Analisis Deskriptif Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed (Ustadz Solmed) Dalam Berdakwah

(1)

BERDAKWAH

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Di Susun Oleh: Ferdian NIM 108051000088

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

i

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1) Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3) Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 Januari 2013


(5)

ii Nama : Ferdian

NIM : 108051000088

Analisis Deskriptif Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed (Ustadz Solmed) Dalam Berdakwah

Proses komunikasi seseorang dipengaruhi oleh gaya komunikasi. Gaya komunikasi adalah suatu kekhasan yang dimiliki setiap orang dan gaya komunikasi antara orang yang satu dengan yang lain berbeda. Gaya komunikasi penting sebagai cara yang khas pada diri seseorang untuk menyampaikan maksudnya dan untuk mengetahui respon dari orang yang diajak komunikasi. Hal demikian ditujukan Ustadz Soleh Mahmoed dengan gaya komunikasi yang khas ketika menyampaikan pesan, dalam berdakwah

Perumusan masalahnya adalah Bagaimana gaya komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed ketika menyampaikan dakwah? Bagaimana pandangan kolega terhadap gaya komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed? Apakah gaya komunikasi Ustadz Soleh mahmoed termasuk gaya komunikasi konteks tinggi atau konteks rendah?

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif deskritif. Tipe penelitian ini bertujuan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif, berbagai aspek individu, memberikan gambaran umum tentang data yang diperoleh, mendeskripsikan temuan di lapangan apa adanya.

Dalam melihat gaya komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed melalui rekaman video dan wawancara kepada informan terdekat Ustadz Soleh Mahmoed, teori yang tepat adalah teori terministic screen. Pemilihan kata-kata itu bersifat strategis. Dengan demikian, kata yang diungkapkan, simbol yang diberikan, dan intonasi pembicaraan, tidaklah semata-mata sebagai ekspresi pribadi atau cara berkomunikasi, namun dipakai secara sengaja untuk maksud tertentu dengan tujuan mengarahkan cara berfikir dan keyakinan khalayak. Berdasarkan hasil penelitian, temuan yang dapat diketemukan adalah informan menyatakan sesui dengan asumsi Deddy Mulyana bahwa komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed menunjukan lebih condong pada gaya komunikasi konteks rendah yang ditandai dengan jelas, lugas, tulus, santun, dan juga ada perpaduan antara sisi-sisi positif gaya komunikasi konteks tinggi dan gaya komunikasi konteks rendah yang ditandai dengan ketulusan, kejernihan, keterbukaan, keterusterangan, kesederhanaan, dan kesantunan dalam berbicara.


(6)

iii









Segala puji dan syukur tercurah hanya kepada-Nya Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga Allah curahkan kepada Nabi Muhamad SAW yang telah membimbing kita pada derajat kemanusiaan yang lebih baik.

Atas hidayah-Nya, penulis berhasil menyelesaikan tugas skripsi. Skripsi yang diberi judul “Analisis Deskriptif Gaya Komunikasi Ust. Soleh Mahmoed (Ust. Solmed) Dalam Berdakwah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini telah mendapat bantuan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah penulis mengungkapkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

iv

Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih penulis ucapkan karena telah bersabar dapat meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan keilmuan serta berbagai wawasan dan pengalamannya kepada penulis selama menuntut ilmu di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Semoga penulis dapat mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan, Amin.

6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

7. Ustadz Soleh Mahmoed (Ust. Solmed), April Jasmin, Ustadz Hasbiallah, Fuji Rahcman, Rizal, dan Muhidin selaku narasumber yang telah meluangkan waktu kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

8. Terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Syamsudin, AS dan Ibunda Khoiriyah yang telah memberikan banyak hal yang berarti dalam hidup penulis. Cinta, kasih, sayang, do’a, dan dukungan baik moral maupun materil yang semuanya itu tidak dapat tergantikan dengan apapun. 9. Kakak-kakakku yang tersayang. Kakak Irma Eka Sakti dan Kakak Firman Syah yang selalu memberi dukungan dan menjadi inspirasi dalam


(8)

v

10.Keponakanku Izzatul Auliya yang selalu menjadi penghilang duka dan selalu memberikan keceriaan.

11.Keluarga besar Nurul Fachri yang telah meluangkan waktu untuk sharing

dan berbagi info dalam menyusun dan menyelesaikan tugas akhir perkuliahan ini.

12.Ina Siti Munawaroh, yang selalu memberikan support dan semangatnya, pengorbanan waktu, tenaga serta perhatiannya saat penulis mengerjakan tugas akhir ini.

13.Teman-teman mahasiswa seperjuangan KPI angkatan 2008, yang telah memberikan banyak cerita, pengalaman, dan inspirasi untuk penulis. Dhiyaa Bule, Ahmad Fauzi, Saiful Bahri, Nurul Iman, Ika Kurnia Utami, Gana Buana, Anisaturohmah, Aimatunisa, Herdina Rosidi. Yang selalu memberikan senyum kalian sebagai penambah semangatku. Terimakasih

do’a dan semangat kalian teman…

14.Semua pihak yang telah memberikan konstribusi terhadap penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, namu tidak mengurangi rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada semua pihak.

Ciputat, 07 Januari 2013


(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konseptualisasi Gaya Komunikasi ... 16

1. Pengertian Gaya ... 16

2. Pengertian Komunikasi ... 16

3. Pengertian Gaya Komunikasi ... 21

a. Bahasa ... 23

b. Retorika ... 25


(10)

vii

B. Riwayat Pendidikan dan Aktifitas Dakwah Ustadz Soleh

Mahmoed ... 34

1. Riwayat Pendidikan ust. Soleh Mahmoed ... 34

2. Aktifitas Dakwah Ust. Soleh Mahmoed ... 35

3. Karya-karya dan Karir Ust. Soleh Mahmoed ... 37

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS GAYA KOMUNIKASI USTADZ SOLEH MAHMOED DALAM BERDAKWAH A. Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed dalam Berdakwah... 39

1. Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed Terkait dengan Retorika ... 42

2. Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed dengan Bahasa (Pemilihan Kata) ... 48

B. Pandangan Kolega Terhadap Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed ... 50

C. Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed Termasuk Gaya Komunikasi Konteks Tinggi atau Rendah ... 51

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Kemampuan komunikasi yang baik dan efektif tentunya bisa mengantarkan seseorang meraih tahta dan cita-cita tertinggi. Pengucapan kata yang jelas dalam komunikasi sangat diperlukan sehingga pesan sampai ke komunikan (penerima pesan) lancar dan tidak terkena gangguan (noise). Gaya komunikasi efektif merupakan perpaduan antara sisi positif komunikasi konteks tinggi dan komunikasi konteks rendah yang ditandai dengan ketulusan, kejernihan, keterbukaan, keterusterangan, kesederhanaan, dan kesantunan dalam berbicara.1

Onong Uchjana Effendy mengatakan agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komuikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan.2

Onong Uchjana Effendy menyatakan komunikasi secara etimologis berasal dari kata latin “communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis

yang berarti sama, sama disini maksudnya sama makana atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang

1

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2006) cet ke-2 h. 149.

2

Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-2 h.53


(12)

disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.3Sedangkan Sasa Djuarsa Senjaja mengatakan, komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.4 Selain pernyataan di atas, para ahli komunikasi juga mempunyai pendapat yang berbeda mengenai pengertian komunikasi, diantaranya Bereslon dan Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian informasi, ide, gagasan, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan symbol kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain. Kemudian Shannon dan Weaver mengartikan komunikasi mencangkup sebagai prosedur melalui mana pikiran seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain.5

Komunikasi harus terdapat pada pesan yang sengaja diarahkan kepada seseorang dan diterima oleh orang lainnya. Paradigma ini menyatakan bahwa pesan harus disampaikan dengan sengaja, dan pesan itu harus diterima. Artinya, untuk dapat terjadi komunikasi harus terdapat : (a) komunikator, (b) pesan, dan (c) komunikan. Implikasinya, jika pesan tidak diterima, tidak ada komunikan karena tidak ada manusia yang menerima pesan. Maka, tidak ada komunikasi dan proses komunikasi yang merupakan kajian paradigma ini.6

Komunikator akan dapat menyandi dan komunikan akan dapat mengesandi hanya dalam pengalaman yang dimiliki masing-masing. Biarpun tidak demikian dalam teori komunikasi dikenal dengan istilah empathy, yang

3

Onong Uhcjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung : PT. Citra Aditya Bakri,2003), cet. Ke-3 h.30

4

Sasa Djuarsa Senjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999)cet. Ke-4.h.8

5

Aubery Fisher, Teori-Teori Komunikasi (Bandung: Remaja Karya, 1986), h.10 6


(13)

berarti kemampuan memproyeksi diri kepada peranan orang lain. Maka jika komunikator bersifat empatik, maka komunikasi tidak akan gagal.7

Dalam berkomunikasi seorang tidak lepas dari gaya komunikasinya. Gaya komunikasi dapat dilihat dari bagaimana seorang komunikator menggunakan bahasa, pemilihan kata, retorika, dan menggunakan bahasa tubuhnya. Seperti diungkapakan Sidik Suhada seorang Jurnalis media dan televisi, bahwa “bahasa menunjukan bangsa. Identitas dan citra diri seseorang dimata orang lain pun dipengaruhi oleh bagaimana cara dia berkomunikasi. Selain itu juga pemilihan kata, istilah serta intonasi (tekanan suara). Semua akan dapat mencerminkan identitas dan citra diri seseorang yang sedang berbicara.8

Seperti yang telah dijelaskan di atas komunikasi juga harus mengikuti selera masyarakat yang selalu mengalami perubahan konteksnya. Dalam hal ini gaya komunikasi Ust. Soleh Mahmoed dalam penyampaian ceramah atau pidato. Untuk memahami bagaimana gaya komuikasi yang baik agar pesan dakwah secara efektif kepada komunikan, maka hal demikian menjadi perhatian penulis pada sosok Ustadz Soleh Mahmoed atau Ustadz Solmed, sapaan akrabnya.

