2. Daya Tarik Komunikator source attactiveness
Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya
tarik, jika pihak komunikasi merasa bahwa komunikator itu serta dengan mereka dalam hubungannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan
yang dilancarkan oleh komunikator.
29
Salah satu teori yang memiliki hubungan erat dengan definisi retorika tersebut adalah teori terministic screen. Teori ini dikembangkan oleh seseorang
ahli bidang retorika dari Amerika Serikat, Kenneth Burke. Inti dari teori ini ialah bahwa dalam komunikasi, manusia cenderung memilih kata-kata tertentu untukk
mencapai tujuannya. Pemilihan kata-kata ini bersifat strategis. Dengan demikian, kata yang diungkapkan, symbol yang diberikan, dan intonasi pembicaraan, tidak
semata-mata sebagai ekspresi pribadi atau cara berkomunikasi, namun dipakai secara sengaja untuk maksud tertentu dengan tujuan mengarahkan cara berfikir
dan keyakinan khalayak.
30
B. Komunikasi Efektif
Menurut D eddy Mulyana dalam buku “Komunikasi efektif”, gaya
komunikasi efektif merupakan perpaduan antara sisis positif komunikasi konteks tinggi dan komunikasi konteks rendah yang ditandai dengan ketulusan,
29
Onong Uchjana, komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007 cet. Ke-20h. 43-44
30
Dalam Sidik Suhada, “Media dan Komunikasi,”penulsnya mengutip dari Eriyanto 2000:5
artikel diatas
diakses pada
7 Februari
2012 pukul
12:37 dari
http:sidiksuhada.blogspot.com201001bahasa-dan-ideologi-dalam-retorika.html
kejernihan, keterbukaan, keterusterangan, kesederhanaan, dan kesantunan dalam berbicara.
31
Sedangkan dalam buku karya Onong Uchjana Effendi “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi” disebutkan factor-faktor penunjang komunikasi efektif, ia
menjelaskan apa yang dikatakan Wilbur Schramm “the condition of success in communication
”, yakni kondisi yang dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Faktor-faktor tersebut
yaitu: 1.
Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan.
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman
yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. 4.
Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh tadi yang layak bagi situasi klompok dimana komunikan berada saat ia digerakan untuk
memberikan tanggapan yang dikehendaki.
32
Onong Uchjana Effendy dalam karya lain “Ilmu Komunikasi Teori dan Prakte
k” mengatakan agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan.
Wilbur Schramm melihat pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh
31
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya, Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2006 cet ke-2 h. 149.
32
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti cet ke-3 h.41-42
komuikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman komunikator dengan bidang bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang
dikomunikasikan. Komunikator akan dapat menyandi dan komunikan akan dapat
mengesandi hanya dalam pengalaman yang dimiliki masing-masing. Biarpun tidak demikian dalam teori komunikasi dikenal dengan istilah empathy, yang
berarti kemampuan memproyeksi diri kepada peranan orang lain. Maka jika komunikator bersifat empatik, maka komunikasi tidak akan gagal.
33
Dalam konteks komunikasi Ustadz Solmed adalah sebagai seorang Da’i
dan komunikator yang baik, dia memiliki program acara televisi sendiri dan Ustadz Solmed memiliki komunikan yakni jamaahnya. Dilihat dari elemen-
elemen tersebut dakwahnya terus berkembang hingga sekarang dan memiliki jam
a’ah-jama’ah yang baik dalam kalangan Islam.
33
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007 cet. Ke-20 h.9