak H. Nadjamuddin Nasution dan Ibu Hj. Salmah Lubis.
“Ia merupakan anak satu-satunya yang nakal, anak satu-satunya yang baik, anak satu-satunya yang membuat tersenyum, anak satu-satunya yang membuat tertawa,
dan anak satu-satunya yang membuat kedua orang tuanya menangis ” itu kata ibu
Ustadz Solmed. Tetapi sewaktu kecil Ia cendrung lebih nakal, oleh sebab itu semenjak menginjak pendidikan dibangku SD pun Ia sudah dipondokin oleh
kedua orangtuanya.
1
Sejak kecil Ustadz Solmed memiliki cita-cita ingin menjadi Presiden, malah tidak sempat terfikir untuk menjadi seorang ustadz, tokoh ulama, bahkan
seorang mubalig. Ia dimasukan di pondok oleh orangtuanya supaya menjadi orang soleh, bahasa orang awamnya supaya inget sama orang tua, mau jadi apa saja
kalau inget sama orangtua itu harus. Bertahun-tahun mondok dipesantren, Alhamdulillah dulu Ia merasa benci terhadap orang tuanya karena ketika Ia baru
berumur 6 tahun sudah dimasukin pesantren. Karena dulu Ia merasa anak buangan, Ia merasa anak pungut, Ia merasa tidak diperhatikan, maklum ketika
pertama Ia nyantren baru berusia 6 tahun. Anak diusia seperti itu merasa disayang sama orangtua ketika dibelikan mainan, merasa disayang sama orang tua ketika
diberi uang, merasa disayang oleh orang tua ketika kemauannya selalu dituruti. Itu sayangnya orangtua menurut pandangan anak-anak pada usianya ketika itu. Tapi
1
Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012
30
pandangan orangtuanya tidak seperti itu, karena ada yang lebih berharga dari semua harta didunia ini yaitu dibekali ilmu. Disinilah letak hikmahnya, Ia merasa
sangat bersyukur kepada kedua orangtuanya karena telah memberikan bekal ilmu, khususnya ilmu agama. Sekarang semua orang memanggil ustadz, mubaliqh,
maupun da’i. Itu berkat apa yang telah diberikan pendidikan agama oleh orangtuanya.
2
Ketika kelas 1 SD Ia masuk pesantren Mambaul Ulum di daerah Jawa Timur, karena Ia anak tunggal jadi Ibunya selalu merasa rindu terhadapnya, setiap
menjenguk selalu menangis, jadi Ia dipindahkan ke Pesantren Al-Kamal Jakarta pas kelas 2 SD hingga lulus SD. Kemudian melanjutkan kejenjang Madrasah
Tsannawiah Pesantren As-Sidiqiah di Tanggerang hingga lulus, kemudian Ia melanjutkan di Madrasah Aliyah As-Sidiqiah Jakarta Barat Kebun Jeruk hingga
lulus, setelah itu Ia melajutkan studinya ke UIN Jakarta Fakultas Syariah. Pada tahun 2001 Ia mengikuti lomba Da’i se Indonesia di Masjid Istiqlal
yang mewakili Pondok Pesantrennya, Ia ketika itu niatnya hanya hikmat kepada pondok pesantrennya, tidak memikirkan menang atau kalah, karena sebagai santri
yang baik ketika nyantren hanya memikirkan berkah ilmu, berkah kepada Kiyainya, Alhamdulillah Ia mendapat juara umum dalam lomba itu.
Dari situlah awal karirnya, dari situlah kolega-kolega Ayahnya tertarik untuk mengundang ceramah-ceramah di acara pengajian bulanan dan tiga
bulanan. Dari situlah berlanjut ceramah dari mushola ke mushola, dari masjid ke masjid, dari pesantren ke pesantren, dari acara ke acara. Dan seiring berjalannya
2
Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012
waktu secara tidak langsung itu menjadi media promosinya berkembang hingga akhir tahun 2009.
3
Seiring waktu berjalan Ia semakin banyak mengenal ulama-ulama, ustadz- ustadz muda, salah satu sahabat Ia adalah Ustadz Jefrry Al-Buhkori atau biasa
dikenal dengan sapaan tenarnya yaitu UJ. Ditengah keakrabannya dengan UJ, Ia diajak UJ untuk mendampingi mengisi ceramah, biarpun awalnya hanya diberi
waktu 3 menit untuk berceramah, karena ketika itu Ia hanya sebagai Bintang Tamu di acara “Damai Indonesiaku” di stasiun TVONE. Tidak disangka-sangka
pihak TVONE mengundang lagi untuk berceramah, awalnya hanya bintang tamu, lama kelamaan menjadi bintang utama, tidak hanya pernah berduet dengan UJ, Ia
juga pernah berduet dengan Ustadz Subqi, dan bahkan Ia pernah berduet dengan alm KH. Zainuddin MZ.
4
Dari stasiun TVONE berlanjut ke satasiun-stasiun TV lain, hampir semua media stasiun TV pernah didatangi, selain sebagai bintang tamu juga sebagai
bintang utama distasiun-stasiun TV tersebut. Dan sampai hari ini masih memilik program acara di stasiun SCTV. Dan tidak hanya sebagai tokoh ulama yang
bercerama-ceramah diberbagai media, Ia juga membintangi beberapa sinetron TV, tetapi ketika Ia acting di sinetron tersebut Ia tidak mau berperan menjadi siapapun,
Ia hanya ingin berperan menjadi dirinya sendiri.
5
Alhamdulillah, dakwah kini kian berkembang dengan pesat, dakwah tidak hanya dinikmati oleh sekelompok orang, dan pada saat-saat waktu tertentu, kini
media masa berkembang cepat secepat perkembangan dakwah, karena bila berdakwah di media massa seperti TV, Radio, Internet dan lain lain, bisa
3
Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012
4
Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012
5
Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012