Kepiawaian Ustadz Solmed dalam berkomunikasi bisa dilihat dengan bagaimana gaya komunikasi atau ciri khas tokoh ini menyampaikan dakwahnya, atau ceramah dalam khutbah Jum’at. Seseorang yang santun, sederhana, dan memiliki tutur kata yang baik dengan bahasa yang sangat mudah dimengerti oleh

7

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-2 h.9

8

Sidik Suhada, “Media dan Komunikasi,” artikel diakses pada 26 Januari 2012 pukul 13:14 pm dari http://sidiksuhada.blogspot.com/2010/01/bahasa-dan-ideologi-dalam-retorika.hlm1


(14)

masyarakat banyak itulah yang sepertinya tampak pada diri seorang Ustadz Solmed.9

Ustadz Solmed adalah seorang Ustadz yang selalu melontarkan ide, gagasan yang menekankan bagaimana pentingnya mencari jawaban dari sebuah permasalahan yang sedang terjadi dalam kehidupan masyarakat beragama. Melalui ceramah, pidato, khutbah Jum’at dengan kemampuan retorika dan gaya komunikasinya yang khas menjelaskan bahwa sangatlah indah agama Islam itu.10

Dalam buku Deddy Mulyana tersebut juga dikatakan bahwa gaya komunikasi efektif merupakan perpaduan antara sisi positif komunikasi konteks tinggi dan komunikasi konteks rendah yang ditandai dengan ketulusan, kejernihan, keterbukaan, keterusterangan, kesederhanan dan kesantunan dalam berbicara.11 Secara teoritik Edward T. Hall mengungkapkan bahwa gaya komunikasi dapat dibedakan ke dalam bentuk gaya konteks tinggi dan gaya komunikasi konteks rendah.12 Spesifikasi konteks tinggi biasanya orang lebih suka bicara secara implicit, tidak langsung dan suka basa-basi. Sementara gaya komunikasi konteks rendah biasanya biasanya digunakan oleh orang-orang yang memiliki pola pikir linier (searah). Bahasa yang digunakan langsung, lugas, dan

eksplisit.13

Dalam pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Ustadz Solmed. Bisa menyesuaikan diri, ketika Ia berada dikalangan yang lebih tua, seolah-olah Ia

9

Wawancara pribadi dengan Ust Hasbiallah (kolega dalam menyiarkan agama Islam), Jakarta, 6 Oktober 2012

10

Wawancara pribadi dengan Rizal (manager sekaligus asisten pribadi merupakan kolega dekat Ust. Solmed)

11

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)cet ke-2h.149.

12

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)cet ke-2 h.147.

13

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif,Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)cet ke-2 h. 129


(15)

menjadi orang yang dewasa, ketia Ia memasuki ranah remaja, Ia menjadi komunikator yang bisa berinteraksi dengan kalangan remaja, dan ketika Ia berinteraksi dengan anak-anak, maka anak-anak pun dapat terhibur, dan dapat mengambil makna ilmu yang telah disampaikan olehnya.14 Karena Ustadz Solmed meyakini perubahan sosial berasal dari kelas menengah, maupun kelas menengah kebawah. Pilihan gaya komunikasi Ustadz Solmed disesuaikan dengan konteks budaya jamaahnya. Seperti yang ditegaskan oleh Fiske bahwa komunikasi merupakan sentral bagi kehidupan budaya kita.15

Kehebatan dalam menyampaikan ceramah Ustadz Solmed merupakan da’i yang sudah tidak bisa diragukan lagi, karena Ia sudah memiliki keahlian dalam berceramah sangat lama, bahkan sebelum siaran TV, keahliannya dalam berceramah mudah dipahami oleh para jamaahnya, interaktif dan inovatif, penyampaian keilmuan dan wawasannya dipadukan menjadi paduan yang lebur, sehingga menjadi daya tarik yang menarik.16

Daya tarik yang paling mencolok ketika pertama kali melihat Ustadz Solmed ialah dari sosoknya, Ia merupakan Ustadz muda, dari situlah point plusnya, dan pendekatan Ia kepada ranah remaja bisa dibilang baik, karena tidak terpaut pada jarak usia yang tidak jauh, biasanya anak-anak muda lebih mudah dalam mengungkapkan permasalahan yang sedang dihadapi, dan Ia menjawab

14

Wawancara pribadi dengan Ust. Hasbiallah (Ulama, kolega dalam menyampaikan dakwah) Jakarta, 6 Oktober 2012

15

John Fiske, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling

Komprehensif, (Yogyakarta : Jalasutra, 2007), h.xi

16

Wawancara pribadi dengan Ust. Hasbiallah (Ulama, kolega dalam menyampaikan dakwah) Jakarta, 6 Oktober 2012


(16)

permasalahan itu tidak menggurui, tetapi lebih dekat sebagai sesama sahabat atau saudara sendiri.17

Peneliti melakukan penelitian ini dengan metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang kita peroleh.18 Begitu pula penelitian ini, penelitian akan mendeskripsikan temuan di lapangan apa adanya. Sebisa mungkin akan mengurangi pengaruh terhadap objek, sehingga data yang diperoleh dapat diolah secara memadai.

Oleh karena itu, Penulis bermaksud meneliti dengan menganalisis gaya komunikasi Ust. Solmed dalam berdakwah melalui wawancara dengan beberapa teman dan jama’ah Ust. Solmed serta mengamati melalui rekaman audio visual

(youtube) Ust. Solmed. Dan itulah beberapa yang dapat dijadikan Penulis sebagai alasan atau landasan, mengapa topik ini diangkat dan dijadikan sebuah penelitian dan karya ilmiah yang berjudul “Analisis Deskriptif Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed (Ustadz Solmed) Dalam Berdakwah. Atas dasar itulah penelitian ini sangat penting untuk dilaksanakan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk tidak melebarnya permasalahan dalam penulisan skripsi ini maka penulis membatasi pada gaya komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed dalam menyampaikan dakwah sehingga dakwahnya terus berkembang hingga saat ini.

17

Wawancara pribadi dengan April Jasmin (Istri dari Ust. Solmed) Jakarta, 6 Oktober 2012

18 “Analisis Deskrptif” artikel diakses pada 26 Januari 2012 pukul 13:15 dari inparametric.com/bhinablog/donload/04_analisis_deskriptif.pdf-halaman_sejenis


(17)

Dari pembatasan masalah di atas, maka muncul rumusan masalah, yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana gaya komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed dalam dakwah? 2. Bagaimana pandangan kolega terhadap gaya komunikasi Ustadz Soleh

Mahmoed?

3. Apakah gaya komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed termasuk gaya komunikasi konteks tinggi atau konteks rendah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari, membahas dan mengetahui bagaimana gaya komunikasi Ustadz Solmed dalam berdakwah dan pandangan kolegan terhadap gaya komunikasi Ustadz Solmed ketika menyampaikan dakwah dalam konteks Islam melalui ceramah atau maupun pidato dalam forum ceramah.

2. Manfaat Penelitian

a. Akademis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah pengetahuaan tentang gaya komunikasi yang baik dan efektif khususnya bagi instansi akademis di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan umumnya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(18)

b. Praktis

Penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan dan membuka pandangan bagi para teoritis, praktisi dan pemikir berbagai perspektif tentang gaya komunikasi efektif.

c. Teoritis

Dengan penelitian ini dilakukan juga menambah pengetahuan Penulis mengenai pentingnya gaya komunikasi seseorang dalam keberhasilannya dalam menyampaikan sebuah pesan, idea tau gagasan sehingga terjadi komunikasi yang efektif dan tercapainya tujuan yang diharapkan seorang komunikator.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif adalah dengan mengamati kasus dari berbagai sumber data yang digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif, berbagai aspek individu, kelompok suatu program, organisasi atau pristiwa secara sistematis. Penelaah berbagai sumber data ini membutuhkan berbagai macam instrument pengumuman data. Karena itu, penulis menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi-dokumentasi, rekaman bukti-bukti fisik.19 Dengan menggunakan analisis deskriptif dimana

19


(19)

peneliti berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara factual dan cermat.20

Ciri lain dalam analisis ini ialah titik berat pada observasi dan suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat. Peneliti hanya membuat kategori prilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasinya. Dengan susunan alamiah yang dimaksudkan bahwa peneliti terjun kelapangan. Peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi variabel. Karena kehadirannya mungkin mempengaruhi prilaku gejala (reactive measures), peneliti berusaha memperkecil pengaruh ini. Penelitian sosial telah menghasilkan beberapa pengukuhan yang tidak terlalu banyak “merusak” kenormalan (unobstrusive measures).21

Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang kita peroleh.22 Begitu pula penelitian ini, penelitian akan mendeskripsikan temuan di lapangan apa adanya. Sebisa mungkin akan mengurangi pengaruh terhadap objek, sehingga data yang diperoleh dapat diolah secara memadai.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan.23Adapun subjek dalam penelitian ini adalah Ustadz Solmed dengan menggunakan rekaman audio visual Ustadz Solmed, dan koleganya.

20

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005) h.22

21

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, 2005 h.25

22 “Analisis Deskrptif” artikel diakses pada 26 Januari 2012 pukul 13:15 dari inparametric.com/bhinablog/donload/04_analisis_deskriptif.pdf-halaman_sejenis

23


(20)

Sedangkan objeknya adalah bagian dari subjek yang diteliti secara terperinci. Objek penelitian merinci fenomena yang akan diteliti sekaligus merupakan deskripsi dari penelitian yaitu gaya komunikasi Ustadz Solmed dalam menyampaikan dakwah.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan data primer yaitu wawancara terhadap kolega Ustadz Solmed (field research). Selain itu, peneliti juga menggunakan data skunder melalui rekaman audio visual Ustadz Solmed ketika menyampaikan dakwah dalam kutbah jum’at maupun program acara beliau di stasiun televisi. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang di lapangan, tempat dimana objek penelitian itu berada.24 Untuk pengambilan data penelitian lapangan digunakan metode sebagai berikut:

a. Wawancara, yaitu percakapan antara peneliti, yang berharap mendapat informasi dari informan (seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi langsung dari sumbernya).25 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada kolega yang pasti memiliki keterkaitan erat dan berhubungan baik secara langsung dengan ust. Solmed guna memperoleh data-data mengenai gaya komunikasinya. Teknik wawancara yang digunakan yaitu bebas terbuka yaitu peneliti menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan gaya komunikasi ust. Solmed yang kemudian dikembangkan bersamaan dengan

24

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2004), h.89

25

Rahmat Kriyantono, Tehnik Praktisi Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Pranada Group, 2007)cet. ke-2, h.116


(21)

dijawabnya pertanyaan yang diajukan peneliti. Dari hasil wawancara peneliti mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan guna mendukung penelitian ini. Sebagai informan yang telah diwawancarai dalam rangka untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) April Jasmin, sebagai istri dari Ustadz Solmed.

2) Ust. Hasbiallah yang lebih di kenal dengan nama Ustadz Abu Nawas, sebagai kolega Ustadz Solmed, dan merupakan sesama mubalig dalam mensiarkan dakwah.

3) Rizal, sebagai manager dan asisten pribadi Ustadz Solmed, selalu ikut kemana saja ketika Ustadz Solmed berdakwah.

4) Fuji Rachman, sebagai kolega Ustadz Solmed, dan merupakan photographer pribadi Ustadz Solmed.

5) Muhidin, sebagai kolega Ustadz Solmed, dan merupakan Ketua RT 005/03 Kelurahan Kebun Jeruk.

b. Observasi, adalah informasi atau data yang dikumpulkan dalam penelitian.26 Observasi dapat juga berarti pengamatan yang merupakan kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata, mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah metode pengmpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.27 Dalam hal ini peneliti ikut serta dalam penyajian ceramah.

26

Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survey, (Editor: Sofian Effendi), (Jakarta: h.192)

27

Burham Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik , dan


(22)

c. Dokumentasi, yaitu mengkaji data-data yang didapat dari arsip-arsip stasiun televisi SCTV dalam program acara Kata Ustadz Solmed maupun dari buku-buku, majalah yang ada kaitannya dengan penelitian, juga dari jejaring sosial Youtube, seperti rekaman audio visual.

4. Tehnik Analisis Data

Analisis data menurut Patton, adalah proses mengatur uraian data. Mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satu uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan tehadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.28 Untuk menganalisis data atau fakta yang telah didapatkan, digunakan metode analisis deskriptif. Disiplin ilmu ini bekerja dengan mengungkapkan data dan fakta secara alamiah tanpa sedikitpun mempengaruhi subjek dan objek penelitian.

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, maka dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengumpulan informasi, melalui wawancara, kuisioner maupun observasi langsung.

b. Reduksi, langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan masalah penelitian.

c. Penyajian, setelah informasi dipilih maka disajikan bisa dalam bentuk tabel, ataupun uraian penjelasan.

d. Tahap akhir, adalah menarik kesimpulan.

28

Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993)cet ke-10 h.103


(23)

Pertanyaan melalui wawancara yang diajukan kepada informan semata-mata sebagai bahan kajian yang mendasar unjuk membuat kesimpulan. Bagaimana pendapat banyak orang merupakan hal penting meskipun tidak dijamin validitasnya. Semakin banyak informasi, maka diharapkan akan menghasilkan data yang sudah tersaring dengan ketat dan lebih akurat.

E. Tinjauan Pustaka

Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka diperpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Maka tidak ditemukan judul atau tema yang sama dengan penelitian (skripsi) ini. Namun berdasarkan hasil penelusuran peneliti ada beberapa skripsi yang hampir sama dengan judul, yaitu sebagi berikut:

a. Analisis Deskriptif Gaya Komunikasi Nurcholis Madjid oleh Imelda Dwi Putri Sari (106051001830), Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Yang garis besarnya berisi bahwa dalam menyampaikan pesan (ide, gagasan) seorang komunikator harus mampu, mengerti dan menguasai apa yang disampaikan, tentang apa, siapa komunikannya, dan apa efek yang diharapkan.

b. Analisis Deskriptif Pola Komunikasi Organisasi Kenadziran Kesultanan Maulana Hasanuddin Banten oleh Desty Putri Sari (106051001797), Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Yang garis besarnya berisi, Pola komunikasi yang ditangkap oleh peneliti adalah adanya alur birokrasi yang melingkupi perjalanan organisasi kenadziran. Artinya ketua tidak berkoordinasi langsung dengan anggotanya.


(24)

c. Analisis Pola Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asing UIN Jakarta: Perspektif Gegar Budaya oleh Arip Hidayat (107051002490) Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Yang garis besarnya berisi, budaya merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam kegiatan proses komunikasi yang dilakukan pada komunikasi lintas budaya. Jadi sangat dimungkinkan bahwa komunikasi antarbudaya dapat terganggu karena perbedaan budaya itu sendiri.

Tentu saja penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan apa yang akan peneliti lakukan . karena peneliti akan melakuakan penelitian mengenai Analisis Deskriptif Gaya Komunikasi Ust. Soleh Mahmoed Dalam Berdakwah

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan serta teraturnya skripsi ini dan memberikan gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang dijadikan pokok dalam skripsi ini maka penulis mengelompokan dalam lima bab pembahasan, yaitu sebagai berikut :

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang Latar Belakang Masalah, Pembahasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustakan serta Sistematika Penulisan.

BAB II Bab ini menjelaskan teori-teori yang relevan digunakan dalam penulisan skripsi untuk menganalisa serta merancang sistem yang diperoleh dari berbagai sumber seperti rekaman, buku referensi maupun internet yang menjadi landasan penulisan skripsi ini diantaranya terdapat teori terministic screen.


(25)

BAB III Bab ini berisi gambaran lebih jauh sosok tokoh da’i muda yaitu biografi Ustadz Soleh Mahmoed (Ustadz Solmed) yang berisikan Riwayat Hidup Soleh Mahmoed, Riwayat Pendidikan, Karir dan Aktifitas Intelektual.

BAB IV Bab ini membahas analisis data yakni Analisis hasil wawancara kepada informan terikat Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed.

BAB V Bab ini merupakan penutup dari penelitian ini yang berisikan kesimpulan dan saran.


(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konseptual Gaya Komunikasi 1. Pengertian Gaya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya memiliki banyak konotasi kekuatan, sikap, irama/lagu, elok dan ragam (cara, rupa, bentuk) yang khusus, mengenai tulisan, karangan, pemakaian bahasa dan bangunan rumah.1Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia juga mengartikan gaya sebagai cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan dan lisan.2 Jadi penyelesaian di atas mengenai gaya bisa dikonfrontasikan bahwa ciri khas seseorang dalam menyatakan pikiran dan perasaannya dalam bentuk lisan maupun tulisan.Dalam konteks komunikasi, gaya bisa diartikan ragam (cara) seseorang dalam pemakaian bahasa untuk menyampaikan pesan kepeda komunikan.3

2. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis berasal komunikasi merupakan terjemahan dari kata latin “communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang

berarti sama, sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan

1

Sumardjo, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Anonim, 1999) h. 146 2

Frista Artmanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Jombang: Penerbit Lintas Media) h. 166

3 Rimun Wibowo, dkk, “

Gaya KomunikasiPemimpin dan Keefektifan Kelompok Tani

dalam Melaksanakan Program Konservasi Tanah Air”, artikel diakses pada 31 Januari 2012 pukul

12:08 am dari http:www.rudyct.com/PPS702-ipb/1217/psl067_3.pdf


(27)

yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.4 Sedangkan ditinjau dari segi terminologis (istilah), para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi antara lain sebagai berikut :

a. Sasa Djuarsa Senjaja dalam bukunya Pengantar Komunikasi mengatakan, komunikasi adalah suatu peruses pembentukan, penyampaian penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan dua orang atau lebih denga tujuan tertentu.5

b. Harold Dwight Laswell, menjelaskan bahawa komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan tentang apa? Mengatakan apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengan akibat apa? (who says what in which channel to whom with what effect?).6

c. Bereslon dan Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian informasi, ide, gagasan, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan symbol kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain. Kemudian Shannon dan Weaver mengartikan komunikasi mencangkup sebagai prosedur melalui mana pikiran seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain.7

d. Everett M. Rogers menyatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.8

4

Onong Uhcjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung : PT. Citra Aditya Bakri,2003), cet. Ke-3 h.30

5

Sasa Djuarsa Senjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999)cet. Ke-4.h.8

6

Widjadja. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) h. 11

7

Aubery Fisher, Teori-Teori Komunikasi (Bandung: Remaja Karya, 1986), h.10 8

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 20.


(28)

e. Wilbur Schramm dalam uraiannya mengatakan bahwa sebenarnya definisi komunikasi berasal dari bahasa latin communis, common, bila mana kita mengadakan komunikasi, itu artinya kita mencoba untuk berbagi informasi, ide atau sikap. Jadi inti dari komunikasi itu adalah menjadikan si pengirim dapat berhubungan bersama dengan si penerima guna menyampaikan isi pesan.9

f. Nurdin Mendefinisikan Komunikasi adalah proses hal dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah prilaku. Definisi tersebut menekankan bahwa dalam komunikasi ada sebuah proses pengoperan (pemerosesan) ide, gagasa, lambing, dan di dalam proses itu melibatkan orang lain.10 Adapula yang menekankan pada unsur penyampaian atau pengoperan bahwa komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu-individu.11

g. Sedangkan menurut Onong uchyana Effendy, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau merubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.12

Dari beberapa definisi komunikasi menurut para ahli di atas. Dapat dikatan bahwa seseorang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain ikut berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan tujuan, harapan dan isi pesan yang disampaikan. Jadi diantara orang yang terlibat dalam kegiatan komunikasi harus

9

T. A. Lathief Rosyidi, Dasar Rhetorika Komunikasi Informasi, (Medan: 1985), h.48 10

Nurdin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) 11

Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi: Sbagai Pengantar Ringkas, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 , h.26)

12


(29)

memiliki harus memiliki kesamaan arti, dan harus sama-sama mengetahui hal-hal yang dikomunikasikan. Sehingga kegiatan komunikasi dapat berlangsung efektif. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyaluran. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi makna komunikan (communicate).13

Menurut Onong Uchajana, ada beberapa sebab mengapa manusia melakukan komunikasi, yakni:

a. Mengubah sikap (to change the attitude)

b. Mengubah opini/pendapat/pendangan (to change the opinion) c. Mengubah prilaku (to change the behavior)

d. Mengubah masyarakat (to change socity)

Komunikasi juga dilakukan dengan berbagai metode, istilah metode atau dalam bahasa Inggris “method” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang

berarti rangaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdsarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis. Agar komunikasi berjalan efektif, maka kita juga memerlukan strategi dalam menyampaikan pesan agar dapat diterima oleh orang lain.14

Meminjam istilah Laswell untuk berkomunikasi yang baik itu dibutuhkan lima kategori penting yang tidak bisa di pungkiri yakni unsur-unsur komunikasi, sebagai berikut:

13

Onong Uhcjana Effendy, Dinamaika Komunikasi, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1992), h.4

14


(30)

a. Source (sumber)

Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.15

b. Communicator (penyampai pesan)

Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi, seperti : surat kabar, televisi, film dan sebagainy. Komunikator dalam penyampaian pesannya bisa juga menjadi komunikan begitu juga sebaliknya. Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang komunikator adalah:

1. Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya. 2. Keterampilan berkomunikasi.

3. Mempunyai pengetahuan yang luas. 4. Sikap.

5. Memiliki daya tarik.16 c. Message (pesan)

Pesan keseluruhan dari apa yang disampaikan komunikator. Pesan dapat bersifat informatif member keterangan-keterangan yang kemudian komunikasi dapat mengambil kesimpulannya sendiri. Persuasuf bujukan, yakni membangkitkan dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan member pendapat atau sikap, sehingga ada perubahan.

15

Widjadja. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) h. 11

16

Widjadja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) h.12


(31)

d. Cannel (saluran)

Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui pancaindra atau media. Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut dua saluran yaitu:

1. Saluran formal atau yang bersifat resmi.

2. Saluran informal atau yang bersifat tidak resmi. e. Communican (penerima pesan)

Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam tiga jenis yakni personal, kelompok, massa.

f. Effect (hasil)

Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan.

3. Pengertian Gaya Komunikasi

Mengacu kepada pernyataan Bereslon dan Steiner dan arti gaya serta komunikasi di atas maka gaya komunikasi dapat diartikan sebagai cara seseorang menyampaikan ide, gagasan dengan bahasa sebagai alat penyaluran untuk menyampaikan pesan kepada komunikan.

Pendapat lain menyatakan gaya komuniasi adalah suatu khasan yang dimiliki setiap orang. Proses komunikasi seseorang dipengarui oleh gaya komunikasi. Gaya komunikasi antara orang yang satu dengan orang yang lain tentu berbeda. Perbedaan gaya komunikasi antara orang yang satu dengan yang lain dapat berupa perbedaan cirri-ciri model dalam berkomunikasi, tata


(32)

cara berkomunikasi, cara berekspresi dalam berkomunikasi dan tanggapan yang diberikan atau ditunjukan pada saat berkomunikasi.17

Kemudian gaya komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini mengacupada gaya komunikasi yang dikemukakan oleh Edward T. Hall. Menurut Hall, gaya komunikasi dalam konteks budaya dapat diklasifikasikan ke dalam gaya komunikais konteks tinggi dan gaya komunikasi konteks rendah.18

Secara teoretik, Edward T. Hall dalam buku Deddy Mulyana, menyebut dalam konteks budaya, gaya komunikasi dapat dibedakan ke dalam bentuk komunikasi tinggi dan gaya komunikasi konteks rendah. Gaya bicara komunikasi konteks tinggi ini, orang lebih suka bicara secara implicit (halus, diam-diam), tidak langsung, dan suka basa-basi. Salah satu tujuannya, untuk memelihara keselarasan klompok dan tidak ingin berkonfrontasi (bertentangan), maksudnya agar tidak mudah menyinggung perasaan orang lain. Komunikasi budaya konteks tinggi, cenderung lebih tertutup dan mudah curiga terhadap pendatang baru atau orang asing. Sementara gaya komunikasi dalam konteks rendah, biasanya digunakan oleh orang-orang yang memiliki pola piker linier. Selain itu komunikasi konteks rendah, cepat dan mudah berubah karena tidak mengikat kelompok.19Untuk mempermudah peneliti membuatnya dalam bentuk tabel di bawah ini :

17Junaedi Wijaya dan Yenny Wiyanto “Analisis Pengaruh Tipe Kepribadian dan Gaya Komunikasi Public Relation Manager Hotel “X” Surabaya dalam Membangun Hubungan Baik

dengan Media dan Meningkatkan Publisitas” artikel diakses pada 2 Februari 2012 http://puslit2.petra.ac.id/ejumal/index.php/hot/article/viewFile/16514/16506

18

Deddy Mulyana, Komunikasi Effektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005)h:129

19

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif. Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005) H.129


(33)

Tebel 1. Perbedaan Gaya Komunikasi Konteks Tinggi dan Gaya Komunikasi Konteks Rendah

No. Gaya Komunikasi Konteks Tinggi Gaya Komunikasi Konteks Rendah

1. Mengandung pesan yang kebanyakannya ada dalam konteks fisik, sehingga makna pesan hanya dapat dipahami dalam konteks pesan tersebut.

Sibuk dengan spesifikasi, rincian, jadwal waktu yang persis dengan mengabaikan konteks.

2. Bicara secara implisit, tidak langsung dan suka basa-basi.

Bicaranya eksplisit, bahasa yang digunakan langsung dan lugas.

3. Kebanyakan masyarakat homogen

berbudaya konteks – tinggi, pola pikir non linier.

Biasanya digunakan oleh orang-orang yang memiliki pola pikir linier.

4. Kekuatan kohesif bersama yang memiliki sejarah yang panjang, lamban berubah dan berfungsi untuk menyatukan kelompok.

Cepat dan mudah berubah, tidak mengikat kelompok.

5. Orang berbudaya konteks-tinggi gemar berdiam diri, tidak suka berterus terang, dan misterius.

Orang berbudaya konteks-rendah dianggap berbicara berlebihan, mengulang-ngulang apa yang sudah jelas.

Sumber: Deddy Mulyana, “Komunikasi Efektif”, h.129

a. Bahasa

Apabila ditinjau dari ilmu komunikasi, bahasa sebagai lambang dalam proses komunikasi itu tidak berdiri sendiri, tetapi bertautan dengan komponen-komponen komunikasi lainnya, dalam buku “Komunikasi: Teori dan Praktek” karya Onong Uchjana Effendy menyebutkan komponen-komponen yang lainnya yaitu, komunikator yang menggunakan bahasa itu, pesan yang dibawakan oleh bahasa itu , media yang akan meneruskan bahasa itu, komunikan yang dituju dari bahasa itu, dan efek yang yang diharapkan dari komunikan dengan menggunakan bahasa itu.

Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Komunikasi melalui bahasa itu memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan dirinya dengan


(34)

lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Ia memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan serta latar belakangnya masing-masing.20

1. Aspek Bahasa

Bahasa merupakan satu system komuniksi yang mempergunakan symbol-simbol vocal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer21, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerak badaniah yang nyata. Ia merupakan symbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap panca indra.

Berati bahasa mencangkup dua bidang, yaitu bunyi vocal yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan arti atau makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan barang atau hal yang diwakilinya itu. Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengaran kita ( yang diserap panca indra kita), sedangkan arti adalah isi yang terkadang di dalam arus bunyi yang menyebabkan rekasi atau tanggapan dari orang lain.22

2. Fungsi Bahasa Fungsi Bahasa adalah:

a.) Untuk menyatakan ekspresi diri b.) Sebagai alat komunikasi

c.) Sebagai alat untuk mengadakan interaksi dan adaptasi sosial

20

Gorys Keraf, Komposisi, (Jakarta: Penerbit Nusa Indah, 1994) 21

Dalam Jhon Fiske, Communication Studies, Arbitrer adalah istilah dalam semiotika yang menyatakan bahwa relasi antara penanda dan petanda semata-mata berdasarkan konvensi sosial, bukan relasi yang rumrah atau alamiah.

22

Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia bebas artikel diakses pada 7 Februari 2012 pukul 12:25 dari www.wikipedia.org/bahasa


(35)

d.) Sebagai alat untuk mengadakan control social

b. Retorika

Gaya komunikasi seseorang juga dapat dilihat dari retorika. Retorika adalah ilmu berbicara. Dalam bahasa Inggris, yaitu rhetoric dan dari kata Latin rehetorica yang berarti ilmu bicara.23 Bagi Aristoteles retorika adalah seni persuasi, suatu yang harus singkat, jelas dan meyakinkan, dengan keindahan bahasa yang disusun untuk hal-hal yang bersifat memperbaiki (corrective), memetintah (instructive), mendorong (suggestive) dan memepertahankan (defensive).24

Aristoteles menulis :

“Persuasi terjadi karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada pendapata orang-orang baik dari pada pada orang-orang lain: ini berlaku umumnya pada masalah apa saja dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi. Tidak benar, anggapan sementara penulis retorika bahwa kebaikan personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada kekuatan persuasinya: sebaliknya, karakternya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya”.25

23

Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-21 h.53

24

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), cet ke-3 h,4

25

(Aristoteles, 1954:45) dalam Jalaludin Rachmat, Psikologi Komuniksai, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007) cet.ke-25 h.225


(36)

Menurut Aristoteles. Dalam retorika terdapat3 bagaian inti yaitu:26

a. Ethos (ethical) yaitu, karakter pembicaraan yang dapat dilihat dari cara ia berkomunikasi

b. Pathos (emotional) yaitu, perasaan emosional khalayak yang dapat dipahami dengan pendekatan “psikologi massa”.

c. Logos (logical) yaitu, pemilihan kata atau kalimat atau ungkapan oleh pembicara.

Kemudian ada dua persyaratan mutlak bagi seseorang yang akan muncul dalam mimbar atau forum untuk berpidato. Syarat pertama adalah apa yang dinamakan source credibility atau kredibilitas sumber, dan yang kedua adalah

source attractiveness atau daya tarik sumber.27

1.) Kepercayaan kepada Komunikator/ kredibilitas sumber (source credibility) Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. Selain itu, kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki sesorang komunikator. Seorang dokter akan mendapat kepercayaan jika ia menerangkan soal kesehatan. Seorang duta besar akan mendapat kepercayaan jika berbicara mengenai situasi internasional.28

26 Fathurin “Pengantar Retorika dan Public Speaking”, artikel diakses pada 2 Februari 2012 pukul 14:45 dari http://www.fathurin-zen.com/?p=89

27

Onong Uchjana Effendi, Komunikasi, Teori dan praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) cet. Ke-20 h. 68

28

Onong Uchjana, komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) cet. Ke-20 h. 38


(37)

2.) Daya Tarik Komunikator (source attactiveness)

Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik, jika pihak komunikasi merasa bahwa komunikator itu serta dengan mereka dalam hubungannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator.29

Salah satu teori yang memiliki hubungan erat dengan definisi retorika tersebut adalah teori terministic screen. Teori ini dikembangkan oleh seseorang ahli bidang retorika dari Amerika Serikat, Kenneth Burke. Inti dari teori ini ialah bahwa dalam komunikasi, manusia cenderung memilih kata-kata tertentu untukk mencapai tujuannya. Pemilihan kata-kata ini bersifat strategis. Dengan demikian, kata yang diungkapkan, symbol yang diberikan, dan intonasi pembicaraan, tidak semata-mata sebagai ekspresi pribadi atau cara berkomunikasi, namun dipakai secara sengaja untuk maksud tertentu dengan tujuan mengarahkan cara berfikir dan keyakinan khalayak.30

B. Komunikasi Efektif

Menurut Deddy Mulyana dalam buku “Komunikasi efektif”, gaya komunikasi efektif merupakan perpaduan antara sisis positif komunikasi konteks tinggi dan komunikasi konteks rendah yang ditandai dengan ketulusan,

29

Onong Uchjana, komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) cet. Ke-20h. 43-44

30 Dalam Sidik Suhada, “Media dan Komunikasi,”penulsnya mengutip dari Eriyanto (2000:5) artikel diatas diakses pada 7 Februari 2012 pukul 12:37 dari http://sidiksuhada.blogspot.com/2010/01/bahasa-dan-ideologi-dalam-retorika.html


(38)

kejernihan, keterbukaan, keterusterangan, kesederhanaan, dan kesantunan dalam berbicara.31

Sedangkan dalam buku karya Onong Uchjana Effendi “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi” disebutkan factor-faktor penunjang komunikasi efektif, ia menjelaskan apa yang dikatakan Wilbur Schramm “the condition of success in communication”, yakni kondisi yang dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu

pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Faktor-faktor tersebut yaitu:

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan.

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. 4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh tadi yang layak

bagi situasi klompok dimana komunikan berada saat ia digerakan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.32

Onong Uchjana Effendy dalam karya lain “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengatakan agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh

31

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2006) cet ke-2 h. 149.

32

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti) cet ke-3 h.41-42


(39)

komuikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman komunikator dengan bidang bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan.

Komunikator akan dapat menyandi dan komunikan akan dapat mengesandi hanya dalam pengalaman yang dimiliki masing-masing. Biarpun tidak demikian dalam teori komunikasi dikenal dengan istilah empathy, yang berarti kemampuan memproyeksi diri kepada peranan orang lain. Maka jika komunikator bersifat empatik, maka komunikasi tidak akan gagal.33

Dalam konteks komunikasi Ustadz Solmed adalah sebagai seorang Da’i dan komunikator yang baik, dia memiliki program acara televisi sendiri dan Ustadz Solmed memiliki komunikan yakni jamaahnya. Dilihat dari elemen-elemen tersebut dakwahnya terus berkembang hingga sekarang dan memiliki jama’ah-jama’ah yang baik dalam kalangan Islam.

33

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) cet. Ke-20 h.9


(40)

BAB III

BIOGRAFI USTADZ SOLEH MAHMOED (USTADZ SOLMED)

A. Profil Ustadz Soleh Mahmoed (Ustadz Solmed)

Ustadz Soleh Mahmoed lahir di Jakarta pada tanggal 19 Juli 1983, Ia anak tunggal dari keturuan Bapak H. Nadjamuddin Nasution dan Ibu Hj. Salmah Lubis. “Ia merupakan anak satu-satunya yang nakal, anak satu-satunya yang baik, anak satu-satunya yang membuat tersenyum, anak satu-satunya yang membuat tertawa, dan anak satu-satunya yang membuat kedua orang tuanya menangis” itu kata ibu Ustadz Solmed. Tetapi sewaktu kecil Ia cendrung lebih nakal, oleh sebab itu semenjak menginjak pendidikan dibangku SD pun Ia sudah dipondokin oleh kedua orangtuanya.1

Sejak kecil Ustadz Solmed memiliki cita-cita ingin menjadi Presiden, malah tidak sempat terfikir untuk menjadi seorang ustadz, tokoh ulama, bahkan seorang mubalig. Ia dimasukan di pondok oleh orangtuanya supaya menjadi orang soleh, bahasa orang awamnya supaya inget sama orang tua, mau jadi apa saja kalau inget sama orangtua itu harus. Bertahun-tahun mondok dipesantren, Alhamdulillah dulu Ia merasa benci terhadap orang tuanya karena ketika Ia baru berumur 6 tahun sudah dimasukin pesantren. Karena dulu Ia merasa anak buangan, Ia merasa anak pungut, Ia merasa tidak diperhatikan, maklum ketika pertama Ia nyantren baru berusia 6 tahun. Anak diusia seperti itu merasa disayang sama orangtua ketika dibelikan mainan, merasa disayang sama orang tua ketika diberi uang, merasa disayang oleh orang tua ketika kemauannya selalu dituruti. Itu sayangnya orangtua menurut pandangan anak-anak pada usianya ketika itu. Tapi

1

Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012 30


(41)

pandangan orangtuanya tidak seperti itu, karena ada yang lebih berharga dari semua harta didunia ini yaitu dibekali ilmu. Disinilah letak hikmahnya, Ia merasa sangat bersyukur kepada kedua orangtuanya karena telah memberikan bekal ilmu, khususnya ilmu agama. Sekarang semua orang memanggil ustadz, mubaliqh, maupun da’i. Itu berkat apa yang telah diberikan pendidikan agama oleh orangtuanya.2

Ketika kelas 1 SD Ia masuk pesantren Mambaul Ulum di daerah Jawa Timur, karena Ia anak tunggal jadi Ibunya selalu merasa rindu terhadapnya, setiap menjenguk selalu menangis, jadi Ia dipindahkan ke Pesantren Al-Kamal Jakarta pas kelas 2 SD hingga lulus SD. Kemudian melanjutkan kejenjang Madrasah Tsannawiah Pesantren As-Sidiqiah di Tanggerang hingga lulus, kemudian Ia melanjutkan di Madrasah Aliyah As-Sidiqiah Jakarta Barat Kebun Jeruk hingga lulus, setelah itu Ia melajutkan studinya ke UIN Jakarta Fakultas Syariah.

Pada tahun 2001 Ia mengikuti lomba Da’i se Indonesia di Masjid Istiqlal yang mewakili Pondok Pesantrennya, Ia ketika itu niatnya hanya hikmat kepada pondok pesantrennya, tidak memikirkan menang atau kalah, karena sebagai santri yang baik ketika nyantren hanya memikirkan berkah ilmu, berkah kepada Kiyainya, Alhamdulillah Ia mendapat juara umum dalam lomba itu.

Dari situlah awal karirnya, dari situlah kolega-kolega Ayahnya tertarik untuk mengundang ceramah-ceramah di acara pengajian bulanan dan tiga bulanan. Dari situlah berlanjut ceramah dari mushola ke mushola, dari masjid ke masjid, dari pesantren ke pesantren, dari acara ke acara. Dan seiring berjalannya

2


(42)

waktu secara tidak langsung itu menjadi media promosinya berkembang hingga akhir tahun 2009.3

Seiring waktu berjalan Ia semakin banyak mengenal ulama-ulama, ustadz-ustadz muda, salah satu sahabat Ia adalah Ustadz Jefrry Al-Buhkori atau biasa dikenal dengan sapaan tenarnya yaitu UJ. Ditengah keakrabannya dengan UJ, Ia diajak UJ untuk mendampingi mengisi ceramah, biarpun awalnya hanya diberi waktu 3 menit untuk berceramah, karena ketika itu Ia hanya sebagai Bintang Tamu di acara “Damai Indonesiaku” di stasiun TVONE. Tidak disangka-sangka pihak TVONE mengundang lagi untuk berceramah, awalnya hanya bintang tamu, lama kelamaan menjadi bintang utama, tidak hanya pernah berduet dengan UJ, Ia juga pernah berduet dengan Ustadz Subqi, dan bahkan Ia pernah berduet dengan alm KH. Zainuddin MZ.4

Dari stasiun TVONE berlanjut ke satasiun-stasiun TV lain, hampir semua media stasiun TV pernah didatangi, selain sebagai bintang tamu juga sebagai bintang utama distasiun-stasiun TV tersebut. Dan sampai hari ini masih memilik program acara di stasiun SCTV. Dan tidak hanya sebagai tokoh ulama yang bercerama-ceramah diberbagai media, Ia juga membintangi beberapa sinetron TV, tetapi ketika Ia acting di sinetron tersebut Ia tidak mau berperan menjadi siapapun, Ia hanya ingin berperan menjadi dirinya sendiri.5

Alhamdulillah, dakwah kini kian berkembang dengan pesat, dakwah tidak hanya dinikmati oleh sekelompok orang, dan pada saat-saat waktu tertentu, kini media masa berkembang cepat secepat perkembangan dakwah, karena bila berdakwah di media massa seperti TV, Radio, Internet dan lain lain, bisa

3

Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012 4

Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012 5


(43)

dinikmati oleh jutaan orang diseluruh dunia, ini jugalah yang menjadi salah satu keuntungan dakwah melalui media massa.6

Secara ekonomi Ustadz Solmed, termasuk keluarga yang berkecukupan dan sederhana. Ia merupakan anak dari keluarga pedagang, karena orangtuanya awalnya hanya membuka usaha dagang dirumah lamanya, awalnya dulu tinggal didaerah Tomang Tinggi, ketika lahir Ia pindah kedaerah Kedoya kebon Jeruk sampai tahun 2011, dan sekarang sudah pindah lagi kedaerah Kebun Jeruk jl. Musyawarah.7

Ustadz Solmed memang sosok Ustadz muda yang penuh dengan hal baru, contoh kata yang sering digunakan dalam berdakwah guna membuat suasan menjadi lebih ringan adalah “ Terus Gue Harus Bilang WOW Gitu?” dan juga ketika Ia membawakan salah satu program TV yaitu program acara dakwah “Kata Ustadz Solmed” di SCTV, ada kata khas yang sering di ucapkan dan langsung di jawab oleh jama’ahnya contohnya seperti “ Kata Siapa? Kata Ustadz Solmed”

dan kata yang diucapakan setiap dakwahnya “Are You Ready!!!” seperti itulah kata-kata yang sering terucap guna mencairkan suasana ketika sudah mulai kurang baik.

Ketika melihat sosok muda, tampan dan santun. Ada saja berita yang kurang baik mengenai Ia, ada yang mengatakan Ia adalah Ustadz Seleb, Ustadz yang mau berceramah ketika menerima bayaran yang sangat tinggi. Itulah roda kehidupan, tidak selamanya hidup itu mulus-mulus saja, hal ini menjadikan

6

Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012 7


(44)

pelajaran bagi setiap da’i maupun para ulama untuk selalu bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam. 8

Kalaupun dia dicitrakan sebagai sosok kontroversial, itu sepenuhnya bisa dimakluminya. Baginya, kontroversi menjadi semacam hukum alam (sunnah Allah) yang tak bisa dielakkan. Pada dirinya berlaku pepatah Inggris: “To avoid

critism, do nothing, say nothing, and be nothing!” Ia tidak mau menjadi nothing

bukan karena dia mengharapkan popularitas, tetapi karena ia memandang bahwa itulah tugas yang harus diembannya sebagai hamba Allah SWT.9

B. Riwayat Pendidikan dan Aktifitas Dakwah Ustadz Soleh Mahmoed

1.

Riwayat Pendidikan Ustadz Soleh Mahmoed

Sejak kecil Ustadz Solmed memang telah memperlihatkan tanda-tanda akan menjadi seorang intelektual muslim10. Para santri yang belajar di pesanteren As-Sidikqiah termasuk Ustadz Solmed tidak hanya diproyeksikan memiliki kemampuan menguasai bahasa Arab klasik, tetapi juga bahasa Inggris, dengan alasan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang dibutuhkan untuk masa sekarang sebagai usaha untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin kompleks. Para santri di pesanteren pun didorong untuk selalu berkomunikasi antar mereka hanya

8

Artikel pengertian tentang Ustadz Seleb dikemukakan Sunandar, menurutnya ustadz yang baik itu adalah ustadz yang tidak keluar dari kerangka ahlak mubaliq “BONGKAR!…TARIF

USTADZ SELEB / DA’I KONDANG” (Jakarta 21 Januari 2013)

9

Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012 10

Pengertian sederhana tentang intelektual dikemukakan George A. Theodoran dan Achilles G. Theodore, menurut keduanya, kaum intelek adalah anggota-anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya pada pengembangan ide-ide orisinil dan terikat dalam penacarian pemikiran kreatif. Lihat Azyumardi Azra, “Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi menuju Milenium Baru” (Jakarta: Logos, 1999) h. 157


(45)

dengan bahasa Inggris atau bahasa Arab, sehingga pluralisme pun disini cukup terjaga.11

Dari situlah petualang Ia dalam berdakwah mulai berkembang, dari mulut ke mulut Ia mulai banyak dikenal jamaahnya, hingga pada sekarang ini Ia sudah banyak memiliki pengalaman dalam mengisi program-program acara yang dibintangi olehnya. Dari cuma orang sederhana yang tidak dikenal oleh siapa-siapa, menjelma menjadi mubaligh yang sudah tidak diragukan lagi dalam memberikan tausiyahnya.12

Dibawah ini merupakan daftar jenjang pendidikan Ustadz Solmed 1. Pesantren Mambaul Ulum, Jawa Timur 1989.

2. Pesantren Al-Kamal, Jakarta 1990. 3. Pesantren As-Sidiqiah, Tanggerang 1996. 4. Madrasah Aliah As-Sidiqiah, Jakarta 1999. 5. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2002.

2.

Aktifitas Dakwah Ustadz Soleh Mahmoed a. Aktifitas Dakwah Ustadz Solmed di TV

Sudah banyak program TV yang telah dibintanginya, melalui media TV Ia banyak berkarya, karena selain TV merupakan media yang paling banyak dinikmati oleh khalayak jamaahnya, juga melalui TV dakwahnya sangat cepat sekali berkembang, ketika berceramah langsung dari mimbar ke mimbar dakwahnya hanya bisa dinikmati oleh sekelompok muslim saja, tetapi bila melalui TV atau media yang lain dakwahnya bisa dinikmati oleh jutaan mukmin secara langsung dan bersamaan dipelosok

11

Wawancara pribadi dengan Ust. Soleh Mahmoed. Jakarta, 6 Oktober 2012 12


(46)

Indonesia maupun luar negeri.13 Dibawah ini merupakan program TV dan karya-karya lainnya yang pernah di bintanginya pada tahun 2009 hingga sekarang:

1) Kata Ustadz Solmed @ SCTV pada tahun 2012 2) Akhirnya Aku Tahu @ Global TV pada tahun 2012 3) Indahnya Cinta Para Ustadz @ MNCTV pada tahun 2012 4) Assalamu’alaikum Ustadz @ RCTI pada tahun 2011 5) Cahaya Hati @ ANTV pada tahun 2011

6) Titian Qolbu @ TV One pada tahun 2010 7) Damai Indonesiaku @ TV One pada tahun 2009 8) Teropong Iman @ Trans TV pada tahun 2011

9) Sentuh Hati dengan Cinta @ MNCTV pada tahun 2010 10)Indahnya Berbagi @ Alif TV pada tahun 2010

11)Syiar Islam @ Alif TV pada tahun 2010

12) Jejak KebersamaanMu @ Global TV pada tahun 2010 13) Pertalian Hati Indonesi @ MNCTV pada tahun 2010 14) Kultum Buka Puasa @ Global TV pada tahun 2012 15) Anak Soleh @ MNCTV pada tahun 2011

16) Flyers Adzan Maghgrib @ Global TV pada tahun 2012

Program Radio yang pernah Ustadz Solmed bintangi adalah Siraman Rohani Sahur, Buka Puasa dan Quote Motivasi Hati @ Radio Sonora 92.0 FM

b. Aktifitas Dakwah Ustadz Solmed di Masyarakat

13


(47)

Untuk memperjelas penelitian, dapat dilihat dalam video youtube tausiyah Ustadz Solmed yang menjadi penelitian penulis ini berjudul:

1. Tabligh Akbar Sambut Ramadhan 21 Ustadz Lahirnya Manusia. 2. Keutamaan Sholat Qobliayah Subuh.

Terlihat jelas bahwa Ustadz Solmed memenuhi syarat untuk menjadi seorang komunikator yang baik dengan source credibility dan

source attractiveness yang ditunjukkan oleh Ustadz Solmed, yaitu pertama ethos (ethical) yaitu, karakter pembicara yang dapat dilihat dari cara ia berkomunikasi, kedua pathos (emotional) yaitu, perasaan emosional khalayak yang dapat dipahami dengan pendekatan “Psikologi Massa”,

ketiga logos (logical) yaitu, pemilihan kata atau kalimat atau ungapan oleh seseorang pembicara.

Dalam kegiatan rutinnya dalam berdakwah Ustadz Solmed mengadakan pengajian rutin yang dilakukan setiap satu bulan sekali di kediamannya yaitu di Kebon Jeruk. Pengajian itu sudah berjalan rutin sejak Ustadz Solmed pertama kali pindah ke kediamannya di Kebun Jeruk tersebut, setiap setahun sekali anggota pengajiannya mendapat undian berangkat umroh untuk satu orang secara gratis. Tapi tahun ini akan ada dua orang yang berangkat dikarenakan Ustadz Solmed mendapat sponsor dari lembaga haji.14

3.

Karya-karya dan karir Ustadz Solmed

Sinetron yang pernah Ustadz Solmed bintangi dari awal tahun 2010 antara lain adalah:

14 Wawancara pribadi dengan Muhidin (ketua RT 005/013 Kelurahan Kebun Jeruk)


(48)

a. Anak-anak Cahaya @ TVRI pada tahun 2010

b. Pesantren & Rock „n Roll @ SCTV pada tahun 2011 c. Calon Bini @ SCTV pada tahun 2011

Selain sinetron ada juga sketsa yang pernah ust. Solmed bintangi Cerita Anak Langitan @ RCTI pada tahun 2011

Buku yang ditulis oleh Ustadz Solmed adalah Follow Me, buku ini merupakan buku pertama Ustadz Solmed, terbit pada tahun 2012 dan berisi tentang hadist-hadist pilihan, maksud dari follow me adalah supaya kita sebagai umat Islam mengikuti jejak nabi Muhammad SAW.

Dalam konteks komunikasi, Ustadz Solmed adalah sebagai seorang komunikator yang baik, mempunyai media untuk menyampaikan pesan-pesannya berupa ide, gagasan yang terus berkembang hingga saat ini. dilihat dari kepiawaiannya berkomunikasi menyampaikan ide dan gagasannya Ust. Solmed berhasil membawakan pesan-pesannya sehingga efektif dan masih dikembangkan hingga sekarang. Sehingga ditinjau dari elemen tersebut selain gagasan-gagasan yang masih terus berkembang.


(49)

BAB IV

GAYA KOMUNIKASI USTADZ SOLEH MAHMOED DALAM BERDAKWAH

A.

Gaya Komunikasi Ustadz Soleh Mahmoed dalam Berdakwah

Memiliki keterampilan dan daya tarik dalam berdakwah, hal tersebut memang dimiliki oleh Ustadz Solmed, sebagai seorang komunikator, mubaliq, da’i, atau ulama yang memajukan peradaban agama Islam di Indonesia. Ia memiliki source credibility, source atractiveness, sikap yang santun, bahkan daya tarik ketampanan seperti yang dikatakan oleh Ustadz Hasbillah, kolega dekat Ustadz Solmed dalam menyiarkan agama Islam. Dalam wawancara kepada penulis ia mengatakan bahwa “Ustadz Solmed berbeda dengan komunikator lainnya, dengan daya tarik beliau ada pada penyampaiaan keilmuan dan wawasan beliau yang disampaikan menjadi lebur, sehingga menjadi daya tarik yang sangat menarik.1

Ustadz Solmed dengan keluasan khazanah pengetahuannya menuangkan pemikirannya terhadap komunikan melalui pidato, ceramah khutbah Jum’at maupun pesan yang ia sampaikan dalam menyampaikan tausiyah tidak terlepas dengan gaya komunikasinya yang khas. Gaya komunikasi yang dimaksud adalah cara seseorang menyampaikan ide, gagasan dengan bahasa sebagai alat penyalurnya untuk menyampaikan pesan kepada komunikan.2

1

Wawancara pribadi dengan Ust Hasbiallah (kolega dalam menyiarkan agama Islam), Jakarta, 6 Oktober 2012

2

Widjaja, H. A., Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. 3, h. 8.


(50)

Gaya komunikasi terkait retorika dan bahasa (pemilihan kata) Ustadz Solmed ketika menyampaikan berbagai ide dan gagasannya memang menunjukkan ketulusan, kelugasan, keterusterangan atau keterbukaan, kesederhanaan dan kesantunan seperti yang diungkapkan Deddy Mulyana dalam bukunya “Komunikasi Efektif”. Pakar ilmu komunikasi tersebut menyebutkan gaya komunikasi tersebut merupakan perpaduan antara sisi-sisi positif gaya komunikasi konteks tinggi dan gaya komunikasi konteks rendah.3

Gaya bicara komunikasi konteks rendah yaitu gaya yang biasanya dimiliki oleh orang-orang yang berpikir linier, bahasa yang digunakan langsung, lugas dan eksplisit (jelas, terang, gamblang/tegas), gaya komunikasi konteks rendah ini juga cepat dan mudah berubah karena tidak mengikat kelompok. Sedangkan gaya bicara komunikasi konteks tinggi cenderung berbicara secara implisit (halus, diam-diam), tidak langsung, dan suka basa-basi. Salah satu tujuannya, untuk memelihara keselarasan kelompok dan tidak ingin berkonfrontasi (bertentangan), maksudnya agar tidak mudah menyinggung perasaan orang lain. Dengan menganalisis pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Ustadz Solmed lebih condong memiliki gaya komunikasi konteks rendah, meskipun terdapat perpaduan antara sisi-sisi positif gaya komunikasi konteks tinggi dan gaya komunikasi konteks rendah. Hal ini dibenarkan juga oleh Fuji Rahman, ia mengatakan meskipun Ustadz Solmed tidak memiliki kemampuan berorator menggebu-gebu seperti yang dilakukan FPI tetapi sebagai seorang komunikator, Ustadz Solmed dalam menyampaikan gagasan itu dalam bahasa yang damai, sejuk, dan tenang. Beliau sangat lowprofile, beliau seperti bisa memainkan irama ketika berceramah,

3

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet ke-2 h.149.


(51)

bias membawa dengan irama yang tinggi atau rendah, jadi beliau bisa menguasai jamaah.4

Dalam hal ini berdasarkan wawancara dengan informan penulis menandai gaya komunikasi Ustadz Solmed lebih condong ke gaya komunikasi konteks rendah, namun terdapat pula perpaduan sisi-sisi positif gaya komunikasi konteks tinggi dan gaya komunikasi konteks rendah. Seperti juga yang diungkapkan April Jasmin, ia mengatakan “Ustadz Solmed tokoh yang jika menyampaikan pesan, ia tahu apa yang dia katakan, dia seorang yang tidak memaksa-maksa, sehingga orang tahu bahwa apa yang disampaikannya itu memang penting, karena beliau memiliki tehnik sendiri dalam berceramah dengan cara yang halus, dan tidak menggurui”.5

Tidak dapat diragukan lagi keahlian Ustadz Solmed dalam berkomunikasi, hal itu dibuktikannya dengan Ustadz Solmed sebagai ahli dalam berpidato, kala itu Ustadz Solmed menjadi juara umum dalam lomba pidato sebagai seorang da’i tingkat nasional yang di laksanakan di Masjid Istiqlal pada tahun 2001 lalu. Hal ini dibenarkan oleh Muhidin, pejabat setempat Ketua RT 005/03 Kelurahan Kebun Jeruk juga sebagai jama’ah ust. Solmed.6

Kemampuan sebagai komunikator yang baik diperoleh Ustadz Solmed dengan pengalaman aktifitasnya sebagai santri di Pesantren Mambaul Ulum di daerah Jawa Timur, Pesantren Al-Kamal, Pesantren As-Sidikiah di Tanggerang, Madrasah Aliyah di As-Sidiqiah Jakarta Barat Kebun Jeruk. Menjadikan komunikator atau da’i sebagai tuntutan dalam kiprahnya. Selain itu aktifitasnya

4 Wawancara pribadi dengan Fuji Rahman (Photografer pribadi dan sebagai kolega Ust.

Solmed) Jakarta, 6 Oktober 2012

5

Wawancara pribadi dengan April Jasmin (Istri dari Ust Solmed) Jakarta, 6 Oktober 2012

6 Wawancara pribadi dengan Muhidin (ketua RT 005/013 Kelurahan Kebun Jeruk)


(52)

sebagai pembicara dalam program TV, baik TV suasta maupun TV negeri juga membuktikan bahwa ia seorang komunikator atau da’i yang credible.

Berikut adalah analisa dan pembahasan pertanyaan wawancara yang diajukan penulis kepada informan berkaitan dengan gaya komunikasi Ustadz Solmed yang ditandai dengan retorika dan bahasa khas ketika menyampaikan ceramah dalam khutbah Jum’at serta menyampaikan pidato atau pesan dalam menyampaikan tausiyah bertujuan untuk mengetahui gaya komunikasi Ustadz Solmed.

1. Gaya Komunikasi Ustadz Solmed Terkait dengan Retorika

Berdasarkan hasil wawancara pada 5 (lima) orang informan, kelima informan tersebut menyimpulkan bahwa Ustadz Solmed memiliki kemampuan retorik yang baik, sebagai seorang komunikator ia membawakan pesannya dengan bahasa yang santun, damai dan sejuk, seperti yang diutarakan oleh photogarfer pribadi juga sekaligus muridnya, Fuji Rahman.7 Sebagai seorang da’i atau ulama yang sangat dikenal di Indonesia keahlian Ustadz Solmed dalam berkomunikasi memang tidak dapat diragukan lagi, hal ini diakui oleh Ustadz Hsbiallah atau yang lebih dikenal dengan Ustadz Abu Nawas yang mengatakan bahwa kemampuan retorika Ustadz Solmed sudah memiliki keahlian cukup lama, bahkan sebelum masuk TV, beliau bila khutbah atau ceramah syarat dan rukunnya tercapai, kemudian isi dari khutbah sampai kepada para jamaahnnya, dan alhadulillah bila khutbah jum’at tidak ada yang tidur, artinya tegas isi ceramahnya disampaikan dengan arif Maupun bijaksana, jadi jama’ah yang pulang mendapat bekal ilmu yang dapat

7 Wawancara pribadi dengan Fuji Rahman (Photografer pribadi dan sebagai kolega Ust.


(53)

dipergunakan sehari-hari.8 Sependapat dengan hal tersebut Rizal yang merupakan manager sekaligus asisten pribadinya, juga mengakui keahlian Ustadz Solmed. keahlian beliau tidak hanya dari cara berkomunikasinya, tetapi juga dari bahasa tubuhnya, memiliki karakter ketika menyampaika tausiyah, daya tariknya memang dari tampilan beliau yang selalu santun, dan memiliki suara yang tegas, jadi itu menurut saya menjadi modal utama yang dimiliki beliau ketia sedang memberikan tausiyah.9

Mereka sependapat bahwa sebagai pembawa pesan (komunikator) Ustadz Solmed memiliki dua syarat mutlak yang memang harus dimiliki bagi seorang yang akan muncul dalam mimbar atau forum untuk berceramah10, pertama yaitu source credibility, adalah kepercayaan yang ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya, kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. Selain itu, kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Menurut Fuji Rahman Beliau sangat lowprofile, beliau seperti bisa memainkan irama ketika berceramah, bisa membawa dengan irama yang tinggi atau rendah, jadi beliau bisa menguasai jamaah.11 Hal senada yang

8

Wawancara pribadi dengan Ust Hasbiallah (kolega dalam menyiarkan agama Islam), Jakarta, 6 Oktober 2012

9

Wawancara pribadi dengan Rizal (manager sekaligus asisten pribadi merupakan kolega dekat Ust. Solmed)

10

Onong Uchjana Effendi, Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) cet. ke-20 h.68

11 Wawancara pribadi dengan Fuji Rahman (Photografer pribadi dan sebagai kolega Ust.


(54)

diungkapkan oleh April Jasmin, bahwa Ustadz Solmed beliau memiliki tehnik sendiri dalam berceramah dengan cara yang halus, dan tidak menggurui.12

Kedua, yakni source atractiveness artinya seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, opini, dan prilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik, menurut Ustadz Hasbiallah daya tarik beliau ada pada penyampaiaan keilmuan dan wawasan beliau yang disampaikan menjadi lebur, sehingga menjadi daya tarik yang sangat menarik.13 Sependapat dengan hal itu Rizal juga mengungkapkan daya tariknya memang dari tampilan beliau yang selalu santun, dan memiliki suara yang tegas, jadi itu menurut saya menjadi modal utama yang dimiliki beliau ketia sedang memberikan tausiyah.14

Di samping itu, sebagai seorang komunikator Ustadz Solmed juga memenuhi kriteriainti seorang retorik yaitu15, ethos (etichal) merupakan karakter pembicara yang dapat dilihat dari cara seorang komunikator berkomunikasi, karakter yang diperlihatkan Ustadz Solmed ketika berkomunikasi menggambarkan kesantunan, keramahan pada dirinya. Hal tersebut dikatakan oleh setiap informan, seluruh informan sependapat bahwa karakter kesantunan dalam berbicara sangat melekat pada Ustadz Solmed.

Kemudian pathos (emotional) yakni perasaan emosional khalayak yang dapat dipahami dengan pendekatan “Psikologi Massa”. Berdasarkan

12

Wawancara pribadi dengan April Jasmin (Istri dari Ust Solmed) Jakarta, 6 Oktober 2012

13

Wawancara pribadi dengan Ust Hasbiallah (kolega dalam menyiarkan agama Islam), Jakarta, 6 Oktober 2012

14

Wawancara pribadi dengan Rizal (manager sekaligus asisten pribadi merupakan kolega dekat Ust. Solmed)

15 Fathurin, “Pengantar Retorika dan Public Speaking”, 2008 artikel diakse

s pada 18 Oktober 2012 pukul 15.03 pm dari http://www.fathurin-zen.com/?p=89


(55)

wawancara dari seluruh informan bahwa kedekatan emosional yang ditunjukkan Ustadz Solmed kepada khalayak (komunikan) sangat baik, Ustadz Solmed sungguh memperhatikan audiensya ketika bertanya dalam setiap ceramah, tidak hanya itu menurut Hasbiallah bahkan bisa menyesuaikan, artinya ketika beliau berada dikalangan yang lebih tua, beliau bisa menyesuaikan seolah-olah beliau menjadi orang tua, beliau ketika masuk keranah remaja beliau masuk kepada dunia remaja, dan ketika beliau ceramah didepan anak-anak, anak-anakpun bisa terhibur, dan dapat mempelajari dan mengambil hikmah dari ilmu agama yang disampaikan oleh beliau.16

Kriteria selanjutnya adalah logos (logical), merupakan pemilihan kata atau kalimat atau ungkapan oleh pembicara. Dalam pemilihan kata atau kalimat, berdasarkan wawancara dengan informan, dikatakan Ustadz Solmed menguasai sekali apa yang disampaikannya, dia tidak hanya menguasai bahasa Indonesia dengan baik tetapi juga menguasai bahasa Inggris.

Bahkan menurut Hasbiallah, Pemilihan kata tergantung tingkatan akademis, ketika bercerama dengan orang awam maka beliau akan menyampaikan pesan yang dapat dimengerti kepada orang tersebut, dan ketika bertemu dengan orang-orang akademis lebih tinggi, beliau akan mengunakan bahasa-bahasa akademis,artinya konotasi bisa interaktif dan bisa nyambung dengan apa yang diterima oleh jamaah tersebut.17 Hal ini juga dibenarkan oleh April Jasmin yang mengatakan bahwa Ustadz Solmed Pasti ada kaliat/kata

16

Wawancara pribadi dengan Ust Hasbiallah (kolega dalam menyiarkan agama Islam), Jakarta, 6 Oktober 2012

17 Wawancara pribadi dengan Ust Hasbiallah (kolega dalam menyiarkan agama Islam),


(1)

Q: Bagaimana pathos (kedekatan emotional) terhadap komunikan (lawan bicara) yang diperlihatkan Ust. Solmed ketika menyampaikan khutbah jum’at, ceramah, dan tabliq akbar?

A: sangat dekat, contohnya saja pengajian yang diadakan disini, beliau memberikan undian kepada satu orang jamaahnya untuk diberangkatkan umroh, itu merupaka suatu kedekatan emosional yang baik kepada para jamaahnya.

Q: ketika beliau dalam forum ceramah agama, apakah ada waktu untuk tanya jawab?

A: terkadang iya, tergantung waktu, cukup atau tidaknya untuk memberikan sesi tanya jawab.

Q: Adakah logos (pemilihan kata/kalimat) yang khas sekali bagi Ust. Solmed ketika berkomunikasi, seperti khutbah jum’at, ceramah dan tabliq akbar? A: pemilihan kalimat barang kali yang sulit dimengerti itu tidak yah, karena

memang ustadz itu kalau berceramah lugas, tegas, dan sederhana, bahkan para jamaahnya menikmati dengan nyaman, siraman tausiah beliau.

Q: Apakah dalam gaya komunikasi beliau cenderung santun, terbuka, apa adanya, dan jernih bagaimana menurut anda?

A: iya memang saya setuju sekali itu.  Gaya Komunikasi terkait Bahasa


(2)

Q: Dalam menyampaikan khutbah jum’at, ceramah, dan tabliq akbar. Apakah Ust. Solmet sering menggunakan bahasa yang akademik, ilmiah dan sulit dipahami oleh kebanyakan orang? Apakah ada tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai dengan menggunakan bahasa-bahasa seperti itu?

A: ohhh pasti ada tujuan-tujuan tertentu, karena ceramah-ceramah beliau ada tujuan untuk mencapai ukuah islamiyah kepada para jamaah yang mendengarkannya.

 Gaya Komunikasi terkait Konteks Tinggi dan Konteks Rendah

Q: Bagaimana anda melihat kepiawan Ust. Solmed dalam berkomunikasi?

A: ustadz tuh berceramah mementingkan jamaahnya, maksudnya begini, ada ulama atau tokoh yang memberikan tausiah itu tidak terlalu berinteraksi dengan jamaahnya, jadi tidak tau apakah jamaahnya tersebut mengerti atau tidak atas apa yang disampaikannya, berbeda dengan ustadz, beliau memilih kata-kata yang mudah dimengerti dan sangat suka berinteraksi dengan jamaahnya, itu membuat para jamaahnya mengerti karena sangat suka berinteraksi.

Q: Apakah kepiawaiannya dalam berkomunikasi mempengaruhi gagasan-gagasannya yang memang hingga kini masih terus berkembang?

A: sangat bisa, gagasan beliau sangat berkembang, bahkan semenjak beliau pindah disini, beliau membuat yayasan Raudol Mahmuda, itu mengumpulkan jamaahnya untuk datang menuntut ilmu.


(3)

Q: Adakah pebedaan komunikasi Ust.Solmed ketika menghadapi masyarakat kelas bawah dan kelas menengah ke atas?

A: iya pasti ada, beliau itu fleksibel, maka akan menyesuaikan ketika akan menghadapi jamaahnya.

Q: Ketika condong ke komunikasi konteks rendah (jelas, ringkas, tulus, gaya komunikasi konteks rendah ini tidak pernah mengatakan sesuatu diluar informasi yang diperlukan, meskipun dianggap dingin) Bagaimana menurut anda?

A: ceramah itu kan sebuah dakwah, dakwah itu butuh aturan, jadi berdasarkan ketentuan, ketika beliau dianggap dingin mungkin itu untuk memberikan kesan tegas, karena menyangkut masalah-masalah yang serius dalam agama, jadi berdakwah itu bisa dimodifikasi bagaimana menyampaikannya, tetapi tidak bisa melencengkan hukum yang ada di dalamnya.

Jakarta, 29 Desember 2012


(4)

FOTO SETELAH WAWANCARA BERSAMA FUJI RACHMAN (KOLEGA UST. SOLMED) SEKALIGUS PHOTOGRAPHER PRIBADI UST. SOLMED TANGGAL 06 OKTOBER 2012

FOTO SETELAH WAWANCARA BERSAMA UST. HASBIALLAH (KOLEGA UST. SOLMED) SEKALIGUS TEMAN DALAM BERDAKWAH TANGGAL 06 OKTOBER 2012


(5)

FOTO SETELAH WAWANCARA BERSAMA BAPAK MUHIDIN (KOLEGA US. SOLMED) KETUA RT 005/013 KELURAHAN KEBUN JERUK TANGGAL 06 OKTOBER 2012

FOTO SETELAH WAWANCARA BERSAMA RIZAL (MANAGER UST. SOLMED TANGGAL 06 OKTOBER 2012


(6)

FOTO BERSAMA UST. SOLEH MAHMOED (UST SOLMED) TANGGAL 06 OKTOBER 2012

FOTO SETELAH WAWANCARA BERSAMA APRIL JASMIN (ISTRI UST. SOLMED) TANGGAL 06 OKTOBER 2012